114
r. Sedikit sekali mengganggu pengidap kencing manis yang belum megalami
komplikasi Prawirohardjo, 2013.
2.3 Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya
berumur antara 15- 49 tahun atau pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih
haid BKKBN, 2006. Sedangkan menurut pedoman potensi desa Podes, 2008, PUS adalah pasangan suami-istri yang masih berpotensi untuk mempunyai
keturunan atau biasanya ditandai dengan belum datangnya waktu menopause terhenti menstruasi bagi istri. Jumlah PUS di Indonesia pada tahun 2003
sebanyak 5.918.271; sedangkan tahun 2008 terdapat sekitar 38,9 juta PUS. Adapun distribusi jumlah PUS tiap-tiap provinsi adalah sebagai berikut:
Sumatera; 7,57 juta, Jawa; 23,67 juta, Bali-Nusa Tenggara; 2,08 juta, Kalimantan; 2,15 juta, Sulawesi; 2,70 juta, Maluku-Papua; 0,76 juta. Jadi jumlah keseluruhan
di Indonesia 38,93 juta pasangan usia subur Podes, 2008. Pelayanan kesehatan pada PUS, yang dapat dilakukan adalah mengikuti
program KB, dengan tujuan berikut: 1.
Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kehamilan PUS dan WUS.
2. Peningkatan kwalitas keluarga dan kemandirian keluarga.
3. Peningkatan kepedulian dan PSM.
4. Peningkatan serta pemantapan komitmen politis dan komitmen operasional.
5. Pendekatan wilayah yang paripurna Mubarak, 2012.
Universitas Sumatera Utara
115
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Akseptor
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada pada kaum perempuan
bahwa mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan
keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu
sendiri Mohamad,1998. Hal ini berkaitan dengan kesehatan seorang wanita yang tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua yaitu: faktor internal tingkat
kecerdasanpengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya dan faktor eksternal lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
politik, masyarakat dan sebagainya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang
terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan
Universitas Sumatera Utara
116
kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat penting, karena pendidikan kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu
atau masyarakat
sehingga sesuai
dengan norma-norma
hidup sehat
Notoatmodjo,2003. Lawrence Green 1980 seperti dikutip Notoatmodjo 2003 menyatakan,
terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku individu dalam mengambil keputusan untuk memilih menggunakan alat kontrasepsi yang tidak terlepas dari masing-
masing individu yaitu presdiposisi predisposing, pendukung enabling, dan pendorong reinforcing. Faktor prediposisi faktor predisposing meliputi umur,
pengetahuan dan jumlah anak yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru pada pasangan suami istri dalam menentukan jumlah
anak yang sesuai dengan diharapkan pada tujuan keluarga berencana. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor
pendukung faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan berupa ketersediaan alat kontrasepsi. Faktor pendorong faktor
reinforcing meliputi petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan alat kontrasepsi dan dukungan suami.
Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi dalam ber-KB adalah faktor predisposisi predisposing yaitu
umur, pengetahuan, jumlah anak dan faktor pendukung enabling yaitu ketersediaan alat kontrasepsi, sedangkan faktor pendorong reinforcing meliputi
petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan dan dukungan suami.
Universitas Sumatera Utara
117
2.4.1 Umur Istri
Menurut Radita Kusumaningrum 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa umur dalam hubungan dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor
intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah,
komposisi biokimiawi dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan. Masa reproduksi
kesuburan dibagi menjadi 3, yaitu: masa menunda kehamilan kesuburan, masa mengatur kesuburan menjarangkan kehamilan,dan masa mengakhiri kehamilan
tidak ingin hamil lagi. Masa reproduksi kesuburan ini merupakan dasar pola penggunaan alat kontrasepsi rasional.
1.Masa Menunda Kehamilan Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai umur 20 tahun.Ciri-
ciri kontrasepsi yang sesuai yaitu: kembalinya kesuburan yang tinggi dan efektifitas yang tinggi.Hal ini penting karena akseptor belum mempunyai anak
dan karena kegagalan akan menyebabkan tujuan KB tidak tercapai.Prioritas kontrasepsi yang sesuai : Pil, AKDR, dan kondom.
2.Masa Mengatur Kehamilan Umur terbaik bagi istri melahirkan adalah 20-30 tahun.ciri-ciri kontrasepsi
yang sesuai yaitu kembalinya kesuburan cukup, efektifitas cukup tinggi, dapat dipakai 2-4 tahun sesuai dengan jarak kehamilan yang aman bagi ibu dan anak,
tidak menghambat produksi air susu ibu ASI.Prioritas alat kontrasepsi yang
Universitas Sumatera Utara
118
dipakai yaitu AKDR, suntik, Pil, kondom, implant dan kontap jika umur istri 30 tahun.
3. Masa mengakhiri kehamilan Umumnya pada keluarga yang sudah memiliki jumlah 2 anak dan umur
istri telah melebihi umur 30 tahun, sebaiknya tidak hamil lagi. ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai yaitu: efektifitas yang sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka
panjang, tidak menambah kelainanpenyakit yang sudah ada, dimana pada masa umur tua kelainan itu seperti penyakit jantung, hipertensi dan metabolik
meningkat. Prioritas kontrasepsi yang dipakai yaitu Kontap, IUD, Implan.
2.4.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia,yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo,2003.
2.4.3 Jumlah Anak
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya.
Dimana diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan
usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKKBN 2012 menerangkan bahwa yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah
Universitas Sumatera Utara
119
anaknya paling banyak 2 dua orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua 2 orang anak.
2.4.4 Ketersediaan Alat Kontrasepsi Berdasarkan Dari hasil wawancara,diketahui bahwa ketersediaan alat
kontasepsi dari pemerintah seperti adanya KB safari sangat membantu masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien pada akseptor KB.
2.4.5 Petugas Kesehatan
Hasil penelitian wyadnyana 1995 menemukan adanya hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi akseptor KB.
wyadnyana menyarankan agar petugas kesehatan perlu lebih interest terhadap upaya pemberian pelayanan kontrasepsi dalam upaya memberikan pelayanan yang
terbaik pada masyarakat.
2.4.6 Media Informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima. Berdasarkan hasil wawancara sementara bahwa dengan media informasi baik dari televisi,
majalah, radio maupun dari penyuluhan yang berfungsi untuk merangsang ibu untuk memilih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien.
2.4.7 Biaya Pemasangan alat Kontrasepsi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan pemakaian jenis alat kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun
Universitas Sumatera Utara
120
jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang lebih murah dibanding dengan alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat
melihatnya dari berapa biaya harus dikeluarkan untuk sekali pasang saja. Jika patokannya adalah biaya setiap kali pasang, Mungkin alat kontrasepsi jangka
panjang terlihat jauh lebih mahal, tetapi jika dilihat masajangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat
kontrasepsi jangka panjang akan lebih murah dibandingkan alat kontrasepsi jangka pendek. Untuk sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa
aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidupsampai masa menopause. Sedangkan alat kontrasepsi jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang
artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrasepsi jangka panjang, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh puluh
kali lipat Saifuddin, 2003.
2.4.8 Dukungan Suami
Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah 2002 dalam Farahwati 2009 bahwa dukungan suami menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami
dengan pemilihan pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan ibuistri. Dimana dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan untuk memilih
menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien pada istri sebagai akseptor KB.
Universitas Sumatera Utara
121
2.5 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh umur terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan
akseptor. 2.
Ada pengaruh pengetahuan terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
3. Ada pengaruh jumlah anak terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan
akseptor. 4.
Ada pengaruh ketersediaan alat kontrasepsi terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
1.Umur 2.Pengetahuan
3.Jumlah Anak 4.Ketersediaan alat
kontrasepsi
5.Petugas Kesehatan 6.Media Informasi
7.Biaya Pemasangan 8.Dukungan suami
Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor yaitu:
1.Metode Alat Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP
2.Metode Non MKJP
Universitas Sumatera Utara
122
5. Ada pengaruh petugas kesehatan terhadap jenis alat kontrasepsi yang
digunakan akseptor. 6.
Ada pengaruh media informasi terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
7. Ada pengaruh biaya pemasangan alat kontrasepsi terhadap jenis alat
kontrasepsi yang digunakan akseptor. 8.
Ada pengaruh dukungan suami terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Universitas Sumatera Utara
123
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemakaian alat kontasepsi pada wanita pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2015.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Kota Medan yang terletak di Jalan Sering Kota
Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2014 sampai Mei tahun 2015.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek peneltian Arikunto,2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor di Wilayah Kerja Puskemas Sering
Kecamatan Medan Tembung tahun 2014 sebanyak 1332 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut Sugiyono,2004.
Universitas Sumatera Utara