Latar Belakang GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MUSRENBANG DESA (Studi di desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran)

seharusnya pemerintahan desa memiliki hak otonomi asli serta pengakuan terhadap hak kesatuan masyarakat hukum adat, konstruksi teoritis keberadaan masyarakat hukum adat dapat dimaknai sebagai salah satu unsur yang diakui dan mempunyai kewenangan sendiri dalam struktur pemerintahan negara. Dengan jalan memberikan undang-undang tersendiri yang mengatur pemerintahan desa secara holistik. Upaya untuk memperbaiki pemerintahan desa dilakukan dalam bentuk penetapan peraturan perundang-undangan. Pertimbangan disahkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Serta desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan perlu diatur tersendiri dengan Undang-Undang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam kerangka Otonomi Desa disahkan pada tanggal 18 Desember 2013 oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyo. Perubahan tersebut merupakan cerminan besar tentang desa baik secara langung maupun secara langsung berkaitan atau berpengaruh terhadap otonomi desa dan dalam konteks tersebut di atas, sangat menarik untuk meneliti detail dan khusus dinamika pengaturan desa di Indonesia Dalam Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014, diartikan bahwa: “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 1. Kedudukan Desa tercermin dalam Pasal 2 dan Pasal 5 undang-undang tersebut, sebagai berikut: “Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika”. “Desa berkedudukan di wilayah KabupatenKota” Pasal 5. Ketentuan di atas menegaskan kedudukan Desa sebagai bagian dari Pemerintahan Daerah. Hal ini pula yang menjadikan Peraturan Desa atas dasar Ketetapan MPR No. IIIMPR 2000 vide Pasal 3 ayat 7 huruf c dan UU No. 10 Tahun 2004 vide Pasal 7 ayat 2 huruf c sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan sebagai bagian dari peraturandaerah. Selain itu sistem demokrasi yang dijalankan di desa secara baik dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik, transparan, tidak dipersulit, akuntabel dan lain sebagainya yang dapat menguntungkan masyarakat, karena adanya kontrol secara efektif dari masyarakat terhadap pemerintah desa. Untuk membangun demokrasi di desa, maka penyelenggaraan pemerintahan desa harus disertai pola-pola kepemimpinan yang baik pula. Terkait penyelenggaraan pemerintahan desa secara praktis masih dihadapkan pada berbagai persoalan, salah satunya adalah kepemimpinan kepala desa yang mengindikasikan ketidaksesuaian dengan semangat demokrasi, fenomena umum tersebut juga terjadi di Desa Margo Mulyo. Desa Margo Mulyo merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan hasil prariset dengan melakukan wawancara kepada Bapak Sumardi selaku tokoh masyarakat maka diketahui bahwa: ”Selama ini kepada desa dalam melaksanakan pemerintahan desa, khususnya dalam musrenbang kurang transparan. Padahal seharusnya sebagai seorang pemimpin, kepala desa mampu mengembangkan gaya kepemimpinan yang baik serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan bersifat transparan dalam musrenbang demi kepentingan masyarakat.” Pelaksanaan pembangunan di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran dilaksanakan oleh kepala desa dibantu oleh perangkat desa, namun demikian Kepala Desa kurang melibatkan peran serta Badan Permusyawaratan Desa BPD. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Kasdi selaku anggota BPD yang menyatakan bahwa Kepala Desa jarang mengundang BPD pada saat akan melaksanakan suatu program kerja. Sumber: Hasil prariset di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran Sabtu 09 Februari 2015. Kepala Desa seharusnya berperan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program-program yang dilakukan oleh pemerintah desa, karena masyarakat juga bagian dari suksesnya program desa, masyarakat juga mempunyai peranan terhadap tercapainya tujuan dari pembangunan. Perlu adanya suatu koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat agar yang menjadi cita-cita bersama yaitu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan. Peran Kepala Desa dalam hal meningkatkan partisipasi masyarakat desa Margo Mulyo adalah dengan menggunakan strategi partisipasi non finansial, melibatkan masyarakat pada Musrenbang dan melakukan pendekatan kepada warga masyarakat, dan partisipasi masyarakat desa Margo Mulyo mulai dari perencanaan, pelaksanaan, tetapi masih belum terlihat adanya partisipasi dalam hal evaluasi. Partisipasi masyarakat dibutuhkan untuk memberikan masukan dan pertimbangan pada keputusan yang akan diambil oleh kepala desa terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan program kerja di desa. Salah satu sumber tidak sesuainya kepemimpinan kepala desa dalam suatu pemerintahan desa adalah gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya. Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan serangkaian perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk berperilaku atau berbuat sesuatu sebagaimana diarahkan oleh pimpinan tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai: Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Musrenbang Desa Studi di desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana gaya kepemimpinan kepala desa dalam Musrenbang desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan tipe gaya kepemimpinan kepala desa dalam Musrenbang di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan disiplin Ilmu Administrasi Negara, khususnya berkaitan dengan gaya kepemimpinan kepala desa dalam Musrenbang di Desa Margo Mulyo Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan bagi Kepala Desa Margo Mulyo serta kepala desa lainnya dalam mengembangkan model gaya kepemimpinan yang tepat dalam pemerintahan desa khususnya dalam Musrenbang desa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Gaya Kepempimpinan

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Tampubolon 2008; 15, gaya kepemimpinan adalah ciri seorang pemimpin melakukan kegiatannya dalam mengarahkan, mempengaruhi, menggerakan perilaku para pengikutnya atau bawahannya kepada suatu tujuan tertentu. Perbedaan gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi indivivu dan perilaku kelompok. Menurut Hasibuan 2004: 76, gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Dengan kata lain pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Menurut Hersey dan Blanchard dalam Handoko 2005: 45, berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Pengertian ini mengandung makna bahwa pimpinan adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin. Situasi merupakan suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka konsep gaya kepemimpinan Kepala Desa Margo Mulyo adalah suatu cara yang dikembangan oleh seorang pemimpin desa Margo Mulyo dalam rangka menggerakkan para bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Menurut Siagian 1997: 43-47, macam-macam gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut: a. Gaya Kepemimpinan Otoriter Seorang pemimpin yang otoriter ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.

Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

Gaya Hidup Remaja Pedesaan (Studi di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

0 62 14

Eksistensi Kepala Desa Sebagai Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Alternatif (Studi di Kabupaten Nias)

0 39 141

Lembaga Adat Sebagai Mitra Kepala Desa Dalam Penyelesaian Sengketa Si Desa (Studi Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir)

0 21 132

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN (Studi Gaya Kepemimpinan di Desa Maron Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo)

0 2 83

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA PEREMPUAN (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

2 74 71

KEWENANGAN KEPALA DESA DALAM PENGELOLAAN USAHA DESA DI DESA MORO KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

0 0 114