BAB II URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teoritis
Dalam melakukan penelitian ilmiah, peneliti harus menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir dab sebagai sudut pandang peneliti untuk
mendukung pemecahan masalah yang jelas dan tepat. Adapun teori-teori yang digunakan peneliti adalah :
2.1.1 Komunikasi
Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial, dan
lain sebagainya. Sebagai mahkluk sosial, komunikasi merupakan unsure terpenting dalam kehidupan manusia. Menurut lasswell dalam bukuna “the
structure and function of communication in society”. Cara yang baik untuk mendefenisikan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
who,says, what, in which channel, to whom, with what effect Rakhmat,2002 Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi,
sengaja maupun tidak sengaja. Tidak terbatas pada konteks komunikasi verbal, tapi juga dalam konteks ekspresi muka, seni dan teknologi Shannon dan Weaver
dalam Cangara, 2006:19 Effendy dalam bukuna “ilmu Komunikasi dalam teori dan praktek”,
menyatakan fungsi komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Menginformasikan to inform yang memberikan informasi kepada
masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide, atau fikiran, dan tingkah laku orang lain. Serta segala sesuatu
yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik to educate yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi
manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan.
3. Menghibur to entertaint yaitu komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Mempengaruhi to influence yaitu fugsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran
komunikasi dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikasi sesuai dengan yang diharapkan Effendy,2003.
2.1.2 Komunikasi Massa
Ahli komunikasi massa Joseph A Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya mengemukakan penjelasan tentang massa serta tentang
media yang digunakannya. Devito mengemukakan defenisinya dalam 2 item, yakni yang pertama, komunikasi massa adalah ang ditujukan kepada massa,
kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual
Ardianto, 2004:6 Ciri-ciri komunikasi antara lain :
1. Komunikator bersifat melembaga, komunikator dalam komunikasi masa itu bukan satu orang tetapi
kumpulan orang-orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam suatu lembaga.
2. Komunikan bersifat anonym dan heterogen. Artinya pengguna media itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin,
status sosial, tingkat ekonomi, latar belakang budaya, agama,atau kepercayaan yang tidak sama pula dan komunikator tidak mengenal
komunikan karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka Ardianto,2004:9
3. Pesan bersifat umum Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu
orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan- pesan itu ditujukan kepada khalayak plural. Oleh karena itu pesan-pesan
yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus atau ditujukan untuk golongan tertentu
Universitas Sumatera Utara
4. Komunikasinya berlangsung satu arah Komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan pun aktif
menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpribadi, karena melalui
media massa. Dengan demikian komunikasi bersifat satu arah 5. Menimbulkan keserempakan
Dalam komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran informasi. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa
tersebut hampir bersamaan. 6. Mengandalkan peralatan teknis
Peralatan teknis adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan media massa tak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesanna bisa lebih
cepat dan serentak kepada khalayak tersebar 7.
Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper juga berfungsi untuk
menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah atau mengurangi pesan-pesannya. Intinya adalah pihak yang ikut menentukan pengemasan
sebuah pesan dari media massa
Pada umumnya, komunikasi massa memiliki fungsi yang terdiri dari: 1. Fungsi pengawasan
Media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawasan
ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Fungsi social learning
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.
3. Fungsi penyampaian informasi Komunikasi yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu
menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. 4. Fungsi transformasi budaya
Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang
didukung oleh media massa. 5. Hiburan
Fungsi lain dari komunikasi adalah hiburan, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, fungsi-fungsi hiburan yang ada pada media
massa juga merupakan bagian dari komunikasi massa. Teori komunikasi massa adalah sebuah formulasi manusia, hasil dari
sebuah usaha aktif oleh komunitas ilmiah untuk memahami dunia sosial mereka. Komunitas ilmiah tersebut berbeda dalam hal tujuan atau dalam hal untuk apa
teori yang telah mereka buat akan digunakan. Oleh karena teori komunikasi massa dikembangkan selama masa social politik spesifik serta dalam konteks media dan
teknologi yang spesifik, teori ini juga bersifat dinamis; yaitu teori ini mengalami perubahan.
Secara hakiki, pemahaman kontemporer kita terhadap teori komunikasi massa adalah produk dari empat era perkembangannya. Era teori masyarakat
massa di tandai dengan adanya ketakutan yang berlebihan terhadap pengaruh media terhadap orang “biasa” dan pandangan yang terlalu optimis bahwa media
dapat membawa perubahan sosial. Kaum elit sosial dan budaya yang berkuasa, yang melihat tatanan sosial yang selama ini menguntungkan mereka merasa
terancam dan tergeroroti oleh konten media popular, merupakan pendukung utama dari pandangan sebelumnya. Kaum elit urban-kelompok kapalitas baru
yang memiliki kekuasaan yang terus meningkat dan berbasis industrialisasi dan urbanisasi- memandang teknologi , termasuk media massa, sebagai alat control
terhadap lingkungan fisik, alat untuk memperbesar produktivitas manusia, dan alat untuk memperoleh bentuk kekayaan material baru. Kedua kelompok ini
Universitas Sumatera Utara
mengabaikan fakta bahwa kekuatan komunikasi massa terletak pada penggunanya oleh manusia.
Pada era kedua teori komunikasi massa, perkembangan perspektif ilmiah mengenai komunikasi massa memunculkan perspektif efek terbatas. Untuk
melayani kebutuhan klien iklan dan dalam rangka mempertahankan Negara dari ancaman propaganda, para peneliti komunikasi beralih pada riset dan teori
administratif untuk mengarahkan penelitian mereka mengenai pengaruh media. Pergeseran ini mendiskreditkan teoritikus masyarakat masyarakat massa sebagai “
tidak ilmiah“. Posisi mereka digantikan oleh teoritikus efek terbatas yang berpendapat bahwa karena manusia dapat melawan kekuatan media dan karena
manusia dipengaruhi oleh beragam factor yang saling berpengaruh seperti keluarga dan teman, komunikasi massa lebih sering digunakan untuk memperkuat
kembali tren social yang sudah ada dan memperkuat bukan mengancam status quo. Pluralisme elit adalah sebuah contoh dari teori efek terbatas. Teori ini
menyatakan bahwa masyarakat demokratis terbentuk dari kelompok pluralitis yang saling terkait dan di pimpin oleh seorang opinion leader yang mengandalkan
media untuk memperoleh informasi politik dan dunia social. Para pemimpin ini biasanyamelek informasi walaupun banyak para pengikutnya yang apatis dan
tidak peduli. Hasilnya, demokrasi dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, ide yang menyatakan bahwa media dapat mempengaruhi
budaya dalam skala besar belumlah mati. Pada era ketiga ini, teori komunikasi massa kembali bergeser pada kajian budaya dan kajian kritis, yang di gerakkan
terutama oleh teori tikus budaya Eropa, yang menganut paham neo-Marxis mengenai pemanfaatan kekuasaan oleh para elite ekonomi dan politik. Kajian
media inggris yang berfokus pada peran media massa dalam memperkenalkan cara pandang hegemonis dan budaya dominan adalah contoh dari teori budaya
kritis yang tumbuh pada era ini. Saat ini kita berada pada era keempat dari teori komunikasi massa,
kemunculan perspektif penciptaan makna. Era ini mengakui bahwa komunikasi massa memang bisa sangat kuat tetapi, bisa juga biasa saja, bahkan tidak punya
kekuatan sama sekali- karena adanya khalayak aktif yang dapat dan sering menggunakan media untuk menciptakan pengalaman bermakna untuk diri mereka
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Teori framing yang menegaskan bahwa manusia menggunakan harapannya terhadap dunia sosial untuk memahami dunia dan gerak melek media,
yang meminta peningkatan kemampuan orang dalam mengakses, menganalisis, dan mengkomunikasikan pesan media, adalah dua contoh dari teori penciptaan
makna ini. Proses perkembangan teori komunikasi massa ini belumlah tersusun secara
baik dan semua permasalahan juga belum terselesaikan. Satu sumber ketidaksepakatan terus-menerus antarpeneliti media disebabkan oleh perbedaan
level analisis masing-masing, yaitu pada level efek mana yang menjadi pusat perhatian para peneliti. Mereka yang beroperasi pada level mikroskopik meneliti
efek media pada level individu. Sementara mereka yang bergerak pada level makroskopik berharap dapat melihat efek media pada level sosial dan budaya
yang lebih luas.
2.1.3 Internet dan Media Online