2
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian
sesudah penyakit jantung pada sebagian besar negara di dunia.
1
Di Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker,
2
Biaya perawatan stroke adalah sangat besar, pada tahun 2004 diperkirakan 53,6 miliar dolar Amerika.
1
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1995, stroke merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan yang utama yang harus ditangani segera, tepat dan cermat.
3
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian yang berskala cukup besar oleh survei ASNA Asean Neurologic Association di 28 rumah
sakit di seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah sakit, dan dilakukan survei mengenai faktor-faktor risiko,
lama perawatan dan mortalitas serta morbiditasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil
usia di bawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8, usia 45-64 tahun berjumlah 54,7 dan di atas usia 65 tahun 33,5.
4
Lebih dari 40 penderita stroke mempunyai prognosis outcome yang jelek, meliputi kematian, dan disabilitas dalam 3 bulan setelah serangan
stroke.
5
Banyak penelitian telah mengidentifikasi komplikasi awal selama perawatan sebagai faktor potensial utama yang dapat dimodifikasi yang
mempengaruhi mortalitas dan morbiditas stroke.
6,7,8
Infeksi saluran kemih dan
Universitas Sumatera Utara
3 terutama pneumonia merupakan komplikasi yang serius pada penderita stroke.
Komplikasi ini dilaporkan terjadi 5 – 65 pada penderita stroke akut.
9
Penelitian Vermeij, dkk, 2009 mendapati 15 infeksi terjadi pada penderita stroke dalam 7 hari masa rawatan stroke-associated infection, dimana 7,5
menderita pneumonia dan 4,4 infeksi saluran kemih.
9
Penelitian Koennecke HC, dkk, 2011, dalam waktu 3 tahun, mendapati dari 16.518 penderita stroke
iskemik dan hemoragik, 12,2 mengalami komplikasi berupa pneumonia.
10
Pneumonia erat kaitannya dengan risiko mortalitas yang tinggi pada stroke fase akut, sehingga identifikasi yang segera pada pasien dengan risiko
tinggi mendapatkan pneumonia dapat menentukan panderita stroke yang memerlukan pengawasan ketat dan pengobatan profilaksis.
6
Parameter klinis seperti keparahan stroke, disfagia, usia dan diabetes telah menunjukkan hubungan yang erat dengan pneumonia pada penderita
stroke.
6
Penelitian Chumbler, dkk, 2010 mendapati bahwa usia 70 tahun, disfagia, nilai NIHSS dan riwayat menderita pneumonia sebelumnya dapat
digunakan untuk mengetahui risiko pneumonia post-stroke.
11
Penelitian Sellar, dkk, 2007 menyimpulkan bahwa pneumonia pada penderita stroke berkaitan
dengan usia tua 65 tahun , disartria, keparahan disabilitas poststroke, gangguan kognitif dan abnormalitas hasil tes menelan air.
12
Namun demikian sampai saat ini belum didapati sistim skor untuk memprediksi pneumonia pada penderita stroke yang dapat digunakan dengan
rutin secara klinis dan pada penelitian-penelitian. Hoffmann, dkk, 2012 meneliti suatu sistim skor A
2
DS
2
untuk memprediksi pneumonia pada penderita stroke iskemik akut. Dimana A=age usia, A=atrial fibrilasi, D=disfagia, S=sex jenis
Universitas Sumatera Utara
4 kelamin dan S=stroke severity keparahan stroke yang dinilai dengan NIHSS.
Penelitiannya menyimpulkan skor A
2
DS
2
merupakan alat yang valid untuk memprediksi pneumonia post stroke dan mungkin sebagai petunjuk
pengawasan pada penderita stroke dengan risiko tinggi menderita pneumonia atau penatalaksanaan profilaksis pneumonia. Dari penelitiannya tersebut
didapatkan bahwa skor klinis A
2
DS
2
≥ 4 memiliki sensitifitas 91 dan spesifisitas 57 untuk memprediksi kejadian poststroke pneumonia.
6
I.2 Rumusan Masalah