menjadi pemicu rekan yang lainnya untuk ikut menanamkan sikap positif untuk menerima pelajaran dengan baik, sehingga hasilnya pun
bisa dikatakan positif. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vygotsky, yang menyatakan dikehendakinya setting kelas
berbentuk pembelajaran kooperatif antara kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda sehingga siswa dapat berinteraksi dalam
mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi- strategi pemecahan masalah yang ada dalam pengembangan terdekat.
Pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping tidak terdapat tahap
penomoran, sehingga siswa yang melakukan presentasi adalah iswa yang tentunya tiap kelompok memiliki wakil yang terbaik yang
mampu melakukan presentasi dengan baik. Hal ini membuat kecenderungan untuk memilih siswa yang memiliki sikap positif yang
mampu melaksanakan tugas dengan baik, dan yang memiliki sikap negatif lebih memilih untuk bersikap pasif, sehingga hasil pelajaran
yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan dengan kooperatif tipe Mind Mapping.
3. Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang memiliki Sikap Negatif
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT lebih rendah dibandingkan Tipe Mind Mappping.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT, pemanggilan siswa berdasarkan
nomor dilakukan secara acak, tak jarang membuat siswa yang memiliki sikap negatif untuk lebih siap dalam mempersiapkan
presentasi yang hendak ia lakukan, sehingga tidak menimbulkan
kekecewaan dari rekan-rekan yang ada di kelompoknya. Tahap penomoran yang dilakukan membuat siswa dapat melakukan persiapan
dengan lebih matang, agar hasil yang disampaikan pun dapat berjalan secara optimal.
Penggunaan model pembelajaran yang sesuai sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran berbasis peta pikiran, berusaha menggabungkan kedua belahan otak yakni otak kiri yang
berhubungan dengan hal yang bersifat logis seperti belajar dan otak kanan yang berhubungan dengan keterampilan aktivitas kreatif.
Dengan demikian, adanya teknik Mind Mapping atau pemetaan pikiran dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa.
Pembelajaran tipe mind mapping, siswa diajak untuk berimajinasi dan
berkreasi dengan warna dan gambar sehingga mereka yang memiliki bakat, walaupun cenderung memiliki sikap negatif, dapat berimajinasi
dengan cukup tinggi dan dapat menangkap apa yang guru terangkan melalui model pemetaan pikiran. Menurut Piaget, pengetahuan tidak
diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget ini dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu
cara maupun kemampuan anak menyerap ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Sehingga hasil belajar yang
diinginkan pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang memiliki sikap negatif adalah lebih rendah dibandingkan
model kooperatif mind mapping.
4. Ada Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Sikap Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Jika pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa yang
memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap negatif
terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, jika pada model kooperatif tipe Mind Mapping, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata
pelajaran lebih tinggi hasil belajarnya daripada yang memiliki sikap negatif, maka terjadi interaksi antara model pembelajaran kooperatif
dan sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat
divisualisasikan sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Model Pembelajaran Sikap
NHT Mind Mapping
Positif Hasil Belajar IPS Hasil Belajar IPS
Negatif Hasil Belajar IPS Hasil Belajar IPS
D. Anggapan Dasar Hipotesis
Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu. 1. Seluruh siswa kelas VIII semester ganjil tahun 20122013 yang
menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran Ekonomi.
2. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas yang diberi pembelajaran menggunakan
model pebelajaran kooperatif tipe Mind Mapping, diajar oleh guru yang sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar Ekonomi selain model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model
pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping, diabaikan.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping.
2. Rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping.
3. Rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih rendah dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe mind mapping.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu
penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan Sugiyono, 2005:
115. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang kan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu hasil belajar IPS
dengan perlakuan yang berbeda.
1. Desain Eksperimen
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel
lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat Sugiyono, 2005: 7. Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimental semu quasi
eksperimental design. Penelitian eksperimen semu dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen. Bentuk penelitian ini banyak
digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia Sukardi, 2009: 16.
68
Kelompok sampel ditentukan secara random. Kelas I VIII E melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai kelas eksperimen dan kelas
II VIII F melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping sebagai kelas kontrol. Dalam kelas eksperimen maupun kelas kontrol terdapat
siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap mata pelajaran. Desain penelitian menggunakan Treatment By Level, digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Desain Penelitian
Model Pembelajaran Sikap Siswa
NHT A
1
Mind Mapping A
2
Positif B
1
Hasil Belajar Siswa A
1
B
1
Hasil Belajar Siswa A
2
B
1
Negatif B
2
Hasil Belajar Siswa A
1
B
2
Hasil Belajar Siswa A
2
B
2
2. Prosedur Penelitian