17 Faktor-faktor ini diteliti terbatas pada populasi penderita stroke iskemik akut,
6
sementara aplikasi skor ini pada populasi stroke hemoragik akut belum ada dilakukan penelitian.
II.4. SCREENING TEST UNTUK DISFAGIA
Disfagia sering terjadi pada penderita stroke, yang akan meningkatkan risiko aspirasi dan pneumonia. Screening menelan merupakan langkah awal
untuk mengidentifikasi risiko disfagia dan aspirasi. Deteksi awal dari disfagia memungkinkan tindakan yang segera dalam penatalaksanaan, sehingga
menurunkan morbiditas, masa rawatan dan biaya perawatan pasien.
33
Tes menelan air sebaiknya digunakan sebagai screening risiko terjadinya aspirasi pada penderita stroke. Cara melakukannya sebagai berikut:
13
- Penderita stroke yang akan dilakukan tes screening menelan harus
bisa didudukkan tegak dan sadar setidaknya selama 15 menit. Jika tidak maka tes tidak dapat dilakukan dan penderita tidak
diperbolehkan makan minum dari mulut. -
Periksa apakah rongga mulut panderita bersih atau tidak. Jika kotor, maka segera dibersihkan.
- Dudukkan penderita dan berikan satu sendok air sebanyak 3 kali.
Letakkan jari di garis tengah di atas dan bawah laring lalu rasakan saat penderita menelan. Kemudian perhatikan apakah ada tanda-
tanda: ketidakmampuan menelan, batuk, tersedak atau perubahan kualitas suara suruh penderita menyebut ”aah”. Jika ada tanda-tanda
tersebut maka penderita tidak diperbolehkan makan minum dari mulut.
Universitas Sumatera Utara
18 -
Selanjutnya penderita disuruh minum dengan jumlah air yang lebih besar dari gelas dan diamati tanda-tanda seperti sebelumnya. Jika
ada tanda-tanda tersebut maka penderita tidak diperbolehkan makan minum dari mulut.
- Jika hal tersebut dapat dilakukan penderita stroke maka makanan
minuman dapat diberikan melalui mulut.
13
Universitas Sumatera Utara
19
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL
Hoffmann, dkk, 2012: Skor A2DS2 merupakan
alat yang
valid untuk
memprediksi pneumonia post stroke dan mungkin sebagai petunjuk pengawasan
pada penderita stroke dengan risiko tinggi menderita pneumonia atau penatalak-
sanaan profilaksis pneumonia.
PNEUMONIA
Vermeij, dkk, 2009: Infeksi saluran kemih dan terutama pneumonia merupakan
komplikasi yang serius pada penderita stroke. Komplikasi ini dilaporkan terjadi
5-65 pada penderita stroke akut.
Koennecke HC, dkk, 2011: dalam waktu 3 tahun, mendapati dari 16.518 penderita
stroke iskemik dan hemoragik, 12,2 mengalami
komplikasi berupa
pneumonia.
Kumar S, dkk, 2010: Pneumonia akan meningkatkan risiko kematian 3 kali lipat
pada penderita stroke.
STROKE AKUT
SKOR KLINIS A
2
DS
2
A = Age Usia:
A = Atrial Fibrillation:
D = Disfagia:
S = Sex Jenis Kelamin:
S = Stroke Severity NIHSS:
Petroianni, dkk, 2006: usia tua secara independen berkaitan dengan pneumonia
pada pasien stroke, dikarenakan usia tua berkaitan dengan kondisi medis komorbid
dan gangguan menelan dan refleks batuk
Hubungan fibrilasi atrial dengan pneumonia ditunjukkan hanya pada studi Ovbiagele,
dkk, 2006. Dimana fibrilasi atrial merupakan penyebab dari stroke kardioemboli, yang
berkaitan
dengan infark
kortikal dan
keparahan stroke yang lebih besar.
Penelitian Martino, dkk, 2005: disfagia juga merupakan
prediktor dari
terjadinya pneumonia pada penderita stroke, dimana
penderita yang disfagia sangat rentan terjadinya aspirasi, sehingga risiko terjadinya
pneumonia semakin besar.
Reid, dkk, 2008: pasien laki-laki memiliki risiko yang tinggi untuk stroke-associated
pneumonia.
Penelitian Hoffman, dkk, 2012 Perry L, dkk, 2001: nilai skor NIHSS yang tinggi berkaitan
dengan penurunan tingkat kesadaran dan penurunan refleks bulbar, yang membuat
aspirasi lebih mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di DepartemenSMF Neurologi FK USU RSUP. H. Adam Malik Medan dari tanggal 19 September 2012
– 17 November 2012. III.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling konsekutif.
III.2.1 Populasi Sasaran
Semua penderita stroke akut yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan CT-Scan kepala.
III.2.2. Populasi Terjangkau
Semua penderita stroke akut yang dirawat di ruang rawat inap neurologi FK USU RSUP. H. Adam Malik Medan
III.2.3. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan rumus:
34
Zα√ P 1
– P + Zβ√ Pa 1 – Pa
2
n = P
– Pa
Zα = Deviat baku α α = 0,05 = Zα = 1,96
Zβ = Deviat baku β β = 0,10 = Zβ = 1,282
Universitas Sumatera Utara
21 P
= Proporsi pneumonia dengan skor klinis A
2
DS
2
== 39,4
Hoffmann, dkk, 2012
P – Pa == Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 25
Pa = Proporsi yang ditentukan peneliti
P – 25 = 0,394 – 0,25 = 0,144
Maka n = 32,17
~
minimal 32 orang.
III.2.4. Kriteria Inklusi
1. Penderita stroke akut yang dirawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan dan telah dilakukan pemeriksaan klinis dan CT-
Scan kepala. 2. Memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian ini
III.2.5. Kriteria Eksklusi
1. Penderita stroke akut yang pada saat masuk telah menderita pneumonia atau infeksi paru lainnya.
2. Penderita stroke akut yang telah mendapatkan antibiotik pada saat masuk rumah sakit.
III.3. Batasan Operasional
1. Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
3,14
2. Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan stroke yang berlangsung sampai satu minggu.
4
Universitas Sumatera Utara
22 3. Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru yang disebabkan
oleh agen infekius
22
yang ditegakkan dengan kriteria The Center for Disease Control CDC-Atlanta yang telah diadaptasi oleh PDPI
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
24,25
4. Skor klinis A
2
DS
2
adalah skor klinis yang dinilai pada saat penderita stroke masuk ke rumah sakit dalam fase akut, yang terdiri dari 10
poin untuk memprediksi pneumonia pada penderita stroke Age usia ≥ 75 tahun = 1, Atrial Fibrillation = 1, Disfagia = 2, Sex jenis kelamin
laki-laki = 1 dan Stroke severity dinilai dengan NIHSS 0-4=0, 5-15=3, ≥ 16=5.
6
5. Atrial fibrilasi ditandai dengan ketidakteraturan kontraksi dari atrial, dimana elektrokardiogram menunjukkan tidak adanya gelombang P
dengan fluktuasi yang cepat dan interval R-R yang tidak teratur.
35
6. Disfagia adalah suatu gangguan menelan yang berkaitan dengan kesulitan dalam memindahkan makanancairan dari mulut ke
lambung.
36
Disfagia dapat dideteksi dengan menggunakan screening test untuk disfagia.
13
7. Stroke severity dinilai dengan National Institute of Health Stroke Scale NIHSS. NIHSS merupakan pengkuran kuantitatif defisit neurologis
berkaitan dengan stroke yang dapat memprediksi outcome stroke jangka panjang, terdiri dari 12 pertanyaan: tingkat kesadaran, respon
terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy, motorik, ataksia,
sensori, bahasa, disartria dan inatensi.
35,36
Nilai skor 0 – 4
Universitas Sumatera Utara
23 menunjukkan stroke ringan mild, 5
– 15 stroke sedang moderately severe
dan ≥ 16 menunjukkan stroke berat severe very severe.
6
III.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode pengambilan data secara potong lintang.
III.5. Pelaksanaan Penelitian III.5.1. Instrumen Penelitian :
1. Head Computed Tomography Scan CT Scan: CT Scan yang
digunakan adalah X-Ray CT System, merk Hitachi seri W 450. 2. Foto Toraks: menggunakan X-Ray merk Hitachi tipe P-O-105H-B dan
tipe PM 155VCIIU51. 3. Kultur darah: menggunakan reagen Bactec kemudian akan
diinkubasikan menggunakan Bactec 9050. Setelah bakteri tumbuh dikultur di Mc Conkey atau Blood agar. Jenis bakteri dilihat
menggunakan mikroskop olympus optical model CH20BIMF200 dan model 8MOI88.
4. Elektrokardiograf EKG: yang digunakan tipe MAC 500 dengan nomor seri 510003266.
III.5.2. Pengambilan Sampel
Semua penderita stroke akut yang masuk ke ruang rawat inap neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan telah ditegakkan dengan anamnese,
pemeriksaan fisik toraks, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan CT Scan kepala yang diambil secara konsekutif dan yang memenuhi kriteria inklusi dan
tidak ada kriteria eksklusi, dilakukan foto toraks. Dinilai skor klinis A
2
DS
2
.
Universitas Sumatera Utara
24 Kemudian diamati jika muncul tanda-tanda pneumonia maka ditegakkan
dengan kriteria The Center for Disease Control CDC-Atlanta yang telah
diadaptasi oleh PDPI Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. III.5.3. Kerangka Operasional
Penderita Stroke Anamnese
Pemeriksaan fisik toraks Pemeriksaan neurologis
Head CT Scan
Surat persetujuan ikut penelitian
Skor klinis A
2
DS
2
Kriteria Eksklusi Kriteria Inklusi
Pneumonia Tidak Pneumonia
Universitas Sumatera Utara
25
III.5.4. Variabel yang Diamati Variabel Bebas
: Skor A
2
DS
2
Variabel Terikat : Pneumonia
III.5.5. Analisa Statistik :
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows SPSS Statistical Product and Science Service.
Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : a. Analisa deskriptif digunakan untuk melihat gambaran karakteristik
demografi yang disajikan dalam bentuk tabulasi.
b. Untuk melihat hubungan dan kekuatan hubungan antara skor klinis A
2
DS
2
dengan kejadian pneumonia pada penderita stroke akut
digunakan uji Lamda.
c. Untuk mengetahui hubungan masing-masing komponen skor klinis A
2
DS
2
ageusia, atrial fibrilasi, disfagia, sexjenis kelamin dan stroke severity NIHSS dengan kejadian pneumonia pada penderita
stroke akut digunakan uji Fisher. III.5.6. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan mulai tanggal 19 September 2012 – 17
November 2012. Kegiatan
Waktu
Persiapan 09 Agustus
– 18 September 2012 Pengumpulan data
19 September – 17 November 2012
Analisis data 18 November
– 24 November 2012 Penyusunan laporan
26 November – 30 November 2012
Universitas Sumatera Utara
26 Penyajian laporan
01 Desember 201
III.5.7. Biaya Penelitian
Biaya pencetakan lembar pengumpulan data = Rp 200.000 Penulisan laporan penelitian
= Rp 500.000 Jumlah
= Rp 700.000
III.5.8. Personalia Penelitian
Peneliti Utama : dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked Neu. Pembimbing
: 1. dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 2. dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S K
3. Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S K
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PENELITIAN IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dari keseluruhan pasien stroke akut yang dirawat di ruang rawat inap Neurologi FK USU RSUP. H. Adam Malik Medan pada periode September
hingga November 2012, terdapat 32 pasien stroke akut yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian.
Dari 32 orang penderita stroke akut yang ikut dalam penelitian, 18 orang 56,2 menderita stroke iskemik akut dan 14 orang 43,8 stroke hemoragik.
Dari keseluruhan sampel 13 orang adalah pria 40,6 dan sisanya 19 orang 59,4 adalah wanita. Rerata usia keseluruhan peserta 62,38 ± 12,02 dengan
rentang usia 42 tahun hingga 88 tahun. Kelompok usia yang terbanyak adalah 75 tahun yaitu sebanyak 25 orang 78,1, sedangkan jumlah kelompok usia
≥ 75 tahun sebanyak 7 orang 21,9. Kemudian dari 32 orang subjek penelitian, suku yang terbanyak adalah
suku Batak yaitu 15 orang 46,9, sedangkan yang paling sedikit adalah suku Minang yang terdiri dari 1 orang 3,1. Pekerjaan terbanyak ialah ibu rumah
tangga yaitu 15 orang 46,9 dan wiraswasta yang paling sedikit dari keseluruhan sampel 4 orang 12,5.
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 1. Gambaran karakteristik demografik subjek penelitian.
Variabel n
Total Iskemik
Hemoragik 32 100
18 56,2 14 43,8
Jenis kelamin Pria
Wanita 13 40,6
19 59,4 Usia tahun
41-56 57-72
73-88 12 37,5
13 40,6 7 21,9
Suku Batak
Jawa India
Melayu Minang
Aceh 15 46,9
6 18,8 2 6,3
5 15,6 1 3,1
3 9,4 Pendidikan
Pensiunan Petani
IRT Wiraswasta
8 25,0 5 15,6
15 46,9 4 12,5
Faktor risiko Hipertensi
Diabetes Merokok
Kel. Jantung Dislipidemia
28 87,5 7 21,9
9 28,1 1 3,1
9 28,1 Skor A
2
DS
2
Age ≥75tahun
Atrial Fibrillation Disfagia
Seks Pria Stroke severity NIHSS
0-4 5-15
16 7 21,9
1 3,1 23 71,9
13 40,6 3 9,4
9 28,1 20 62,5
Universitas Sumatera Utara
29 Sementara itu faktor risiko stroke yang paling banyak jumlah subjeknya
adalah hipertensi yaitu sebanyak 28 orang 87,5 dan yang paling sedikit adalah kelainan jantung atrial fibrillation yang berjumlah 1 orang 3,1.
Dari segi skor A
2
DS
2
, rerata skor 6 ± 2,5. Dengan komponen yang terbanyak menyumbang untuk skor A
2
DS
2
ialah keparahan stroke yang berat NIHSS 16, yaitu 20 orang 62,5. Sementara itu komponen yang paling sedikit
menyumbang untuk skor tersebut ialah fibrilasi atrial dengan jumlah 1 orang 3,1. Keseluruhan gambaran karakteristik sampel yang diperoleh dapat dilihat
pada tabel 1.
IV.1.2 Hubungan skor klinis A
2
DS
2
terhadap kejadian pneumonia pada penderita stroke iskemik
Untuk mendapatkan hubungan antara skor A
2
DS
2
dengan kejadian insidens pneumonia pada penderita stroke akut digunakan uji Lamda, dan
didapatkan hasil ada hubungan skor klinis A
2
DS
2
terhadap kejadian pneumonia pada penderita stroke akut. Hubungan yang didapat ialah searah positif dan
signifikan, serta mempunyai kekuatan korelasi yang lemah p = 0,04 ; r = 0,200. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2: Hubungan skor A
2
DS
2
dengan insidens pneumonia pada penderita stroke iskemik
Pneumonia Total:
r p
Ya Tidak
Skor A
2
DS
2
: ≥5:
5: 20
6 26
0,200 0,040
2 4
6
Total: 22
10 32
uji Lamda
Universitas Sumatera Utara