Keaslian Penulisan Metode Penelitian

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini adalah berdasarkan hasil pemikiran penulis sendiri. Sepanjang penelusuran diperpustakaan yang dilakukan, belum terdapat judul dan permasalahan yang sama dengan tulisan ini. Kalaupun ada skripsi yang mirip dengan skripsi ini, penulis yakin substansi pembahasannya berbeda. Sehingga skripsi ini benar-benar merupakan tulisan yang berbeda dengan tulisan yang lain. Dengan demikian, keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka Didalam skripsi ini penulis membahas mengenai : Kesadaran Hukum

Masyarakat Nias dalam Rangka Pendaftaran Tanah di Kabupaten Nias. 1. Pengertian-pengertian a. Pengertian Kesadaran Hukum dan Masyarakat Menurut Sudikno Mertokusumo, “Pada hakekatnya Kesadaran Hukum adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya “kebatilan” atau “onrecht” tentang apa hukum itu, atau apa yang seharusnya hukum itu. Atau dengan perkataan lain, kesadaran hukum itu berarti kesadaran tentang apa yang seharusnya kita lakukan atau apa yang seharusnya tidak kita lakukan terutama terhadap orang lain. Kesadaran hukum mengandung tepo seliro atau toleransi.” 10 10 Sudikno Mertokusumo,Kesadaran Hukum Sebagai Landasan Untuk Memperbaiki Sistem Internet tanggal 18 Januari 2015, Hal 1 Universitas Sumatera Utara Adapun definisi Masyarakat menurut kamus hukum Sudarsono adalah “sejumlah manusia dalam arti yang sangat luas dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka nilai sama.” 11 Sedangkan definisi dari Masyarakat Hukum adalah “sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dimana didalam kelompok tersebut berlaku suatu rangkaian peraturan yang menjadi tingkah laku bagi setiap kelompok dalam pergaulan hidup mereka” 12

b. Pengertian dan Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

Pendaftaran tanah merupakan persoalan yang sangat penting dalam UUPA, karena pendaftaran tanah merupakan awal dari proses lahirnya sebuah bukti kepemilikan atas hak tanah. Begitu pentingnya persoalan pendaftaran tanah tersebut, sehingga UUPA memerintahkan kepada Pemerintah untuk melakukan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini tentunya sesuai dengan pasal 19 ayat 1 UUPA dinyatakan bahwa : “untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sebagai tindak lanjut dari pemerintah pasal 19 ayat 1 UUPA tersebut, pemerintah mengeluarkan PP No. 10 Tahun 1961, maka setelah berlaku kurang lebih selama 28 tahun, pemerintah mengeluarkan PP No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. 11 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2005 12 R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika Jakarta, 2006, Hal.298 Universitas Sumatera Utara Pada PP No. 10 Tahun 1961, pengertian pendaftaran tanah lebih menekankan pada kegiatan penyelenggaraan kegiatan. Terutama pada kegiatan pengukuran desa demi desa, yang dapat kita lihat pada pasal 1 : “Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh jawatan . Pendaftaran Tanah menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dan mulai pada tanggal ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk masing-masing daerah”, dan Pasal 2 : “Pendaftaran Tanah diselenggarakan desa demi desa atau daerah-daerah setingkat dengan itu” 13 a. Pendaftaran awal yang mendaftarkan hak-hak atas tanah untuk pertama kali dan harus terus dipelihara ajudikasi . Adapun pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 adalah “rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”. Dari ayat 1 ini, maka disebutkan bahwa pendaftaran tanah tersebut dipertegas sebagai berikut : b. Pendaftaran hak-hak karena adanya mutasi hak, ataupun adanya pengikatan jaminan hutang dengan tanah sebagai agunan dan pendirian hak baru Hak 13 Syarifuddin Chandra, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah, Pustaka Bangsa Press, Medan, Hal. 16 Universitas Sumatera Utara Guna Bangunan atau Hak Pakai diatas Hak Milik hak-hak yang timbul dari rumah susun dan bagian-bagian dari rumah susun. c. Pendaftaran tersebut meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta memelihara data fisik dan data yuridis 14 Guna menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah, di satu pihak UUPA mengharuskan Pemerintah untuk mengadakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Indonesia, dan dilain pihak UUPA mengharuskan para pemegang hak yang bersangkutan untuk mendaftarkan hak-hak atas tanahnya. . Boedi Harsono juga merumuskan pengertian pendaftaran tanah sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyajikan data tertentu mengenai bidang-bidang atau tanah-tanah tertentu yang ada disuatu wilayah tertentu dengan tujuan tertentu 15 AP Parlindungan juga mengatakan bahwa pendaftaran tanah juga berasal dari kata cadastre bahasa Belanda kadaster suatu untuk istilah teknis untuk suatu record atau rekaman menunjuk pada luas, nilai dan kepemilikan, misalnya atas sebidang tanah. Kata ini berasal dari Bahasa Latin Capitastrum yang berarti suatu register atau capita atau unit yang diperbuat untuk tanah pajak Romawi CapotatioTerreus. Dalam artian yang tegas, cadastre adalah record rekaman . 14 A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1999, Hal 73 15 Daliyo,dkk, Hukum Agraria I, PT Prenhallindo, Jakarta, 2001, Hal 80 Universitas Sumatera Utara daripada lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan 16

2. Asas-asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah

. Menurut Pasal 2 PP No. 24 Tahun 1997, Pendaftaran Tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir, dan terbuka. Penjelasan dari Pasal tersebut sebagai berikut : Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksud agar ketentuan- ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak- pihak yang berkepentingan, terutama para pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah. Sedangkan asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu dilaksanakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah itu sendiri. Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak pemegang hak yang membutuhkan pendaftaran tanah, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh pihak- pihak yang memerlukannya. 16 Tampil Anshari Siregar, Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Multi Grafik, Medan, 2007, Hal 24 Universitas Sumatera Utara Asas mutakhir adalah asas yang dimaksudkan untuk melengkapi dalam proses pelaksanaan dan keseimbangan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Badan Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan yang ada dilapangan tanpa adanya manipulasi data, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan asas terbuka 17 1. Torrens System, adalah sistem yang dapat diketahui siapa yang memiliki dari pertama kali diatas bidang-bidang tanah tersebut, siapa pejabat-pejabat yang menandatanganinya dapat diketahui pemilik yang baru. . Adapun prinsip-prinsip pendaftaran tanah menurut Pasal 19 UUPA adalah: 2. Asas negatif adalah bahwa sesorang yang telah tercantum namanya dalam sertifikat itu tidak mutlak sebagai pemilik hak atas tanah tersebut, akan tetapi dapat diajukan suatu keberatan untuk menemukan pemilik dari suatu bidang tanah tersebut dengan suatu pembuktian yang lebih daripada yang tercantum namanya tersebut, dalam hal ini dapat diajukan ke depan Pengadilan. 3. Asas publisitas, adalah suatu informasi pertanahan kepada umum dan pemerintah, oleh karena itu setiap orang berhak meminta surat keterangan yang berisikan keterangan tentang haknya, luasnya, lokasinya dan sebagainya. 17 A.P. Parlindungan, Op.Cit, Hal.76 Universitas Sumatera Utara 4. Asas spesialitas, adalah pendaftaran tanah dapat dilihat dari surat ukurannya karena himpunannya adalah desa disertai jalan, nomor dari jalan tersebut sehingga akan mudah ditelusuri tempat tersebut. 5. Asas rechts-cadaster, adalah suatu kegiatan daripada Kantor Pertanahan apabila seseorang yang akan melakukan suatu peralihan harus lebih dahulu dibayar pajak balik namanya dan biaya balik nama kepada orangnya 18 Menurut Pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997, Pendaftaran Tanah bertujuan : . a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Dari penjelasan pasal-pasal disebutkan sebagai berikut : Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama pendaftaran tanah oleh pasal 19 UUPA. Disamping itu, dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya suatu pusat 18 Affan Mukti, Pokok-pokok Bahasan Hukum Agraria, USU Press, Medan, 2006, Hal 52 Universitas Sumatera Utara informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib admisnistrasi di bidang pertanahan 19

3. Mekanisme Pendaftaran Tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997

. PP No. 24 Tahun 1997 memerintahkan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan pendaftaran tanah. Namun dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai pendaftaran tanah untuk pertama kalinya. Bertolak dari luasnya cakupan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya, ada beberapa hal pokok yang terdapat pada kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali itu yang harus dipahami, yaitu : a. Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali b. Pengumpulan dan pengolahan data fisik c. Pembuktian hak dan pembukuannya d. Penerbitan sertifikat e. Penyajian data fisik dan data yuridis, dan f. Penyimpangan daftar umum dan dokumen 19 A.P. Parlindungan, Op.Cit, Hal 78 Universitas Sumatera Utara Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali itu dilakukan melalui 2 cara, yaitu secara sistematik dan secara sporadik. Dalam PP No. 24 Tahun 1997 kedua cara itu diberi penegasan bahwa pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegaiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan. Sementara pendaftaran tanah secara sporadik merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan secara individual dan massal 20 1. Permohonan Pendaftaran Tanah secara Sporadik . Adapun tahap-tahapan dalam pendaftaran tanah secara sporadik sebagaimana tercantum dalam PerMen. AgraKa.BPN No.31997 sebagai berikut : Kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan atas dasar permohonan perorangan atau massal dengan surat permohonan yang bentuknya sebagaimana yang diatur dalam PerMen. AgraKa.BPN No.31997 yang meliputi permohonan untuk : a. Melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu yaitu untuk persiapan permohonan hak baru, untuk pemisahan, pemecahan, penggabungan bidang tanah, untuk pengembalian batas, untuk penataan batas dalam rangka 20 Tampil Anshari Siregar, Op.Cit, Hal.81 Universitas Sumatera Utara pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk hal-hal lain dengan persetujuan pemegang hak, b. Mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 PP No. 24 Tahun 1997, c. Mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 PP No. 24 Tahun 1997. Setiap permohonan yang diajukan harus disertakan dengan dokumen asli untuk membuktikan hak atas bidang tanah yang bersangkutan. 2. Pengukuran dan Pemetaan Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan yang meliputi : a. Pembuatan peta dasar pendaftaran, b. Penetapan batas bidang-bidang tanah, c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran, d. Pembuatan daftar tanah, e. Pembuatan surat ukur. 3. Pengumpulan dan Penelitian data Yuridis bidang tanah Hak atas tanah baru dibuktikan dengan : Universitas Sumatera Utara a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah negara atau tanah hak pengelolaan; b. Asli akta PPAT yang menurut pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik; c. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang berwenang; d. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf; e. Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan; f. Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan. Sedangkan Hak lama dibuktikan dengan : a. Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftarkan hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya; b. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengakp alat-alat pembuktian, maka pembuktian hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 dua puluh tahun atau lebih Universitas Sumatera Utara secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya dengan syarat : Penguasaan tanah tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya; Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 PP No.24 Tahun 1997 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya. c. Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 PP No.24 Tahun 1997 dilakukan pengumpulan dan penelitian data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan oleh Kepala Kantor Pertanahan. d. Hasil penelitian alat-alat bukti di tuangkan dalam suatu daftar isian. 4. Pengumpulan Data Fisik, Data Yuridis dan Pengesahannya. a. Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 60 enam puluh hari untuk memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan; b. Pengumuman dilakukan di Kantor Kepala DesaKelurahan letak tanah yang bersangkutan serta ditempat lain yang dianggap perlu, seperti media massa; Universitas Sumatera Utara c. Jika dalam jangka waktu pengumuman ada yang mengajukan keberatan mengenai data fisik dan atau data yuridis yang diumumkan, maka Kepala Kantor Pertanahan mengusahakan agar secepatnya keberatan yang diajukan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat; d. Setelah jangka waktu pengumuman berakhir, data fisik dan data yuridis yang diumumkan tersebut oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik disahkan dengan suatu berita acara; e. Jika setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman masih ada kekuranglengkapan data fisik dan atau data yuridis yang bersangkutan atau masih ada keberatan yang belum diselesaikan, pengesahan dilakukan dengan catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap dan atau keberatan yang belum diselesaikan. 5. Pembukuan Hak Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah. Dalam buku tanah tersebut tercantum data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan apabila ada surat ukurnya maka dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan hak dilakukan bersadarkan alat bukti dan berita acara pengesahan. Universitas Sumatera Utara 6. Penerbitan Sertifikat Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya dengan data yang ada didalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Apabila atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah, atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik, dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu, tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan atau penerbitan sertifikat tersebut. Adapun tahapan-tahapan pendaftaran tanah secara sistematis sebagaimana diatur dalam Permen.AgraKaBPN No.31997 adalah sebagai berikut : 1. Penetapan lokasi oleh Menteri atas usul Kepala Kantor Wilayah; 2. Persiapan Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar yang berbentuk peta garis atau peta foto; Universitas Sumatera Utara 3. Pembentukan Panitia Ajudikasi danSatuan Tugas satgas Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk. 4. Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mulainya pendaftaran tanah secara sistematik. 5. Penyuluhan wilayah Sebelum dimulainya ajudikasi, diadakan penyuluhan di wilayah atau bagian wilayah desa kelurahan yang bersangkutan mengenai pendaftaran tanah secara sistematik oleh Kepala Kantor Pertanahan dibantu Panitia Ajudikasi yang memberitahukan kepada pemeganng hak atau kuasanya, atau pihak lain yang berkepentingan bahwa di desa kelurahan tersebut akan diselenggarakan pendaftaran tanah secara sistematik. 6. Pengumpulan Data Fisik yang meliputi penetapan batas, pemasangan tanda- tanda batas, pengukuran dan pembuatan surat ukur, penetapan bidang tanah dan pembuatan daftar tanah. 7. Pengumpulan dan penelitian Data Yuridis yang meliputi pengumpulan alat- alat bukti kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keterangan saksi dan atau keterangan yang bersangkutan, yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada Panitia Ajudikasi. Universitas Sumatera Utara 8. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis dan Pengesahannya Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 30 tiga puluh hari untuk memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan. Pengumuman dilakukan di Kantor Kepala Desa Kelurahan letak tanah yang bersangkutan serta ditempat lain yang dianggap perlu. 9. Pembukuan Hak Seperti halnya dalam pendaftaran tanah secara sporadik, pembukuan hak juga dilakukan dimana data yuridis maupun data fisik dicatat dalam buku tanah tersebut. 10. Penerbitan Sertifikat Jika dalam buku tanah terdapat catatan-catatan yang menyangkut data yuridis maupun data fisik, maka oenerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan yang bersangkutan dihapus. 11. Penyerahan Hasil Kegiatan Setelah berakhirnya pendaftaran tanah secara sistematik, Ketua Panitia Ajudikasi menyerahkan hasil kegiatannya kepada Kepala Kantor Pertanahan yang berupa semua dokumen mengenai bidang-bidang tanah di lokasi pendaftaran tanah secara sistematik meliputi peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama, sertifikat hak atas tanah yang yang belum diserahkan kepada pemegang hak, daftar hak atas tanah, warkah-warkah dan daftar isian lainnya. Universitas Sumatera Utara Setelah melakukan proses pendaftaran tanah, baik melalui sistematik maupun secara sporadik, selanjutnya dilakukan proses penyajian data, yaitu data fisik dan data yuridis. Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, Kantor Pertanahan menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, dan daftar nama. Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau ditempat lain yang ditetapkan oleh Menteri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari daftar umum 21 1. Jenis Penelitian Spesifikasi Penelitian .

F. Metode Penelitian

Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara mencapai sesuatu. Sebagaimana tentang tata cara penelitian harus dilakukan, maka metode penelitian hukum yang digunakan penulis mencakup antara lain : Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum empiris yang meliputi pendekatan hukum normatif dan pendekatan hukum sosiologis. Dalam hal pendekatan hukum normatif, penulis melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, dan bahan hukum yang berhubungan dengan judul dari skripsi ini. Pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder. 21 Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, Hal 23-52 Universitas Sumatera Utara Sedangkan pendekatan secara sosiologis dilakukan untuk melakukan data primer yaitu dengan melakukan penelitian dan wawancara langsung dengan Kepala Kantor Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Nias serta mengambil data dari masyarakat melalui kuesioner yang disebarkan oleh penulis kepada masyarakat yang dijadikan sampel, menyangkut pendaftaran tanah. Dari 131.377 jiwa jumlah penduduk di Kabupaten Nias, 134,01 jiwa km 2 . Penulis menarik sampel sebagai responden penelitian sebanyak 100 orang yang merupakan perwakilan dari setiap kecamatan dari 10 kecamatan di Kabupaten Nias. Dalam menganalisa data-data yang sudah diperoleh, maka penulis menggunakan analisis kualitatif. 2. Metode Pendekatan Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis sosiologis atau social legal approach dalam hal ini karena permasalahan yang diteliti adalah mengenai hubungan faktor sosiologis dengan faktor yuridis, serta bagaimana implementasinya dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Nias. Yang menjadi faktor sosiologis dalam skripsi ini adalah mengenai reaksi atau kesadaran masyarakat menyangkut pendaftaran tanah dan peranan serta upaya yang telah dilakukan Badan Pertanahan Kabupaten Nias mengenai pendaftaran tanah, dengan melakukan penelitian langsung ke Kantor Pertanahan Kabupaten Nias dan meminta informasi dari beberapa masyarakat setempat. Universitas Sumatera Utara Sedangkan faktor yuridisnya adalah mengenai mekanisme hukum atau peraturan perundang-undangan dan prosedur hukum yang mengatur pendaftaran tanah. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan tepatnya di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Dalam hal ini untuk memperoleh keterangan dan data yang diperlukan mengenai pendaftaran tanah di Kabupaten Nias. Dalam rangka memperoleh data dari responden, lokasinya adalah di Kabupaten Nias. 4. Alat Pengumpulan Data Adapun alat instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah berupa studi dokumen, yaitu dengan menelaah bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan instrumen yang lain yaitu dengan menjalankan daftar pertanyaan kuesioner serta wawancara langsung dengan sebagian masyarakat yang dijadikan sampel. Penulis juga menggunakan wawancara interview terhadap Pejabat Badan Pertanahan Kabupten Nias.

G. Sistematika Penulisan