Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa KD dirancang sedemikian rupa, berurutan dan berkesinambungan. Dari KD 7.1 yang mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja, di KD 7.2 adalah pelaku-pelaku ekonomi yang merupakan angkatan kerja yang telah dipelajari KD sebelumnya, selain itu sikap siswa terhadap mata pelajaran juga mempengaruhi bagaimana siswa tersebut mampu menyerap apa yang sebelumnya dijelaskan oleh guru pada pelajaran sebelumnya, sehingga dapat membantu memahami pelajaran tersebut dengan baik.

7. Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran

Ada beberapa definisi yang digunakan untuk mengetahui pengertian sikap dari beberapa teori dan pendapat dari para penulis buku maupun para ahli. Azwar 2000 : 6 mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Menurut Azwar contoh sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Menurut artikel yang ditulis dalam Wikipedia, the free encyclopedia diungkapkan “an attitude is a hypothetical construct that represents an individuals degree of like or dislike for an item. Attitudes are generally positive or negative views of a person, place, thing, or event this is often referred to as the attitude object”. Artinya sikap adalah suatu pengembangan hipotesis yang menggambarkanmenunjukkan derajat kesukaan atau tidak sukaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap secara umum merupakan pandangan positif atau negatif dari seseorang, tempat, hal, atau peristiwa yang sering dikenal sebagai obyek sikap. Menurut Trow dalam Djali 2006:114 sikap adalah suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Sementara itu sikap belajar adalah kecenderungan prilaku seseorang tatkala mempelajari hal-hal yang bersifat akademik Djaali, 2008. Sikap belajar adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, materi, tugas-tugas, serta lainnya. Nasution, 1978 Perubahan sikap merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. Dari semua pengertian yang diungkapan di atas dapat diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah penilaian seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyatakan rasa suka respon positif dan rasa tidak suka respon negatif. . Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen kognitif ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan dipelajari, perilaku cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak sesuai dan emosi menyebabkan respon-respon yang konsisten. Sikap merupakan salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu Azwar S., 2000 : 23-27. 1 Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan opini terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2 Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3 Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. Menurut Azwar 2005 sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni. 1 Menerima receiving menerima diartikan bahwa orang subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. 2 Merespon responding memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3 Menghargai valuing mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain tetangga, saudaranya, dsb untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4 Bertanggung jawab responsible bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap Azwar, 2005:87-93. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain. 1. Pengalaman pribadi untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3. Pengaruh kebudayaan. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4. Media Massa. Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama. Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Faktor Emosional. Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Azwar, 2005:30-38. Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecendrungan prilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegunaan yang lebih tinggi dibandingkan sikap belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan apa yang dilihat seseorang, melainkan juga bagaimana ia melihatnya. Sikap positip siswa terhadap mata pelajaran khususnya ekonomi seperti telah diuraikan di atas, tujuan pendidikan ekonomi antara lain adalah penekanannya pada pembentukan sikap siswa. Sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak sesuatu, konsep, kumpulan ide, atau kelompok individu. Hal ini dapat disikapi oleh siswa secara berbeda-beda, mungkin menerima dengan baik atau sebaliknya. Dengan demikian, sikap siswa terhadap mata pelajaran ekonomi adalah kecenderungan untuk menerima atau menolak pelajaran ekonomi. Agar siswa dapat menerima pelajaran ekonomi atau memberikan respon positif setelah mengikuti pelajaran ekonomi perlu ditanamkan sikap positif siswa terhadap pelajaran ekonomi. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran ekonomi perlu diperhatikan sikap positif siswa terhadap ekonomi. Artinya setelah siswa belajar ekonomi, sikap siswa lebih positif terhadap pelajaran ekonomi mempunyai respon positif atau lebih menyukai ekonomi. Sikap positif siswa terhadap pelajaran menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan dirinya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar. Sikap positif datang dari pengalaman pelajaran di dalam lingkungan dan secara parsial dicapai ketika suatu visi perubahan yang baik di dalam pikiran itu diterapkan terhadap orang-orang, keadaan, kejadian, atau perilaku-perilaku. Dengan demikian, untuk menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran ekonomi, perlu diperhatikan agar penyampaian ekonomi dapat menyenangkan, mudah dipahami, dan tunjukkan bahwa ekonomi banyak kegunaannya. Oleh karena itu, materi harus dipilih dan disesuaikan dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari kontekstual dan tingkat kognitif siswa, dimulai dengan cara-cara informal melalui pemodelan sebelum dengan cara formal. Dari pengalaman ini diharapkan siswa mempunyai pengalaman yang baik terhadap pelajaran ekonomi sehingga mengalami perubahan berpikir tentang ekonomi menjadi pelajaran yang menyenangkan.

B. Penelitian yang Relevan

a. Mahfud Fauzi 2010 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe GI jika dibandingkan dengan yang menggunakan tipe NHT pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang Barat semester genap tahun pelajaran 20092010 dengan perhitungan f hitung 7,497 f tabel 4,062. Dengan rata-rata pada kelas eksperimen 79,917 dan rata- rata pada kelas control 67,917. b. Diana Sari 2007 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa penerapan metode kooperatif tipe NHT terjadi peningkatan aktivitas dari siklus ke siklus. Siklus I terdapat 60 aktivitas yang cukup baik, pada siklus ke II terdapat 70 aktivitas belajar yang sudah cukup baik, dan pada siklus ke III 80 aktivitas belajar yang sudah cukup baik. c. Ulfiana Kurniawati 2010 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang dibelajarkan menggunakan metode SQ3R dengan siswa yang dibelajarkan dengan dengan metode Mind Mapping. Dimana rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang dibelajarkan menggunakan metode SQ3R 69,815 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar yang menggunakan metode pembelajaran mind mapping 64,314.

C. Kerangka Pikir

Variabel bebas independen dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif, yaitu kooperatif tipe Number Head Together NHT dan kooperatif tipe Mind Mapping. Variabel terikat dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu siswa melalui kedua model pembelajaran kooperatif tersebut. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, khususnya ekonomi. 1. Ada Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Siswa yang diajarkan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mappping. Dengan penerapan metode NHT ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode ini juga dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok- kelompok secara heterogen. Masing-masing anggota diberi nomor. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai, guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil, lalu guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat berbagi ide sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadinya satu siswa mendominasi pembelajaran dalam kelompoknya. Untuk siswa yang memiliki kemampuan rendah ketika dapat menjawab pertanyaan dari guru akan memiliki harga diri yang tinggi, rasa percaya diri, dan semangat dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajarannya. Mind mapping atau peta pikiran adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data darike otak. Peta pikiran membuat otak manusia ter-eksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari otak kanan dan otak kiri. Dalam peta pikiran, kedua sistem otak diaktifkan sesuai porsinya masing-masing. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual. Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat. Mind Mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. Dengan penggunaan warna dan symbol-simbol yang menarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar. Langkah-langkah Model Pembelajaran Mind Mapping dapat dilakukan dengan cara guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai terlebih dahulu, kemudian guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa. Lalu, siswa membuat kelompok yang anggotanya 2-3 orang. Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi. Setelah itu, tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru. Dari data data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan yang disediakan guru. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe NHT dan Mind Mapping. Kedua model kooperatif tersebut memiliki langkah-langkah yang relatif sama dan tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran dalam kelompok yang berpusat pada siswa student centered dan guru berperan sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator dan moderator sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekatproksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan scaffolding. Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri. Siswa yang memiliki sikap yang cukup antusias dalam menerima pelajaran dengan baik, umumnya lebih cepat untuk memahami dan menyerap informasi baru yang akan diterimanya. Sikap positif ini mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, apalgi di model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja sama tim, maka sikap positif sangat diperlukan untuk bekerja bersama dengan rekan yang tidak semuanya memiliki sikap positif. Adapun yang memliki sikap negatif cenderung lebih pasif dan “pasrah” dengan apa yang diberikan kepadanya. Sebagian besar hasil belajar yang diperoleh pun cenderung rendah dan kurang optimal. Disini dapat terlihat bahwa hasil yang diperoleh oleh sikap yang memicu siswa, mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya.

2. Rata- rata Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang memiliki Sikap

Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) DAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1

0 9 88

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT ) DAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MA TA PELAJARAN IPS TERPADU (Studi P ada S iswa K elas VIII SMP N eg

0 19 113

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING DAN MODEL GROUP INVESTIGATION DENGAN MEMPERHITUNGKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS TERPADU (Studi Pada Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana PT Gunung Madu Plantat

0 9 96

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS KELAS XII IPS SMA NEGERI 2 GADINGREJO TAHUN P

0 10 97

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

0 13 186

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 3 Natar Tahun

3 28 175

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBRED HEAD TOGETHER (NHT) DAN LEARNING TOGETHER (LT) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

1 12 91

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN TALKING STICK DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN

0 6 85

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER(NHT) DAN TIPE THINK TALK WRITE(TTW) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASANADVERSITAS SISWA KELAS VIII SMPN 1KASUI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 86