informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak-pihak termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan
perwujudan tertib admisnistrasi di bidang pertanahan
19
3. Mekanisme Pendaftaran Tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997
.
PP No. 24 Tahun 1997 memerintahkan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan pendaftaran tanah. Namun dalam skripsi ini penulis hanya
membahas mengenai pendaftaran tanah untuk pertama kalinya. Bertolak dari luasnya cakupan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kalinya, ada beberapa hal pokok yang terdapat pada kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali itu yang harus dipahami, yaitu :
a. Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali
b. Pengumpulan dan pengolahan data fisik
c. Pembuktian hak dan pembukuannya
d. Penerbitan sertifikat
e. Penyajian data fisik dan data yuridis, dan
f. Penyimpangan daftar umum dan dokumen
19
A.P. Parlindungan, Op.Cit, Hal 78
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali itu dilakukan melalui 2 cara, yaitu secara sistematik dan secara sporadik. Dalam PP No. 24 Tahun 1997
kedua cara itu diberi penegasan bahwa pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegaiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang
meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan. Sementara pendaftaran tanah secara sporadik
merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa
kelurahan secara individual dan massal
20
1. Permohonan Pendaftaran Tanah secara Sporadik
. Adapun tahap-tahapan dalam pendaftaran tanah secara sporadik
sebagaimana tercantum dalam PerMen. AgraKa.BPN No.31997 sebagai berikut :
Kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik dilakukan atas dasar permohonan perorangan atau massal dengan surat permohonan yang bentuknya
sebagaimana yang diatur dalam PerMen. AgraKa.BPN No.31997 yang meliputi permohonan untuk :
a. Melakukan pengukuran bidang tanah untuk keperluan tertentu yaitu untuk
persiapan permohonan hak baru, untuk pemisahan, pemecahan, penggabungan bidang tanah, untuk pengembalian batas, untuk penataan batas dalam rangka
20
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit, Hal.81
Universitas Sumatera Utara
pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk hal-hal lain dengan persetujuan pemegang hak,
b. Mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan Pasal 23 PP No. 24 Tahun 1997, c.
Mendaftarkan hak baru berdasarkan alat bukti sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 23 PP No. 24 Tahun 1997.
Setiap permohonan yang diajukan harus disertakan dengan dokumen asli untuk membuktikan hak atas bidang tanah yang bersangkutan.
2. Pengukuran dan Pemetaan
Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan yang meliputi :
a. Pembuatan peta dasar pendaftaran,
b. Penetapan batas bidang-bidang tanah,
c. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran, d.
Pembuatan daftar tanah, e.
Pembuatan surat ukur. 3.
Pengumpulan dan Penelitian data Yuridis bidang tanah
Hak atas tanah baru dibuktikan dengan :
Universitas Sumatera Utara
a. Penetapan pemberian hak dari pejabat yang berwenang memberikan hak yang
bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah negara atau tanah hak pengelolaan;
b. Asli akta PPAT yang menurut pemberian hak tersebut oleh pemegang hak
milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;
c. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan
oleh pejabat yang berwenang; d.
Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf; e.
Hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan; f.
Pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.
Sedangkan Hak lama dibuktikan dengan : a.
Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut
berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftarkan hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya;
b. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengakp alat-alat pembuktian,
maka pembuktian hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 dua puluh tahun atau lebih
Universitas Sumatera Utara
secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya dengan syarat :
Penguasaan tanah tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta
diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya; Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman
sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 PP No.24 Tahun 1997 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa kelurahan yang
bersangkutan ataupun pihak lainnya. c.
Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 PP No.24 Tahun 1997 dilakukan pengumpulan dan penelitian data
yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
d. Hasil penelitian alat-alat bukti di tuangkan dalam suatu daftar isian.
4. Pengumpulan Data Fisik, Data Yuridis dan Pengesahannya.
a. Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan
sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 60 enam puluh hari untuk memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan
keberatan; b.
Pengumuman dilakukan di Kantor Kepala DesaKelurahan letak tanah yang bersangkutan serta ditempat lain yang dianggap perlu, seperti media massa;
Universitas Sumatera Utara
c. Jika dalam jangka waktu pengumuman ada yang mengajukan keberatan
mengenai data fisik dan atau data yuridis yang diumumkan, maka Kepala Kantor Pertanahan mengusahakan agar secepatnya keberatan yang diajukan
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat; d.
Setelah jangka waktu pengumuman berakhir, data fisik dan data yuridis yang diumumkan tersebut oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik disahkan dengan suatu berita acara; e.
Jika setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman masih ada kekuranglengkapan data fisik dan atau data yuridis yang bersangkutan atau
masih ada keberatan yang belum diselesaikan, pengesahan dilakukan dengan catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap dan atau keberatan yang belum
diselesaikan.
5. Pembukuan Hak
Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun didaftar dengan membukukannya dalam buku tanah. Dalam buku tanah
tersebut tercantum data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan, dan apabila ada surat ukurnya maka dicatat pula pada surat ukur tersebut. Pembukuan hak
dilakukan bersadarkan alat bukti dan berita acara pengesahan.
Universitas Sumatera Utara
6. Penerbitan Sertifikat
Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku
tanah. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya dengan data yang ada didalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
Apabila atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah, atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad
baik, dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam
waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu, tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan
ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan atau penerbitan sertifikat tersebut.
Adapun tahapan-tahapan pendaftaran tanah secara sistematis sebagaimana diatur dalam Permen.AgraKaBPN No.31997 adalah sebagai berikut :
1. Penetapan lokasi oleh Menteri atas usul Kepala Kantor Wilayah;
2. Persiapan Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar yang berbentuk
peta garis atau peta foto;
Universitas Sumatera Utara
3. Pembentukan Panitia Ajudikasi danSatuan Tugas satgas
Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau
Pejabat yang ditunjuk. 4.
Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mulainya pendaftaran tanah secara sistematik.
5. Penyuluhan wilayah
Sebelum dimulainya ajudikasi, diadakan penyuluhan di wilayah atau bagian wilayah desa kelurahan yang bersangkutan mengenai pendaftaran tanah
secara sistematik oleh Kepala Kantor Pertanahan dibantu Panitia Ajudikasi yang memberitahukan kepada pemeganng hak atau kuasanya, atau pihak lain
yang berkepentingan bahwa di desa kelurahan tersebut akan diselenggarakan pendaftaran tanah secara sistematik.
6. Pengumpulan Data Fisik yang meliputi penetapan batas, pemasangan tanda-
tanda batas, pengukuran dan pembuatan surat ukur, penetapan bidang tanah dan pembuatan daftar tanah.
7. Pengumpulan dan penelitian Data Yuridis yang meliputi pengumpulan alat-
alat bukti kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keterangan saksi dan atau keterangan yang
bersangkutan, yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada Panitia Ajudikasi.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengumuman Data Fisik dan Data Yuridis dan Pengesahannya
Daftar isian beserta peta bidang atau bidang-bidang yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran diumumkan selama 30 tiga puluh hari untuk
memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan. Pengumuman dilakukan di Kantor Kepala Desa Kelurahan letak
tanah yang bersangkutan serta ditempat lain yang dianggap perlu. 9.
Pembukuan Hak Seperti halnya dalam pendaftaran tanah secara sporadik, pembukuan hak juga
dilakukan dimana data yuridis maupun data fisik dicatat dalam buku tanah tersebut.
10. Penerbitan Sertifikat
Jika dalam buku tanah terdapat catatan-catatan yang menyangkut data yuridis maupun data fisik, maka oenerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan
yang bersangkutan dihapus. 11.
Penyerahan Hasil Kegiatan Setelah berakhirnya pendaftaran tanah secara sistematik, Ketua Panitia
Ajudikasi menyerahkan hasil kegiatannya kepada Kepala Kantor Pertanahan yang berupa semua dokumen mengenai bidang-bidang tanah di lokasi
pendaftaran tanah secara sistematik meliputi peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama, sertifikat hak atas tanah yang yang belum
diserahkan kepada pemegang hak, daftar hak atas tanah, warkah-warkah dan daftar isian lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melakukan proses pendaftaran tanah, baik melalui sistematik maupun secara sporadik, selanjutnya dilakukan proses penyajian data, yaitu data fisik
dan data yuridis. Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, Kantor Pertanahan menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah dalam daftar umum yang
terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, dan daftar nama. Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah
digunakan sebagai dasar pendaftaran diberi tanda pengenal dan disimpan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau ditempat lain yang ditetapkan oleh Menteri
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari daftar umum
21
1. Jenis Penelitian Spesifikasi Penelitian
.
F. Metode Penelitian
Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara mencapai sesuatu. Sebagaimana tentang tata cara penelitian harus dilakukan, maka metode penelitian
hukum yang digunakan penulis mencakup antara lain :
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum empiris yang meliputi pendekatan hukum normatif dan pendekatan hukum
sosiologis. Dalam hal pendekatan hukum normatif, penulis melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, dan bahan hukum yang
berhubungan dengan judul dari skripsi ini. Pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder.
21
Florianus SP Sangsun, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, Hal 23-52
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pendekatan secara sosiologis dilakukan untuk melakukan data primer yaitu dengan melakukan penelitian dan wawancara langsung dengan Kepala
Kantor Tata Usaha Kantor Pertanahan Kabupaten Nias serta mengambil data dari masyarakat melalui kuesioner yang disebarkan oleh penulis kepada masyarakat yang
dijadikan sampel, menyangkut pendaftaran tanah. Dari 131.377 jiwa jumlah penduduk di Kabupaten Nias, 134,01 jiwa
km
2
. Penulis menarik sampel sebagai responden penelitian sebanyak 100 orang yang merupakan perwakilan dari setiap kecamatan dari 10 kecamatan di Kabupaten Nias.
Dalam menganalisa data-data yang sudah diperoleh, maka penulis menggunakan analisis kualitatif.
2. Metode Pendekatan
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis sosiologis atau social legal approach dalam hal ini karena permasalahan yang diteliti adalah
mengenai hubungan faktor sosiologis dengan faktor yuridis, serta bagaimana implementasinya dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Nias. Yang menjadi faktor
sosiologis dalam skripsi ini adalah mengenai reaksi atau kesadaran masyarakat menyangkut pendaftaran tanah dan peranan serta upaya yang telah dilakukan Badan
Pertanahan Kabupaten Nias mengenai pendaftaran tanah, dengan melakukan penelitian langsung ke Kantor Pertanahan Kabupaten Nias dan meminta informasi
dari beberapa masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan faktor yuridisnya adalah mengenai mekanisme hukum atau peraturan perundang-undangan dan prosedur hukum yang mengatur pendaftaran
tanah. 3.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan tepatnya di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Dalam hal ini untuk memperoleh keterangan dan data yang diperlukan mengenai
pendaftaran tanah di Kabupaten Nias. Dalam rangka memperoleh data dari responden, lokasinya adalah di Kabupaten Nias.
4. Alat Pengumpulan Data
Adapun alat instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah berupa studi dokumen, yaitu dengan menelaah bahan-bahan
kepustakaan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan instrumen yang lain yaitu dengan menjalankan daftar
pertanyaan kuesioner serta wawancara langsung dengan sebagian masyarakat yang dijadikan sampel. Penulis juga menggunakan wawancara interview terhadap Pejabat
Badan Pertanahan Kabupten Nias.
G. Sistematika Penulisan
Dengan maksud memudahkan dalam menelaah penulisan skripsi yang berjudul “Kesadaran Hukum Masyarakat Nias dalam rangka Pendaftaran Tanah di
Universitas Sumatera Utara
Kabupten Nias”, maka penulis terlebih dahulu menguraikan sistematika yang merupakan gambaran isi dari skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
Pada bab I diuraikan tentang latar belakang penulisan skripsi ini; Kemudian perumusan masalah yang akan diteliti ; diuraikan pula Tujuan
Penulisan dan Manfaat Penulisan baik secara praktis maupun secara teoritis ; Keaslian Penulisan bahwa tulisan ini adalah karya asli dari
penulis ; Tinjauan Kepustakaan yang meliputi : Pengertian Kesadaran Hukum dan Pengertian Pendaftaran Tanah, Asas-asas dan Tujuan
Pendaftaran Tanah, Mekanisme Pendaftaran Tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 ;
selanjutnya Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Pada bab II diuraikan tentang pengertian pendaftaran tanah dalam
pandanganYuridis berdasarkan UUPA dan Peraturan Pemerintah yang mengaturnya; Selanjutnya peranan Kantor Badan Pertanahan Kabupaten
Nias dalam Pendaftaran Tanah, struktur organisasi, program-program yang telah dilaksanakan dan yangakan dilaksanakan oleh Kantor Badan
Pertanahan di Kabupaten NiasPada bab III diuraikan tentang gambaran umum dan struktur pertanahan diKabupaten Nias, meliputi jumlah
kecamatan, jumlah penduduk ; mengenai sejauhmana pemahaman masyarakat Nias tentang Pendaftaran Tanah ; Bagaimana masyarakat
memperoleh tanah tersebut, seperti warisan, jual beli ; selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
mengenai kekuatan hukum yang dimiliki masyarakat terhadap tanah hak milik berupa surat wasiat, SK Camat dan akta jual beli.
Pada bab IV diuraikan mengenai hambatan-hambatan yang dialami masyarakat berupa kurangnya sosialisasi tentang pendaftaran tanah ;
kurangnya tingkat pendidikan ; dan pengaruh keadaan ekonomi dan sosial budaya di masyarakat. Sedangkan hambatan yang dialami oleh Kantor
Badan Pertanahan Kabupaten Nias seperti luasnya daerah wilayah tugas BPN Kabupaten Nias ; dan kurangnya petugas di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PERANAN DAN UPAYA PEMERINTAH BPN
A. Pendaftaran Tanah dalam Pandangan Yuridis
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3, dinyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan yang terkandung didalamnya dipelihara oleh Negara dan
“dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” tidak berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum
masyarakat. Hal tersebut juga dipertegas dalam ketetapan MPR RI No.IIMPR1988
Bab IV huruf D angka 30, yang berbunyi : “Tanah mempunyai fungsi sosial dan pemanfaatannya harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
Sedangkan UUPA yang memuat dasar-dasar pokok dibidang pertanahan merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum pertanahan agar dapat
memberikan jaminan kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk
kesejahteraan bersama secara adil. Jadi, untuk mencapai kesejahteraan dimana masyarakat dapat secara aman, melaksanakan hak dan kewajiban yang diperolehnya
sesuai dengan peraturan yang telah memberikan jaminan perlindungan terhadap hak dan kewajiban tersebut
22
22
Bahtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan peraturan-peraturan pelaksananya,
Alumni, Cetakan I, Bandung, 1983 Hal 7
.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai jaminan kepastian hukum, hal ini menjadi salah satu tujuan dari UUPA dan termuat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesiamenurut ketentuan-ketentuan
dalam peraturan pemerintah”. Meskipun UUPA telah mengatur tentang pendaftaran tanah, namun tidak
memberikan pengertian tentang apa yang di maksud dengan pendaftaran tanah. Begitu pula dengan PP no. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, juga tidak
memberikan pengertian tentang pendaftaran tanah, juga tidak memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan Pendaftaran Tanah.
Pengertian pendaftaran tanah baru dimuat dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan
data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Definisi pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 merupakan penyempurnaan dari ruang lingkup kegiatan pendaftaran tanah
berdasarkan Pasal 19 Ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang hanya
Universitas Sumatera Utara
meliputi : pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah,pendaftaran dan peralihan hak atas tanah serta pemberian tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat.
Dalam Pasal 19 Ayat 1 UUPA dinyatakan bahwa yang mengadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia adalah Pemerintah. Namun
dalam Pasal ini tidak disebutkan instansi Pemerintah mana yang mengadakan pendaftaran tanah tersebut. Begitu pula dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 10
Tahun 1961 hanya menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Jawatan Pendaftaran Tanah.
Pasal 19 Ayat 3 UUPA menyebutkan bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu
lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya. Dalam penjelasan umum angka IV UUPA dinyatakan bahwa “Pendaftaran Tanah akan diselenggarakan
dengan mengingat pada kepentingan serta keadaan negara dan masyarakat, lalu lintas sosial ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan dalam bidang personel dan
peralatannya. Oleh karena itu, akan didahulukan penyelenggaraannya di kota-kota lambat laun meningkat pada kadaster yang meliputi wilayah Negara.
Atas dasar ketentuan Pasal ini, penyelenggaraan pendaftaran tanah diprioritaskan di daerah-daerah perkotaan, disebabkan daerah ini merupakan lalu
lintas perekonomiannya lebih tinggi daripada daerah pedesaan. Selanjutnya pendaftaran tanah diselenggarakan di daerah pedesaan. Pendaftaran tanah juga
Universitas Sumatera Utara
bergantung pada anggaran negara, petugas pendaftaran tanah, peralatan yang tersedia, dan kesadaran masyarakat pemegang hak atas tanah.
UUPA menetapkan bahwa bagi rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari biaya pendaftaran tanah. Hal ini ditegaskan oleh Pasal 19 Ayat 4 UUPA, yaitu :
“Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran yang termaksud dalam Ayat 1 diatas, dengan ketentuan bahwa bagi
rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. “Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, pemerintah tidak mampu membebaskan seluruh
biaya pendaftaran tanah yang menjadi kewajiban bagi pemohon pendaftaran tanah, disebabkan oleh keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah. Pemerintah hanya
dapat memberikan subsidi biaya pendaftaran tanah yang biayanya disubsidi oleh Pemerintah adalah PRONA Proyek Operasi Nasional Agraria berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 189 Tahun 1981 tentangProyek Operasi Nasional Agraria dan pendaftaran tanah secara sistematik melalui ajudikasi.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 secara tegas menyebutkan bahwa instansi Pemerintah yang menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh
wilayah Republik Indonesia menurut Pasal 5 adalah Badan Pertanahan Nasional BPN, yang selanjutnya pada Pasal 6 Ayat 1 nya ditegaskan bahwa dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kota.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah ini menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, secara garis besar meliputi 2 kegiatan yaitu
pendaftaran tanah secara sporadik dan pendaftaran tanah secara sistematik : 1.
Pendaftaran Tanah secara Sporadik, adalah kegiatan pendaftaran tanah pertama sekali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan secara individual atau massal Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997. Dalam hal suatu desa kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah sistematik, maka
pendaftaran tanahnya dilaksanakan melalui pendaftaran secara sporadik. Pendaftaran tanah yang secara sporadik dilaksanakan atas
permintaan para pihak yang berkepentingan. Pendaftaran tanah secara sporadik dapat dilakukan secara perorangan atau massal.
2. Pendaftaran Tanah secara Sistematik, adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan Pasal 1 angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Pendaftaran
tanah secara sistematik ini didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri
Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik, Kepala Kantor
Universitas Sumatera Utara
Pertanahan Kabupaten Kota dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
Nasional
23
Ketentuan-ketentuan diatas menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan pendaftaran tanah di Indonesia yang kemudian ditegaskan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 yang erat hubungannya dengan Pasal 23 ayat 1 dan 2 UUPA yang menentukan bahwa : “Hak milik, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19, pendaftaran yang dimaksud
dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.
.
Keharusan pendaftaran hak atas tanah semakin ditekankan lagi dengan adanya sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 52 ayat 1, 2 dan 3 UUPA,.
Dimana ayat 1 Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuandalam Pasal 15 dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan atau denda
setinggi-tingginya sebesar Rp. 10.000,-. Ayat 2 Peraturan Pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang dimaksud dalam Pasal 19, 22, 24, 26 ayat 1, 46, 47, 48,
49 ayat 3 dan 50 ayat 2 dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 10.000.-. dan pada ayat 3 Tindak Pidana dalam ayat 1 dan 2 pasal ini adalah pelanggaran.
23
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit, Hal 81
Universitas Sumatera Utara
Ketiga ayat tersebut diatas merupakan penegasan untuk Undang-Undang tentang arti pentingnya pendaftaran tanah dan pendaftaran hak-hak diatasnya yang
harus dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat pemegang hak tersebut.
B. Peranan Kantor BPN Kabupaten Nias terhadap pendaftaran tanah dan Struktur Organisasi BPN Kabupaten Nias
Pasal 1 ayat 3 UUPA menjelaskan bahwa : Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud dalam ayat 2 pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi dengan tanah diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena tanah merupakan perekat negara yang harus
diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak
hanya ditujukan untuk menciptakan ketertiban hukum, tetapi juga untuk menyelesaikan masalah, sengketa, konflik pertanahan yang timbul, tetapi
memberikan jaminan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai status hak atas tanah. Oleh karena itu, kebijakan nasional dibidang pertanahan perlu disusun dengan
memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan kesejahteraan umum.
Berdasarkan hal tersebut diatas dan Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945, UUPA No 5 Tahun 1960, UU No. 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5, maka Presiden melalui Peraturan Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006, tentang Badan Pertanahan Nasional, maka Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah berupaya
menjalankan perintah dari Peraturan tersebut. Walaupun sampai saat ini masih belum dapat terlihat jelas dan belum dapat diwujudnyatakan keberadaannya dimasyarakat
hasil kerja para pejabat maupun staf BPN. Terbukti masih banyak masyarakat Kabupaten Nias yang kurang tahu tentang keberadaan dan fungsi dari BPN itu
sendiri. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai pendaftaran tanah itu masih sangat kecil, bahkan sebagian dari mereka tidak tahu bahwa tanah milik
mereka itu harus disertifikatkan untuk memperoleh haknya atas tanah tersebut dan memberikan jaminan kepastian hukum. Hal ini jelas menunjukkan sangat minimnya
informasi yang diperoleh masyarakat yang seharusnya sudah menjadi tugas dan kewajiban dari BPN untuk memberikan informasi hukum tersebut melalui sosialisasi
maupun penyuluhan hukum. Menurut Prof.Dr.H.Zainuddin Ali, MA, Peningkatan Kesadaran Hukum
seyogianya dilakukan melalui penerangan dan penyuluhan hukum yang teratur atas dasar perencanaan yang mantap. Penyuluhan hukum bertujuan agar warga
masyarakat mengetahui dan memahami hukum-hukum tertentu, misalnya peraturan perundang-undangan tertentu mengenai pajak. Peraturan dimaksud dijelaskan melalui
penerangan dan penyuluhan hukum., mungkin hanya perlu dijelaskan pasal-pasal tertentu dari suatu peraturan perundang-undangan, agar masyarakat mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
manfaatnya secara langsung. Penerangan dan penyuluhan hukum harus disesuaikan dengan masalah-masalah hukum dalam masyarakat pada suatu waktu yang menjadi
sasaran penyuluhan hukum. Penyuluhan hukum merupakan tahap selanjutnya dari penerangan hukum
24
1. Kepala Kantor
: Jeremias Silalahi,Sh .
Tujuan utama dari penerangan dan penyuluhan hukum adalah warga masyarakat memahami hukum-hukum tertentu, sesuai dengan masalah-masalah
hukum yang dihadapi pada suatu saat. Penyuluhan hukum harus berisikan hak dan kewajiban dibidang-bidang tertentu , serta manfaatnya apabila hukum itu ditaati.
Penerangan dan penyuluhan hukum menjadi tugas dari kalangan hukum pada umumnya, dan khususnya mereka yang mungkin secara langsung berhubungan
dengan warga masyarakat, yaitu seperti Notaris, PPAT, Pengacara, Hakim dan sebagainya.
Struktur pegawai Badan Pertanahan di Kabupaten Nias terdiri atas :
2. Kasubag Tu
: Faigizaro Zega, Sh 3.
Kaur Umum Kepeg : Harmawati Harefa
4. Seksi-Seksi Terdiri Atas :
a. Seksi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan, Terdiri Atas :
Sunarto
: Kasi Sp P
Aswan Pagihutan Tarigan,Sst : Kasubsi P P
Rezeki Martini Zendrato
: Pj. Kasubsi Tematik PT
24
Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal 66
Universitas Sumatera Utara
Natanael Silalahi
: Pengumpul Data SPP
Peri Emil H. Siallagan : Pengumpul Data SPP
b. Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah, Terdiri Atas :
Marulam Siahaan, S.Sit
: Kasi HT PT
Fangosara Daeli : Kasubsi Pht
Pangasian H. Sirait, S.Kom
: Kasubsi Pendaft. Hak
Beslin Larosa : Kasubsi PPH PPAT
Rodiah Harahap
: Pengadministrasi Umum c.
Seksi Pengaturan Dan Penataan Pertanahan, Terdiri Atas :
Azwar Tanjung, S.Ap : Kasi Peng. Pen. Pert.
Wahid Siallagan, S.Kom
: Kasubsi Landreform Kt d.
Seksi Pengendalian Pertanahan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Terdiri Atas :
Faakhakhododo Waruwu, S.Ap
: Kasi Peng Pemb e.
Seksi Pengkajian Dan Penanggulangan Sengketan Dan Konflik Pertanahan, Terdiri Atas :
Berto Sihaloho, Sh
: Kasi S K P
Marius Lase : Pengadministrasi Umum
Adapun program-program yang telah dilakukan maupun yang sedang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Nias adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Sosialisasi dan Penyuluhan kepada Kepala Desa dan Kelurahan
Kegiatan yang pernah dilakukan Kantor Pertanahan Kabupaten Nias pada tahun 2008 yaitu sosialisasi dan penyuluhan kepada Kepala Desan dan Kelurahan
diseluruh cakupan wilayah Kabupaten Nias. Metode yang digunakan dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan ini yaitu dengan mengumpulkan para Kepala
Desa dan Kelurahan di Kantor Kecamatan Gunungsitoli. Kemudian para staf dan pejabat Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
memberikan sosialisasi hukum pendaftaran tanah kepada mereka secara langsung, sehingga terjadi komunikasi dua arah antara pemberi materi dan peserta sosialisasi.
Adapun materi yang disampaikan adalah tentang pentingnya pendaftaran tanah, kepastian hukum pendaftaran tanah, mekanisme pendaftaran tanah, dan hal-hal pokok
lainnya yang menyangkut tentang pendaftaran tanah. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar setiap Kepala Desa dan Kelurahan kemudian
mensosialisasikannya kepada warga masyarakat desa atau kelurahan yang dipimpinnya.
Kegiatan ini sangat memicu antusiasme dan semangat dari para Kepala Desa dan Kelurahan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem Pendaftaran
Tanah dimaksud, hal ini sangat terlihat pada jumlah pertanyaan yang muncul pada saat diskusi digelar. Pertanyaan-pertanyaan muncul dari para Kepala Desa dan
Kelurahan yang membuktikan keingintahuannya dan ketertarikannya akan arti pentingnya Pendaftaran Tanah. Namun setelah sosialisasi dilaksanakan, berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
pengamatan BPN setempat, belum ada hasil yang sangat signifikan. Sebelum mengadakan sosialisasi dan penyuluhan, BPN penyelenggara kegiatan pun berharap
dengan adanya sosialisasi ini dapat merubah pola pikir masyarakat dan membuat masyarakat mengerti akan arti pentingnya Pendaftaran Tanah, dan mengharapkan
msyarakat akan mendaftarkan tanahnya. Namun hasil yang ditunjukkan bahwa tidak seorangpun masyarakat yang
mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya setelah mengikuti sosialisasi hukum dan penyuluhan tersebut. Dalam hal ini, pihak BPN tidak mengerti apakah para
Kepala Desa dan Kelurahan telah mensosialisasikannya kepada warga masyarakatnya atau tidak, sehingga masyarakat itu sendiri tidak memberikan respon yang baik
terhadap peraturan hukum tersebut. Hal ini terbukti dari tidak adanya msyarakat yang mengajukan permohonan sertifikasi tanahnya oleh karena sosialisasi itu sendiri.
b. PRONA Proyek Operasi Nasional Agraria
Pada pertengahan PELITA Pembangunan Lima Tahun ke III Tahun 1980 sebagai penjabaran dari GBHN tahun 1978 ditetapkan suatu kebijaksanaan
tentang pendaftaran tanah agar sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan keadilan sosial. Untuk merealisir hal
tersebut, oleh Pemerintah ditetapkan Catur Tertib Pertanahan yang salah satu wujud realisasinya adalah melaksanakan persertifikatan tanah melalui Proyek Operasi
Nasional Agraria PRONA yang semula ditujukan bagi golongan ekonomi lemah tetapi kemudian berkembang secara melembaga dan meluas.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 dan Surat Edaran Dirjen Agraria Nomor Btu.841158-81 tanggal 28 Agustus 1981
disebutkan tujuan PRONA yaitu : a.
Untuk menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat dalam bidang pertanahan sebagai usaha untuk berpartisipasi dalam menciptakan stabilitas sosial politikserta
pembangunan nasional. b.
Untuk menyelesaikan sengketa tanah yang bersifat strategis agar dapat mengurangi kerawanan atau kepekaan sebagai gangguan terhadap stabilitas sosial
politik dikalangan masyarakat. c.
Ditujukan kepada golongan ekonomi lemah agar para pemilik dapat memperoleh jaminan kepastian hukum atas tanah yang mereka kuasai sehingga dapat merasa
lebih aman dan tenteram dalam menggunakan mengusahai serta memanfaatkan tanahnya
25
Di Kabupaten Nias sendiri, telah diadakan Proyek Operasi Nasional Agraria PRONA sejak tahun 2014 yang lalu hingga pada saat ini dengan target
1.500 bidang diseluruh Kabupaten Nias. Namun kegiatan ini juga tidak berjalan dengan lancar. Dikarenakan kurangnya personil pejabat BPN yang ada, yaitu hanya 7
orang, sangat sulit untuk membagi mereka untuk terjun ke lapangan. Misalnya siapa- siapa saja yang melakukan pemetaan dan pengukuran. Sementara di kantorpun
banyaknya kerjaan yang menumpuk dan harus dikerjakan. Selain itu juga, PRONA mendapat kendala dari masyarakat yang tanahnya akan diadakan PRONA, dimana
.
25
Tampil Anshari Siregar, Op.Cit, Hal 109
Universitas Sumatera Utara
masyarakat Nias adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat istiadatnya, sehingga masalah pertanahanpun akan sealalu diselesaikan secara adat.
Dengan kondisi ini, pemahaman hukum adat yang dipegang oleh mereka mengajarkan bahwa tanah yang digarapnya adalah tanah leluhurnya atau tanah
miliknya yang telah diwariskan secara turun temurun, sehingga tanah tersebut tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, termasuk negara.
Faktor lain yang menghambat PRONA adalah mengenai tanah-tanah yang dimiliki masyarakat sebagian besar adalah tanah warisan. Hal ini berkaitan dengan
suku Nias yang menganut sistem Patrilineal yang menyebabkan tanah-tanah harta peninggalan seorang Bapak diwariskan kepada anak-anaknya yang laki-laki. Namun,
hal yang sering terjadi setelah orangtua meninggal dunia, anak laki-laki tidak langsung mengadakan pembagian harta warisan, sehingga tanpa pembagian ini akan
menimbulkan konflik dalam proses persertifikatan tanah warisan tersebut. d.
Sertifikasi Tanah Nelayan
Sertifikasi Tanah Nelayan adalah sub komponen dari komponen kegiatan legislasi asset. Sertifikasi tanah nelayan pada hakekatnya adalah proses administrasi
pertanahan yang meliputi adjudikasi, pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak atas tanah. Sertifikasi tanah nelayan merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan
Nasional dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan berdasarkan Surat Keputusan bersama Nomor : 04MEN-KPKBXI2007 dan Nomor : 7-SKB-BPNRI-2007
tanggal 15 November 2007. Program ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi
Universitas Sumatera Utara
akses penguatan hak berupa sertifikasi tanah kepada nelayan dan usaha penangkapan ikan skala kecil dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. Memberikan kepastian hukum hak atas tanah asset nelayan dan usaha
penangkapan ikan skala kecil b.
Memberikanmeningkatkan akses permodalan berupa kemampuan jaminan kredit pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha
c. Meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan perbankan untuk
penyaluran kredit. Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah bekerjasama dengan Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Nias pada tahun 2014 sampai dengan saat ini untuk menjalankan program Sertifikasi Tanah Nelayan dengan target 100 bidang
tanah di wilayah Kabupaten Nias. Akan tetapi minat masyarakat untuk mengikuti program ini juga masih sangat rendah. Dimana program sertifikasi tanah nelayan ini
harus rampung pada tahun 2014 yang lalu, sehingga harus dilanjutkan pada tahun 2015 karena tidak memenuhi target yang telah ditentukan, yaitu 100 bidang tanah.
d. Sertifikasi Tanah Petani
Sertifikasi tanah petani merupakan sub komponen dari komponen kegiatan legalisasi aset. Objek kegiatan ini adalah tanah yang dimilikidikuasai oleh
petani sedangkan subjek kegiatan ini adalah petani tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan. Seperti kegiatan legalisasi aset lainny, sertifikasi tanah
petani pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi
Universitas Sumatera Utara
adjudikasi, pengukuran, pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman, penetapanpemberian hak, pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat hak atas tanah.
Sertifikasi tanah petani dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepemilikan tanah bagi petani, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan
modal usaha. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementrian Pertanian dengan
Badan Pertanahan Nasional RI berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pertanian dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515kptsHK.06092004 dan
Nomor : 2SKBBPN2004 tanggal 02 September 2004. Dimana program ini bertujuan untuk :
a. Mendukung dan mempertahankan Program Ketahanan Pangan Nasional.
b. Memberikan kepastian hak atas tanah dan kepastian hukum atas kepemilikan
tanah yang diusahakan masyarakat petani yang tinggal dipedesaan secara cepat, tepat, mudah, murah dan aman.
c. Meningkatkan nilai manfaat lahan yang semula berupa sebidang tanah
predikat modal pasif menjadi modal aktif dapat terwujud, sehingga dapat digunakan sebagai alat penjaminan bagi para petani dalam rangka penguatan
kemampuan permodalan usaha taninya. d.
Untuk mengendalikan laju alih fungsi lahan pertanian ke peruntukan lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan ini, Kantor Pertanahan juga bekerjasama
dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Nias yang dilaksanakan pada tahun 2010 yang lalu, dan dilaksanakan diseluruh wilayah Kabupaten Nias.
e. Sertifikasi UKM Usaha Kecil Menengah
Universitas Sumatera Utara
BPN Kabupaten Nias juga pernah bekerjasama dengan Dinas Pertanian dengan mengadakan suatu kerjasama untuk mengadakan kegiatan usaha pertanian
yaitu UKM bagi masyarakat pertanian. Teknis pelaksanaannya dengan membentuk kelompok-kelompok tani disetiap desa, dengan tujuan utama yaitu untuk membantu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menambah pengetahuan masyarakat tetang bagaimana bercocok tanam yang baik, dan menambah wawasan dalam membuka
suatu usaha. Kegiatan kerjasama antara dua instansi pemerintah ini juga dibiayai langsung oleh Pemerintah Kabupaten Nias.
Disisi lain juga, BPN mengharapkan dapat membuka jalan untuk memperkenalkan Hukum Pendaftaran Tanah bagi warga masyarakat, sehingga
masyarakat mengetahui arti penting pendaftaran tanah. Akan tetapi, kegiatan ini tidak berhasil karena tidak dapat menarik simpati masyarakat. Dan kalaupun ada sebagian,
rata-rata tidak akan bertahan lama. Mereka lebih mengikuti sistem kerja mereka seperti petani biasa, dan yakin dapat berhasil tanpa harus membentuk kelompok-
kelompok tani seperti yang dimaksudkan pada kegiatan ini f.
Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN Pembaruan Agraria Nasional atau Reforma Agraria adalah implementasi
dari mandat Ketetapan MPR RI Nomor IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria. Reforma Agraria atau secara legal formal yang disebut juga sebagai Pembaruan
Agraria adalah proses restrukturisasi penataan ulang susunan kepemilikan, penguasaan dan penggunaan sumber-sumber agrarian khususnya tanah. Dalam
Universitas Sumatera Utara
Pasal 2 TAP MPR RI Nomor IXMPR2001 dijelaskan bahwa “Pembaruan Agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”. Maksud Reforma Agraria adalah :
a. Menciptakan sumber-sumber kesejahteraan masyarakat yang berbasis agraria
b. Menata kehidupan masyarakat yang lebih berkeadilan
c. Meningkatkan berkelanjutan sistem kemasyarakatan kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia, serta d.
Meningkatkan harmoni kemasyarakatan Sedangkan yang menjadi tujuannya adalah :
a. Mengurangi kemiskinan
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Memperbaiki akses masyarakat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama
tanah d.
Menata ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan sumber-sumber agraria
e. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan dan keagrariaan
f. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup
g. Meningkatkan ketahanan pangan dan energi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Program Pembaruan Agraria ini telah dilakukan sejak tahun 2014 dan masih dilakukan hingga pada saat ini. Dimana yang menjadi target Kantor Pertanahan
Kabupaten Nias adalah 200 bidang di beberapa wilayah Kabupaten Nias. Namun hingga pada saat ini yang menjadi target kecamatannya masih dalam pengurusan dan
masih menunggu SK dari Walikota Kota Gunungsitoli. Hal ini juga menjadi kendala BPN Nias dalam menjalankan berbagai programnya. Pengurusan administrasi yang
rumit, hingga pada kendala-kendala yang dijumpai dilapangan. g. Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah LARASITA
Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah LARASITA merupakan layanan pertanahan bergerak mobile land service yang bersifat pro aktif atau “jemput bola”
ke tengah-tengah masyarakat. Sebagai usaha kebijakan inovatif, kelahiran LARASITA dilandasi dengan keinginan pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan,
diharapkan dan dipikirkan pleh masyarakat, serta adanya kesadaran bahwa tugas- tugas berat itu tidak akan bisa diselesaikan hanya dari balik meja kantor tanpa
membuka diri terhadap interaksi masyarakat yang kesejahteraannya menjadi tujuan utama pengelolaan pertanahannya. Oleh karena itu, dikeluarkanlah Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Republik Indonesia.
Pasal 2 Peraturan Kepala BPN RI ini menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi LARASITA. Dalam Ayat 1 dijelaskan bahwa dalam rangka
melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1,
Universitas Sumatera Utara
LARASITA mempunyai tugas pokok dan fungsi sama dengan tugas pokok dan fungsi yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Ayat 2 selain melaksanakan tugas pokok dan
fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, LARASITA juga mempunyai tugas : a.
Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria nasional reforma agraria;
b. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dibidang
pertanahan; c.
Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar; d.
Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diselesaikan dilapangan;
e. Memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah yang mungkin
diselesaikan dilapangan; f.
Menyambungkan program Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat; dan
g. Meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah masyarakat.
Ayat 3 pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 dilakukan LARASITA berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada dasarnya LARASITA menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku pada Kantor Pertanahan. Seperti
yang telah dilakukan BPN Nias dalam menjalankan program LARASITA ini. Memang sangat memberi kemudahan bagi masyarakat Nias, khususnya yang secara
Universitas Sumatera Utara
letak geografis, objek pendaftaran tanah tersebut berada sangat jauh dari Kantor Pertanahan. Kesulitan ini dilipatgandakan lagi dengan jalanan yang rusak, dan alat
transportasi yang sangat terbatas. Hal ini yang menjadi faktor utama rendahnya intensitas arus informasi dan komunikasi antara Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
sebagai representasi BPN RI juga yang menjadi salah satu kendala masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Untuk mengatasi permasalahan inilah, maka
LARASITA diajukan sebagai solusinya. Dalam program ini, Kantor Pertanahan Kabupaten Nias memiliki 1 Unit
mobil LARASITA. Namun dalam pelaksanaan program ini, Kantor Pertanahan Kabupaten Nias masih saja mengalami beberapa kendala. Seperti terbatasnya petugas
yang terjun ke lapangan, dikarenakan harus menjangkau 10 Kecamatan, jalanan yang masih dalam pengerjaan dan adanya beberapa daerah yang masih belum terjangkau
listrik. Selain itu, masyarakat juga tidak mempunyai alas hak yang kuat dalam mendaftarkan tanahnya. Sekitar 75 tidak memiliki surat karena kepemilikan tanah
tersebut hanya pemberian secara lisan dari orang tua mereka. Sehingga mereka berpikir bahwa mereka memiliki jaminan kepastian hukum karena mengakui bahwa
tanah warisan tersebut yang diberikan secara lisan oleh orang tuanya, tidak dapat diganggu gugat, bahkan oleh negara sekalipun.
Namun setelah dilakukannnya berbagai program tersebut, Kantor Pertanahan Kabupaten Nias menginformasikan bahwa presentasi tanah yang sudah
terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Nias masih sangat relatif kecil, yaitu sekitar 20 yang sudah disertifikasi dan masih dalam proses pendaftaran. Masih
Universitas Sumatera Utara
sangat kuatnya pengaruh hukum adat di daerah Kabupaten Nias menjadi salah satu kendala terberat yang di alami Kantor Pertanahan Kabupaten Nias dalam melakukan
berbagai programnya, dan juga menjadi salah satu faktor utama penyebab seringkali memicu terjadinya tindakan-tindakan kriminal diawali dengan sengketa tanah.
h. Pengurusan Sertifikat Gratis untuk pemegang Kartu Keluarga Sejahtera
Kartu Keluarga Sejahtera KKS merupakan salah satu program Presiden RI Joko Widodo, yang ditujukan untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
kartu ini pertama kali diluncurkan pada tanggal 3 November 2014, dengan anggaran 6,2 triliun dan setiap bulannya akan mendapat Rp. 200.000 per keluarga, dan kartu ini
akan diisi setiap dua bulan. Kartu ini diharapkan dapat mempercepat penaggulangan kemiskinan.
BPN Kabupaten Nias juga menyelenggarakan suatu kegiatan untuk membantu masyarakat miskin dengan cara membebaskan biaya pengurusan sertifikat
tanah yang mempunyai Kartu Keluarga Sejahtera. Pemilik tanah dapat mendaftarkan tanahnya dengan menunjukkan Kartu Keluarga Sejahtera KKS dengan luas tanah
maksimal 200 m
2
. Program ini merupakan suatu kegiatan yang sedang dilaksanakan pada tahun ini. Sedangkan tanggal dan tempat pelaksanaannya masih menunggu Surat
Keputusan dari Pemerintah Kabupaten Nias. Beberapa program tersebut merupakan kegiatan yang telah dan sedang
dijalankan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Nias. Dan pihak Kantor BPN Kabupaten Nias berharap dengan adanya beberapa program ini dapat membantu
masyarakat dalam memberikan jaminan kepastian hukum atas tanah milik mereka,
Universitas Sumatera Utara
dan berusaha untuk meminimalisir tidak kriminal yang terjadi karena sering diakibatkan oleh sengketa tanah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran dan Struktur Pertanahan di Kabupaten Nias
Kabupaten Nias merupakan salah satu Kabupaten yang ada diwilayah Provinsi Sumatera Utara dan berada di sebelah barat pulau Sumatera yang berjarak ±
86 mil laut dari Kabupaten Tapanuli Tengah , yang terletak di Pulau Nias, Ibukotanya Gunungsitoli, dan dapat ditempuh melalui perjalanan Laut dari Sibolga selama 10
jam dan melalui perjalanan udara dari Medan selama 1 jam. Lokasi Kabupaten Nias terletak pada koordinat 0
53’1,5”-1 17’16,6”LU dan 97
29’0,7”-97 58’29” BT,
dengan Luas Wilayahnya 853,42 km
2
. Kabupaten Nias berbatasan dengan : 1.
Sebelah Utara dengan Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Utara 2.
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan 3.
Sebelah Timur dengan Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia 4.
Sebelah Barat dengan Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias Utara
Kondisi alamnyatopografinya berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 – 800 m, terdiri
dari dataran rendah sampai dataran tanah bergelombang mencapai 24 dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 dan dari berbukit-bukit sampai
pegunungan 51,2 dari keseluruhan luas daratan. Mempunyai kemiringan lereng rata-rata 8 sampai 25. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang pantai
barat dan pantai timur dengan kemiringan 0,8.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Nias terletak di daerah khatulistiwa sehingga curah hujan cukup tinggi. Curah hujan dalam setahun 3.287 MM atau rata-rata 274 MM per
bulan, dengan banyaknya hari hujan dalam setahun 271 hari atau rata-rata 22 hari per bulan pada tahun 2003, dengan suhu udara 21,6
C - 31,2 C. Akibat tingginya curah
hujan menyebabkan kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan silih berganti sepanjang tahun.
Pada tahun 2009, sesuai dengan Pasal 4 masing-masing Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias
Utara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli, maka Kabupaten Nias terdiri dari 10 kecamatan, yaitu :
1. Bawölato
2. Botomuzöi
3. Gidö
4. Hili Serangkai
5. Hiliduho
6. Idanögawo
7. Ma’u
8. Somölö-mölö
9. Ulugawo
10. Sogaeadu
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tanö Niha. Pengahasilan utama penduduknya mayoritas masih mengadalkan hasil-hasil tanah
pertanian. Jumlah penduduk di Kabupaten Nias berdasarkan sensus penduduk tahun 2012 adalah 132.860 jiwa. Jumlah penduduk yang tahun ini terjadi peningkatan 3
dari tahun sebelumnya. Dimana Luas Lahan Potensialnya mencapai 81.398 hektare yang terdiri
dari sawah 22.486 hektare dan lahan kering 58.903 hektare. Namun, potensi yang dimiliki itu belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada
pangan. Terbukti pada tahun 1999 yang lalu, Kabupaten Nias masih mendatangkan beras dari luar daerah sebanyak 22.323 ton. Tak jauh berbeda dengan keadaan hasil
perkebunan, padahal keadaan alam Nias yang sangat subur sangat cocok untuk budidaya tanaman karet, kelapa, kopi, cengkeh dan nilam. Karet dan kelapa menjadi
andalan utama dari sektor perkebunan
26
Bila suatu peraturan perundang-undangan telah diundangkan dan telah diterbitkan menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis peraturan
perundang-undangan itu berlaku, kemudian timbul asumsi bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang tersebut. Pengetahuan
hukum masyarakat akan dapat diketahui apabila diajukan seperangkat pertanyaan mengenai peraturan dan hukum tertentu. Pertanyaan dimaksud dapat dijawab oleh
.
B. Pemahaman Masyarakat Nias Tentang Pendaftaran Tanah
26
Profil Kabupaten Nias Internet, tanggal 19 Januari 2015
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dengan benar sehingga kita dapat mengatakan bahwa masyarakat itu sudah mempunyai hukum yang benar. Sebaliknya, apabila pertanyaan-pertanyaan
dimaksud tidak dijawab dengan benar, dapat dikatakan masyarakat itu belum atau kurang mempunyai pengetahuan hukum.
Namun, apabila pengetahuan hukum saja yang dimiliki oleh masyarakat, belumlah memadai. Masih diperlukan pemahaman atas hukum yang berlaku. Melalui
pemahaman hukum, masyarakat diharapkan memahami tujuan peraturan perundang- undangan serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang dimaksud
27
Menurut Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud dengan sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan
yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. .
Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, untuk menjamin kepastian hukum, Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria memerintahkan supaya pendaftaran
tanah diselenggarakan diseluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Adapun pendaftaran tanah yang dimaksud adalah pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan, dimana setelah melalui
proses, pihak Badan Pertanahan Nasional akan menerbitkan sertifikat tanah yang dimohonkan pendaftarannya.
27
Zainudin Ali, Op.Cit, Hal 66
Universitas Sumatera Utara
Sertifikat ini merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
Secara etimologi, sertifikat berasal dari bahasa Belanda yaitu “certificaat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu.
Jadi, kalau dikatakan sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan
bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang
28
Pasal 19 ayat 2 huruf c tidak berani menyebutkan bahwa surat-surat bukti sertifikat tanah adalah menjamin hak seseorang, akan tetapi disebutkannya
“surat-surat tanda bukti hak sertifikat adalah alat pembuktian yang kuat” dengan demikian, pemilik surat bukti tidak bisa mempertahankan haknya, sekalipun
ketentuan yang dimuat dalam PP Nomor 10 Tahun 1961 tidak diindahkannya .
29
Kemudian disamping sebagai alat bukti, sertifikat juga berguna sebagai jaminan. Baik sebagai jaminan utang kepada orang lain, maupun jaminan utang
kepada bank. Maksudnya, apabila misalnya seseorang membutuhkan pinjaman uang .
Menurut pendapat Prof.M.Yamin, surat tanda bukti disini bukanlah satu- satunya bukti, namun disebutkan hanyalah sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan
berarti sertifikat tersebut mutlak sebagai bukti.
28
Muh.Yamin, Op.Cit, Hal 132
29
Ibid. Hal. 129
Universitas Sumatera Utara
ke bank, maka sebagai jaminan uang yang dipinjam tadi, ditahanlah sertifikat tanah tersebut hipotik. Tentu dalam hal ini sertifikat tanah telah membantu untuk
meningkatkan pendapatan sipemilik tanah yang sekaligus meningkatkan perekonomian secara mikro, sebab ia telah mengaktifkan modal yang telah diberikan
bank. Dapat disimpulkan, bahwa surat tanda bukti hak atau sertifikat tanah tersebut dapat berfungsi menciptakan tertib hukum hukum pertanahan serta membantu
mengaktifkan kegiatan perekonomian rakyat
30
No. .
Berdasarkan wawancara yang diajukan kepada reseponden, dari pertanyaan nomor 3 : “Bagaimana saudarai bisa memperoleh tanah tersebut.?” Maka
diperoleh data sebagai berikut : N = 100
Tabel 1. Cara masyarakat memperoleh tanah.
Jawaban Frekuensi
a. Warisan tanpa surat wasiat
52 orang 52
b. Warisan dengan surat wasiat
31 orang 31
c. Jual beli
11 orang 11
d. PemberianHibah
6 orang 6
e. Lain-lain
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada responden, diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat Nias memperoleh
bidang-bidang tanah yang dikuasainya, dari warisan secara lisan tanpa surat wasiat. Hal ini disebabkan masih kuatnya hukum adat dan budaya masyarakat Nias yang
30
Ibid, Hal. 132-133
Universitas Sumatera Utara
melekat pada kehidupan masyarakat ini. Hukum adat Nias menganut sistem Patrilineal, sehingga tanah-tanah warisan harta peninggalan dari orangtuanya hanya
diwariskan kepada anak-anak laki-lakinya saja. Hal ini berhubungan dengan pewarisan marga dalam hukum adat
masyarakat Nias, yaitu bahwa marga laki-lakilah yang diwariskan kepada anak- anaknya. Yang berarti bahwa anak laki-lakilah yang meregenerasikan marganya
kepada anak-anak yang dilahirkan dari istrinya. Dengan demikian, harta peninggalanpun diwariskan hanya kepada anak laki-lakinya. Sementara anak
perempuan akan menikah dan bergabung kepada clen laki-laki suaminya dan mendapatkan warisan dari keluarga suaminya tersebut.
Oleh karena itu, hukum adat Nias hanya memperbolehkan bahwa warisan hanya jatuh ke tangan anak laki-laki, maka seseorang orangtua yang menghendaki
supaya anaknya yang perempuan juga memperoleh tanah dari harta kekayaannya, maka ia dapat memberikan bidang tanah kepada anak perempuan tersebut pada waktu
ia masih hidup. Selain melalui warisan dan pemberianhibah, masyarakat juga memperoleh tanah melalui proses jual beli. Pembelian bidang tanah dilakukan untuk
menambah tanah garapan disamping tanah warisan, supaya tetap dapat mempertahankan hidupnya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada responden, ketika responden menjawab pertanyaan nomor 4 : “Apakah bukti tertulis saudarai pegang sebagai
Universitas Sumatera Utara
bukti bahwa tanah tersebut adalah milik saudarai ?”. Diperoleh jawaban sebagai berikut :
N=100 Tabel 2.
Bukti tertulis kepemilikan Hak atas tanah No.
Jawaban Frekuensi
a. Sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh BPN
melalui prosedur 11 orang
11
b. Tidak memiliki surat bukti
53 orang 53
c. Grand Sultan, grand C, kadaster
0 orang d.
Surat keterangan dari Kepala DesaCamatBupati 5 orang
5 e.
Surat segel yang dibuat dan dihadiri para saksi 31 orang
31
Oleh karena tanah-tanah yang dimiliki sebagian besar berasal dari tanah warisan dan pemberianhibah, maka bukti yang di pegang oleh masyarakat sebagai
tanda bahwa seseorang itulah pemilik suatu bidang tanah, hanyalah surat segel yang dibuat dengan tulisan tangan berwarna hitam diatas putih yang juga dihadiri dan
ditandatangani kedua belah pihak bersama para saksi. Bahkan ada juga masyarakat pemilik tanah yang tidak memegang suatu bukti tertulis atas tanahnya. Hal ini
disebabkan tanah tersebut adalah tanah warisan dan sejak dari nenek moyangnya tidak pernah ada gangguan dari pihak lain, dengan kata lain tanah tersebut selama ini
aman dari gangguan orang lain. Sehingga menurut pemiliknya, tidak perlu adanya bukti tertulis. Sedangkan masyarakat pemilik tanah yang sudah mendaftarkannya ke
Badan Pertanahan Nasional masih sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang sudah memegang alat bukti tertulis berupa surat segel berpendapat bahwa sudah cukup bagi mereka untuk menguasai tanah tersebut dan
hanya memegang surat segel sebagai bukti tertulis. Pemahaman mereka adalah bahwa surat segel tersebutlah yang dianggap sebagai surat tanah sertifikat. Surat segel
tersebutlah yang mereka anggap sebagai alat bukti tertulis terkuaat jika terjadi sautu gugatan sengketa tanah. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh di lapangan,
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat akan pendaftaran tanah sangat minim. Bahkan sebagian besar dari pemilik tanah tersebut tidak mengerti dan belum pernah
mendengarkan istilah pendaftaran tanah mupun sertifikasi tnah. Keadaaan ini jug menunjukkan minimnya pemahaman masyarakat akan manfaat dan tujuan
pendaftaran tanah itu. Dari keterangan masyarakat itu juga diketahui bahwa masyarakat belum
pernah mengikuti suatu sosialisasi maupun penyuluhan hukum mengenai pendaftaran tanah. Jadi, masyarakat pemilik tanah tidak mengetahui bahwa suatu bidang tanah
harus didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional dan memperoleh sertifikat, sehingga akan menjamin kepastian hukum bagi bidang tanah yang dikuasainya.
Hal tersebut dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan nomor 1 : “Pernahkah saudarai mendengar istilah pendaftaran tanah?”
N = 100 Tabel 3.
Pemahaman masyarakat terhadap pendaftaran tanah No.
Jawaban Frekuensi
a. Pernah
32 orang 32
b. Tidak Pernah
68 orang 68
Universitas Sumatera Utara
Jadi, secara umum gambaran pemahaman masyarakat Kabupaten Nias mengenai Pendaftaran Tanah adalah sebagian besar masyarakat belum pernah
mngetahui dan mengerti tentang Pendaftaran Tanah. Dari hal-hal yang diuraikan sebelumnya, mereka menganggap bahwa surat segellah yang disebut sebagai surat
tanah yang sah, hal ini membuktikan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa surat tanah yang berlaku sebagai bukti yang paling otentik adalah sertifikat. Sebagaimana
kita ketahui bahwa sertifikat baru dapat dikeluarkan setelah dilakukan pendaftaran dengan melalui suatu proses yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Apabila masyarakat sendiri belum mengetahui sertifikat sebagai alat bukti tertulis yang lebih otentik, berarti mereka juga tidak mengerti tentang pendaftaran tanah.
Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui manfaat dari pendaftaran tanah itu sendiri, karena mereka tidak berpikir jauh kedepan, karena keamanan yang sudah
mereka alami selama ini.
C. Cara Memperoleh Tanah oleh Warga Masyarakat di Kabupaten Nias
Sesuai dengan salah satu prinsip dasar dalam UUPA, bahwa UUPA adalah perangkat hukum yang berdasarkan atas hukum adat. Walaupun kedudukan,
pengertian, dan ruang lingkup dari hukum adat yang dimaksudkan disini adalah berbeda dengan kedudukan, pengertian, dan ruang lingkup dari hukum adat yangkita
kenal sebelumnya. Sehingga wajarlah bilamana UUPA juga memberikan
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan terjadinya hak milik menurut ketentuan-ketentuan yang dahulunya dikenal dalam hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
31
UUPA mengenal beberapa lembaga, seperti hak milik. Pada prinsipnya hukum adat tidak mengenal pengertian hak milik seperti yang dikenal dalam UUPA.
Menurut pengertian hukum adat, hak milik mempunyai hubungan interaktif dengan hak ulayat masyarakat. Hubungan keduanya seperti bola yang elastis. Jika diatas hak
ulayat diciptakan hak perorangan, misalnya dengan jalan membuka hutan dan mengerjakannnya secara terus-menerus, sehingga lahir hak perseorangan atas hak
ulayat itu, maka hak ulayat mengerut. Akan tetapi, jika tanah itu ditinggalkan sehingga diatasnya tumbuh kembali rumput dan pohon-pohon, maka hak ulayat pulih
kembali dan hak perseorangan tadi lenyap. Dengan sistem pendaftaran yang dianut oleh UUPA, maka hak milik atas tanah memisahkan diri dari hak ulayat, sebab hak
milik mempunyai sifat kebendaan, suatu sifat yang tidak dikenal dalam hukum adat.
32
31
Abdurrahman, Kedudukan Hukum Adat dalam Perundang-undangan Agraria Indonesia,
Akademika Pressindo,Jakarta, 1984, Hal 107
32
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung, 1983,
Hal.33
Hukum adat ada mengatur tentang tata cara perolehan tanah dan hukum adat sudah lama berakar dan bertumbuh dalam kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia, dan hukum adat tersebut dipatuhi masyarakat dan tunduk kepadanya. Pasal 22 UUPA juga mengatur tentang terjadinya hak milik menurut hukum adat yang
selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan perintah Pasal 22 UUPA ini, sudah seharusnya diatur dengan Peraturan Pemerintah, supaya tidak terjadi hal-hal yang merugikan
kepentingan umum dan negara, demikian penjelasan pasal tersebut. Terjadinya hak milik atas tanah menurut hukum adat, lazimnya bersumber pada pembukaan hutan
yang merupakan bagian tanah ulayat suatu masyarakat hukum adat. Pembukaan hutan secara tidak teratur biasanya membawa akibat yang sungguh merugikan kepentingan
umum dan negara, berupa kerusakan tanah, erosi tanah, longsor, banjir dan sebagainya. Menyerahkan pengaturan pembukaan tanah kepada para kepala adat bisa
mengakibatkan pemborosan.
33
1. Hak milik baru didasarkan atas hukum adat, maka terjadinya hak milik ini pun
disandarkan atas hukum adat; Namun, dalam tulisannya mengenai komentar UUPA, Sudargo Gautama
memberikan keterangan mengenai Pasal 22 ayat 1 ini seabgai berikut :
2. Menurut penglihatan kami berhubung hukum adat ini berbeda antara
lingkungan satu dengan lingkungan yang lainnya, maka diperlukan peraturan tersendiri yang menentukan terjadinya hak milik ini;
3. Dalam memori penjelasan diberitahukan bahwa peraturan khusus ini
diperlukan supaya “tidak terjadi hal-hal yang merugikan kepentingan umum dan negara”.
33
Budi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria Sejarah Penyusunan Isi dan Pelaksanaannya Jilid II
, Jambatan , Jakarta, 1971, Hal 79
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai contoh terjadinya hak milik menurut hukum adat disebut
“Pembuktian Tanah”.
34
Masyarakat Nias mengenal beberapa hukum yang satu sama lain sangat mendukung terhadap adanya ketentuan yang dijalani, baik hukum yang tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis., yang dalam penerapannya saling mendukung satu sama lain.
Berikut ini akan diuraikan cara perolehan tanah ditinjau dari hukum adat orang Nias, yaitu :
1. Pewarisan Yang dimaksud dengan pewarisan adalah suatu proses pemindahan hak
milik kepada pewaris oleh ahli waris. Pewarisan berlangsung karena kematian Pasal 830 BW, tetapi menurut hukum adat, pewarisan dapat dilakukan semasa hidupnya
pewaris atau dimulainya waktu ia masih hidup dan diakhiri pada saat ia meniggal. Ketentuan pokok dalam hukum warisan adalah anak laki-laki yang mewarisi harta
peninggalan bapaknya. Jika ada anak laki-laki, maka hanya merekalah yang menjadi ahli waris. Memang dimungkinkan untuk memberikan sebagian harta tanah
peninggalan kepada perempuan, tetapi mereka bukan merupakan ahli waris dari yang meninggal dunia.
Di Indonesia, ada tiga hukum waris yang dikenal, yaitu : Hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata. Pada masyarakat Nias, ketiga
34
Sudargo Gautama, Tafisran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1973, Hal 104
Universitas Sumatera Utara
hukum waris tersebut berlaku. Secara hukum waris adat Nias, karena sistem kekerabatannya menganut sistem patrilineal. Maka yang berhak memperoleh harta
peninggalan yakni laki-laki. Masyarakat Nias mengenal beberapa jenis warisan, yaitu: rumah pertapakan, alat-alat rumah tangga yang berharga, harta emas, kebun, tanah
kosong atau lahan kosong yang belum ditanami, kedudukan dalam hukum adat dan hutang-piutang.
Sedangkan Hukum Waris Islam yang berlaku pada masyarakat Nias sama dengan Hukum Waris yang berlaku diseluruh wilayah Indonesia, yakni perolehan hak
waris lebih diutamakan terhadap pihak laki-laki. Sedangkan Hukum Waris Perdata dalam hal ini diperoleh dari selesainya sengketa tau permasalahan hak waris
dipengadilan, jadi pihak yang menang akan berhak atas warisan yang dipersengketakan.
Sedangkan kedudukan anak laki-laki dan perempuan hingga anak angkat dalam pembagian warisan menurut hukum adat Nias yaitu :
a. Kedudukan sebagai Anak Kandung Kedudukan sebagai anak kandung dalam pembagian warisan masih
berpatok pada sistem patrilineal, yakni anak laki-laki yang berhak mendapat warisan, namu sekarang suadah adanya perubahan pola pikir masyarakat dari pemberi warisan
bahwasanya perempuan juga memiliki hak yang sama. Hanya saja dalam perolehan hak waris tidak sebanding dengan pemberian terhadap anak laki-laki. Karena
pemberian warisan terhadap pihak perempuan dalam hal ini merupakan pembagian
Universitas Sumatera Utara
warisan yang disebut sebagai masi-masi atau pemberian karena kasih sayang. Pemberian tersebut biasanya sebidang tanah untuk membangun rumah maupun
berupa perhiasan-perhiasan dengan syarat turut serta membantu orangtuanya mencari nafkah keluarga dengan bekerja diladang, kebun, dan melaksanakan pekerjaan rumah
dengan baik. b. Kedudukan sebagai Anak Angkat
Pada masyarakat Nias, anak angkat dibagi dua, yaitu ono yomo atau menantu laki-laki dan ono nisou atau anak yang diangkat dari keluarga saudaranya.
Pengambilan anak angkat karena dalam keluarga tersebut hanya memiliki anak kandung perempuan ataupun dalam keluarga tersebut tidak ada dikaruniai anak,
sehingga apabila anak kandungnya perempuan tersebut menikah, maka suami dari anak perempuan tersebut akan di jadikan ono yomo yang memiliki hak atas warisan
oranguta kandung si perempuan. Untuk menjadi ono yomo maka harus mengikuti persyaratan yakni harus mengikuti marga oranguta si perempuan menjadi marganya.
Sedangkan ono nisou biasanya ada karena suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki, maka keluarga tersebut mengambil anak saudaranya. Dalam hal ini
anak saudara yang diambil berasal dari pihak laki-laki bukan dari pihak perempuan, dengan alasan sebagai penerus marga. Pembagian harta warisan terhadap ono nisou
jika sudah sah menjadi anak dalam keluarga yang mengangkatnya akan sama dengan anak kandung dari keluarga tersebut. Bahkan bisa lebih jika ono nisou berperilaku
Universitas Sumatera Utara
baik, menghargai kebaikan orangtua angkatnya, bekerja giat dan menyayangi saudara angkatnya.
2. Jual Beli Dalam suatu masyarakat, walaupun bagaimana keadaannya, apabila sudah
ada uang yang beredar sebagai alat pembayaran yang sah, maka kegiatan jual beli memegang peranan penting di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu. Transaksi
jual beli yang kita kenal selama ini adalah jual beli dengan menggunakan nilai tukar uang.
Pada zaman dahulu, tingkat perekonomian manusia masih sangat sederhana, dimana pada waktu itu setiap individu atau kelompok masyarakat
berusaha menghasilkan kebutuhan hidupnya sendiri maupun keluarganya. Akan tetapi oleh karena kenyataan hidup dan kebutuhan hidup setiap individu itu semakin
meningkat dan disertai dengan keadaan alam yang terus berubah serta zaman yang semakin maju, setiap individu tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri, maka dengan adanya uang sebagai pengganti atau alat tukar yang sah, setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya dengan proses jual beli.
Dalam hukum adat, tanah mempunyai kedudukan tersendiri serta mengandung sifat magis religius dibandingkan dengan benda-benda lainnya yang
dimiliki manusia. Pada dasarnya dalam hukum adat, tidak mengenal dan memperkenankan tanah diperjualbelikan. Namun oleh karena kebutuhan manusia
akan uang semakin mendesak, maka dengan terpaksa tanahpun akhirnya
Universitas Sumatera Utara
diperjualbelikan. Melihat kepada pentingnya tanah untuk kehidupan maka seseorang yang mempunyai uang, ingin memiliki tanah dengan jalan membelinya dari pihak
lain yang memiliki tanaah. Jul beli menurut hukum adat Nias merupakan suatu perbuatan hukum
yang berupa penyerahan sebidang tanah oleh pihak penjual kepada pembeli untuk selamanya. Pada saat bersamaan, pembeli juga menyerahkan harganya kepada
penjual, baik berupa uang ataupun barang kepada si penjual. Dengan dilakukannya jual beli tanah tersebut, maka hak milik atas tanah itu telah beralih kepada si pembeli.
Dengan demikian pembeli sejka saat itu telah menjadi pemilik yang baru atas tanah tersebut.
Pada zaman dulu, masyarakat Nias melakukan kegiatan jual beli tanpa mengikuti proses seperti pada saat ini. Dalam melakukan jual beli, mereka cukup
melakukan transaksi jual beli tanpa adanya bukti surat jual beli, tanpa menggunakan meterai, tanpa adanya saksi-saksi dan tidak dibuat dihadapan Notaris. Seiring dengan
berjalannya waktu, hingga sekarang ini, masyarakat mulai mengenal tata cara transaksi jual beli yang benar. Akan tetapi yang mengerti hanya sebagian kecil saja.
3. Menggarap. Menggarap artinya mengerjakan sebidang tanah, dimana seseorang untuk
mendapatkan hasil atau untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan jalan menggarap sebidang tanah yang bukan hak miliknya. Dalam hukum adat Nias, ternyata seseorang
itu dapat memperoleh hak milik atas tanah berdasarkan atau dengan jalan menggarap
Universitas Sumatera Utara
dalam jangka waktu yang sudah lama. Pengertian menggarap dalam hal ini hampir sama dengan hak membuka tanah atau lahan baru. Seseorang membuka tanah
kembali yang tidak tahu atau kurang jelas siapa pemiliknya kemudian diusahakan terus menerus sampai berganti generasi ke generasi berikutnya. Jika terjadi trasnsaksi
atas tanah tersebut, maka penggarap tersebut merupakan sebagai pemilik dan yang mendapatkan ganti rugi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HAMBATAN YANG DI HADAPI DALAM PENDAFTARAN TANAH
1. Yang dihadapi oleh masyarakat
Dari hasil penelitian dilapangan, ditemukan bahwa masyarakat Nias masih banyak yang belum memiliki sertifikat tanah yang di keluarkan oleh BPN
melalui prosedur. Ada yang tidak mempunyai alas hak millik atas tanah, tidak mengerti bagaimana proses pendaftaran tanah, tidak mengetahui dimana tempat untuk
mendaftarkan tanah, apa saja manfaat yang diperoleh jika telah mendaftarkan tanah, bahkan ada yang tidak mengerti apa itu pendaftaran tanah. Dalam melakukan proses
pendaftaran tanah, masyarakat Nias mengalami beberapa kendala tersebut diatas, yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Kurangnya Sosialisasi Kepada Masyarakat Tentang Pendaftaran Tanah Tidak adanya sosialisasi hukum dan penyuluhan tentang pendaftaran
tanah merupakan alasan utama masyarakat Kabupaten Nias tidak mengerti tentang apa bagaimana itu pendaftaran tanah. Selain itu, tidak adanya itikad baik dan
keingintahuan masyarakat juga sangat berperan penting dalam pelaksanaan pendaftaran tanah. Bahkan para perangkat desa pun seakan-akan tidak mau tau akan
hal ini. Sosialisasi dan penyuluhan tentang pendaftaran tanah yang mereka hadiri, yang diselenggarakan pihak BPN Kabupaten Nias, seakan-akan hanya sebagai angin
lalu. Para perangkat DesaKelurahan ini tidak melanjutkan mensosialisasikan kepada masyarakatnya masing-masing. Jadi informasi yang mereka peroleh hanya untuk
Universitas Sumatera Utara
mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai pikiran bagaimana agar masyarakatnya mempunyai sertifikat tanah yang dapat memberikan jaminan kepastian hukum atas
tanahnya dan dapat menghindari jika suatu saat akan terjadi sengketa tanah yang dapat merugikan dirinya sendiri dan masyarakat desanya. Sehingga yang sering
terjadi apabila adanya sengketa tanah adalah tindakan pidana. Seperti adanya pergeseran patok batas tanah, penganiayaan hingga pembunuhan untuk
mempertahankan hak atas tanahnya. Walaupun Kantor Pertanahan Kabupaten Nias telah melakukan berbagai
upaya dalam menarik simpati masyarakat untuk mendftarkan tanah, akan tetapi masih saja kurang tepat sasaran. Sosialisasi hukum dan penyuluhan tentang pendaftaran
tanah yang sudah dilakukan dengan cara memanggil para Kepala Desa dan Kelurahan untuk mengikuti sosialisasi hukum dan penyuluhan tentang pendaftaran tanah, masih
dinilai belum maksimal. Terbukti dari tidak adanya masyarakat yang mendaftarkan tanahnya setelah kegiatan tersebut berlangsung. Hal ini juga menjadi tugas berat dari
Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Nias dalam mengajak masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya tersebut.
b. Tingkat Pendidikan Masyarakat yang masih terbatas Berbicara tentang tingkat pendidikan masyarakat, sangat erat kaitannya
dengan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia SDM dari masyarakat itu sendiri. Tingkat pendidikan terakhir masyarakat Nias secara umum hanya pada tingkat
Sekolah Menengah Atas SMA. Hal ini sangat mempengaruhi pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat tentang pendaftaran tanah. Tingkat pendidikan mereka sangat mempengaruhi pola pikir dan wawasan mereka dalam memahami suatu dinamika
sosial yang ada di masyarakat. Berdasarkan wawancara yang diajukan kepada reseponden, dari
pertanyaan nomor 5: “Apa tingkat pendidikan terakhir saudarai.?” Maka diperoleh data sebagai berikut :
N = 100 Tabel 4.
Pendidikan terakhir masyarakat Nias
No. Jawaban
Frekuensi
1. Perguruan Tinggi
4 4
2. SMA
48 48
3. SMP
16 16
4. SD
25 25
5. Tidak Bersekolah
7 7
c. Pengaruh Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat UUPA tidak merapkan diskriminasi terhadap warga negara seperti antara
pria dan wanita atau antar pribumi dan turunan, namun UUPA tidak menutup mata terhadap masih adanya perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum
dari golongan-golongan rakyat, yakni antara rakyat kaya dengan rakyat miskin atau antara penduduk kota dan desa. Pasal 11 ayat 2 UUPA menentukan bahwa
perbedaan keadaan masyarakat dan keperluan hukum golongan rakyat dimana perlu dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional diperhatikan, dengan menjamin
Universitas Sumatera Utara
perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi lemah. Hal ini dipertegas dalam penjelasan UUPA tentang dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan hukum dengan menyebut “dijamin perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi lemah”. Perlindungan terhadap kepentingan golongan ekonomi
lemah ini termasuk ketika melakukan usaha penatagunaan tanah yang meliputi peruntukkan, penggunaan dan persediaan tanah Pasal 14 UUPA serta kegiatan
pemeliharaan tanah, menambah kesuburan dan mencegah kerusakannya Pasal 15 UUPA.
Bahkan dalam hak pendaftaran tanah rakyat yang tidak mampu, dibebaskan dari pembayaran biaya pengukuran, perpetanpembukuan, hingga
penerbitan bukti haknya Pasal 19 ayat 4 UUPA. Dalam hal ini PRONA yang bertujuan melakukan persertifikatan tanah secara massal diseluruh wilayah Indonesia
dengan mengutamakan golongan ekonomi lemah dan hingga kini masih terus digalakkan, merupakan jawaban pemerintah BPN untuk menjabarkan prinsip UUPA
tersebut, karena biaya yang dibebankan kepada pemilik tanah relatif murah. Sebagian besar penduduk Kabupaten Nias menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan oleh hamparan daerah pertanian, khususnya persawahan yang terhampar luas. Akan tetapi masih banyak penduduk
yang hanya memiliki bidang tanah yang tidak terlalu luas atau tidak mencukupi untuk diusahai bagi peningkatan taraf hidupnya, bahkan ada yang tidak mempunyai bidang
tanah pertanian. Hanya bekerja menggarap tanah orang lain, dan melangsungkan hidupnya dari hasil garapannya dari tanah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu sebagai usaha rumah tangga, setiap keluarga mengelola dan mengusahakan usaha peternakan yaitu beternak babi, sapi, kerbau, kambing dan
unggas. Usaha perikanan juga dikelola sebagai usaha rumah tangga, dan hanya diusahakan oleh beberapa keluarga saja. Dari hasil wawancara yang diperoleh dari
responden, diketahui bahwa sebagian besar penduduk masih sulit untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Mereka masih berusaha untuk mencukupi kebutuhan
hidup keluarganya masing-masing. Berdasarkan wawancara yang diajukan kepada reseponden, dari
pertanyaan nomor 6 : “Apa pekerjaan saudarai.?” Maka diperoleh data sebagai berikut :
N = 100 Tabel.5.
Pekerjaan Masyarakat Nias No.
Jawaban Frekuensi
1. Petani
44 44
2. Peternak
24 24
3. Nelayan
18 18
4. PNS
5 5
5. Wiraswasta
9 9
6. Lain-lain
Dengan kondisi yang demikian, selain mereka tidak mengerti dan memahami tentang pentingnya pendaftaran tanah, faktor yang menjadi hambatan bagi
mereka adalah taraf hidup ekonomi yang tidak mampu untuk mendaftarkan
Universitas Sumatera Utara
tanahnya. Hal ini dapat diterima akal, karena bagaimana seseorang dapat mendaftarkan tanahnya dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar, sementara
kebutuhan primer sehari-hari pun masih belum terpenuhi. Dari segi budaya, hukum adat Nias yang mengandung sistem patrilineal
mengakibatkan warisan harta peninggalan orangtua hanya dapat diwariskan kepada anaknya yang laki-laki. Pewarisan ini terjadi secara turun temurun dari kakek nenek
moyang terdahulu. Tanah sebagai salah satu unsur warisan yang sangat berharga dan bernilai religius bagi masyarakat Nias. Akan tetapi hal yang sering terjadi adalah
setelah orangtua meninggal, anak-anaknya laki-laki yang merasa pembagian tanah tidak adil malah sering kali menimbulkan sengketa tanah. Bahkan hingga
menimbulkan terjadinya tindak pidana untuk memperebutkan harta warisan tersebut.
2. Yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Nias
1. Luasnya jangkauan tugas Kantor Pertanahan Kabupaten Nias Kota Gunungsitoli merupakan salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten
Nias. Kota Gunungsitoli merupakan kota tertua dan terbesar yang ada di Kepulauan Nias. Setelah ditingkatkan statusnya dari Kecamatan menjadi Kota Otonom,
popularitas kota yang di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008. Kota Gunungsitoli memiliki luas wilayah 284,78 km
2
, dengan jumlah penduduk 128.337 jiwa dan 6 kecamatan. Sedangkan mata pencaharian sebagian besar
masyrakatnya adalah berasal dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Universitas Sumatera Utara
Kota Gunungsitoli ini juga menjadi wilayah tugas dari Kantor BPN Kabupaten Nias. Dikarenakan belum dibentuknya Kantor BPN Kota Gunungsitoli.
Hal ini yang menyebabkan tugas dari pegawai Kantor BPN Kabupaten Nias bertambah banyak, belum lagi jumlah pegawai yang tidak mencukupi untuk
menjangkau semua daerah. Jumlah petugas untuk melakukan pengukuran dan pemetaan di lapangan hanya berjumlah 5 orang, sedangkan yang harus tanah yang
harus di daftarkan total 16 Kecamatan. Sangat tidak memungkinkan untuk dapat dilakukan dalam waktu cepat.
Pada tahun 2012 yang lalu, Kepala Kantor BPN Kabupaten Nias Anggasana Siboro mengatakan bahwa tanah yang sudah memiliki sertifikat hak milik
di Kepulauan Nias hanya mencapai 10. Hal ini sangat memprihatinkan, mengingat tanah-tanah yang belum memiliki sertifikat tanah akan sangat rentan terjadi sengketa
tanah yang akan merugikan pemilik tanah sendiri karena tidak memiliki jaminan kepastian hukum. Menurut data yang di peroleh dari Kantor BPN Kabupaten Nias,
sekitar 75 pemilik tanah tidak mempunyai alas hak atas tanah. Mereka memperoleh tanah tersebut dari warisan secara lisan, tanpa ada surat bukti atau surat warisan dari
pewaris. 2. Kurangnya Petugas Dilapangan
Dari jumlah pegawai tersebut, Kepala Bagian Tata Usaha Kantor BPN Kabupaten Nias mengatakan sangat kekurangan pegawai dalam menjalankan tugas
kantor. Luasnya wilayah yang menjadi tanggung jawab Kantor BPN Kabupaten Nias
Universitas Sumatera Utara
menjadi kendala yang sangat besar. Apalagi belum tegasnya batas-batas wilayah admnistrasi Desa dan Kawasan Hutan yang menambah kendala pihak Kantor BPN
Kabupaten Nias. Tentu saja Kepala Kantor BPN Kabupaten Nias beberapa kali melaporkan kendala-kendala yang dihadapi dilapangan kepada Kantor BPN Pusat.
Namun hingga saat ini masih belum ada tanggapan positif dari Pusat. Sehingga Kepala Kantor BPN Kabupaten Nias berupaya menjalankan tugasnya semampunya.
Bahkan tidak jarang mereka mengeluarkan biaya pribadi untuk mengatasi kendala dan perkara sengketa tanah yang menjadi tanggung jawab mereka.
Apabila pegawai dan petugas dilapangan ditambah, mungkin akan meringankan bahkan mempercepat tugas dan beban dari Kantor BPN Kabupaten
Nias. Bukan hal yang mudah menjangkau total 16 Kecamatan yang merupakan daerah gabungan dari Kabupaten Nias dan Kota Gunungsitoli. Belum lagi kendala
yang dihadapi dilapangan, seperti rusaknya jalan dan susahnya akses ke lapangan untuk melakukan pengukuran dan pemeteaan, adanya sengketa batas tanah, sambutan
masyarakat yang dingin kepada petugas, hingga kurangnya alas hak yang membuktikan status kepemilikan atas tanah tersebut
35
Mungkin cara lain untuk memepercepat pendaftaran tanah di Kabupaten Nias adalah dengan membuat Kantor BPN Kota Gunungsitoli. Sehingga adanya
pembagian wilayah tugas. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap minat
35
Wawancara dengan Bpk.Faigizaro Zega, Kepala Tata Usaha BPN Kab.Nias, Tanggal 12 Januari 2015
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam mendaftarkan tanahnya. Apalagi dengan bertambahnya petugas dilapangan dan pemisahan tugas, akan sangat membantu masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan : 1.
Pemahaman masyarakat di Kabupaten Nias mengenai Pendaftaran Tanah masih sangat minim. Sebagian besar masyarakat masih belum pernah
mendengar istilah “Pendaftaran Tanah”. Bagi mereka yang memegang surat segel sebagai surat tanahnya memiliki pemahaman bahwa surat segel
tersebutlah yang disebut dengan sertifikat tanah. Surat segel tersebutlah yang menjadi bukti tertulis terkuat apabila terjadi suatu gugatan sengketa tanah.
Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki bukti tertulis atas tanahnya, memiliki pemahaman bahwa yang terpenting adalah mereka masih menguasai
tanah tersebut dan masih diakui oleh masyarakat adat. 2.
Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Nias dalam melakukan Pendaftaran Tanah antara lain minimnya informasi hukum
yang diperoleh masyarakat, yang mengakibatkan pemahaman masyarakat mengenai pendaftaran tanah juga sangat minim. Hal ini sangat berpengaruh
kepada kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Dari segi sosial budaya, masyarakat Nias masih memegang erat hukum adat serta kurangnya
interaksi dengan masyarakat lain. Sedangkan dari segi ekonomi, taraf hidup
Universitas Sumatera Utara
dan mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar adalah petani, masih belum mampu mengantarkan mereka untuk mendaftarkan tanahnya.
3. Luasnya wilayah Kecamatan yang menjadi tanggung jawab Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Nias menjadi kendala utama dalam melaksanakan tugasnya. Ditambah dengan baelum jelasnya batas-batas
administrasi Desa dan Kawasan Hutan. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Nias dengan pejabatstafnya yang hanya berjumlah 20 orang ,
sedangkan harus menjangkau sampai 16 Kecamatan, merupakan kendala utama yang dihadapi. Kondisi ini sangat berpengaruh besar bagi pelaksanaan
pendaftaran tanah di Kabupaten Nias. Adapun peranan dan upaya yang sudah dilakukan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Nias adalah
melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pendaftaran tanah kepada seluruh Kepala Desa dan Kelurahan. Selain itu juga, BPN Kabupaten Nias
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Nias dan Pemerintah Kota Gunungsitoli melalui Dinas terkait dalam menjalankan program-programnya.
Seperti pelaksanaan PRONA atas 1500 bidang tanah, Program Sertifikasi Tanah Nelayan atas 100 bidang, Program Sertifikasi Tanah Petani, Program
Sertifikasi UKM, Program Pembaruan Agraria Nasional atas 500 bidang, Program LARASITA dan pembebasan biaya pengurusan sertifikat gratis bagi
masyarakat pemegang Kartu Sejahtera dengan luas tanah maksimal 200 m
2
.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran
Setelah memperhatikan bahasan diatas, maka saran penulis adalah : 1.
Pemahaman yang minim dari masyarakat mengenai Pendaftaran Tanah akan mempengaruhi kesadaran hukum masyarakat. Berkaitan dengan ini,
seharusnya masyarakat berperan aktif untuk mencari tahu informasi mengenai perkembangan hukum yang berlaku, baik kepada pejabat-pejabat seperti
Kepala DesaLurah maupun orang-orang yang berkompeten atau melalui media. Hendaknya masyarakat juga dapat membuka diri kepada peraturan
pendaftaran tanah untuk mendaftarkan tanahnya ke BPN, untuk memperoleh jaminan kepastian hukum atas tanahnya.
2. Minimnya informasi dan keadaan ekonomi dan sosial budaya masyarakat
Kabupaten Nias menjadi suatu hambatan bagi mereka untuk mendaftarkan tanahnya. Hal yang terbaik dilakukan adalah adanya suatu prioritas dari
Pemerintah Tk II dan BPN untuk mengadakan penerangansosialisasi hukum kepada masyarakat, sehingga masyarakat semuanya dapat terjangkau dan
memiliki pengetahuan hukum khususnya mengenai pendaftaran tanah. Berkaitan dengan keadaan ekonomi dan sosial budaya, sebaiknya Pemerintah
juga membantu dalam hal pendanaan dan juga mengadakan suatu pencerahan pemikiran kepada masyarakat, dimana mereka akan dapat membuka diri
terhadap peraturan Pendaftaran Tanah dan tidak mempertentangkannya dengan keadaan sosial budaya masyarakat.
3. BPN Kabupaten Nias seharusnya mendapat perhatian dari BPN Pusat. Karena
sangat banyak sekali kendala yang dihadapi dilapangan. Mulai dari kurangnya
Universitas Sumatera Utara
pejabatpetugas, luasnya daerah wilayah cakupan BPN Kabupaten Nias yang merangkap mejadi BPN Kota Gunungsitoli, akses ke lapangan yang susah
ditempuh hingga respon masyarakat yang terkadang dapat membahayakan para petugas dilapangan.
BPN Pusat seharusnya memisahkan tugas BPN Kabupaten Nias dengan Kota Gunungsitoli, dengan cara membentuk BPN Kota Gunungsitoli.
Sehingga adanya pembagian tugas, dan luas wilayah tugas masing-masing daerah dapat terjangkau. Dengan demikian, masyarakat yang tidak
mengetahui tentang pendaftaran tanah, dapat dijangkau oleh petugas di lapangan, dan salah satu kendala yang dihadapi BPN Kabupaten Nias dapat
berkurang. Hal ini juga akan lebih mendorong semangat pegawai dan petugas dilapangan untuk bekerja lebih baik lagi.
Bila dilihat dari program-program yang telah dilaksanakan maupun yang sendang dilaksanakan, sebenarnya sudah dapat dihargai, karena BPN
Kabupaten Nias sudah berupaya sekuat tenaga untuk membantu masyarakat dalam melakukan pendaftaran tanah. Hal ini seharusnya mendapat dukungan
penuh dari BPN Pusat sekaligus untuk memenuhi tugasnya dalam menyelenggarakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Indonesia dan
membebaskan biaya-biaya administrasi bagi masyarakat golongan ekonomi lemah.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA A.
Daftar Buku
Abdurrahman, Kedudukan Hukum Adat dalam Perundang-undangan Agraria Indonesia,
Akademika Pressindo,Jakarta, 1984.
Ali, Zainudin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.
Badrulzaman, Mariam Darus, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung,
1983,
Chandra, Syarifuddin, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah,
Pustaka Bangsa Press, Medan, 2006
Daliyo,dkk, Hukum Agraria I, PT Prenhallindo, Jakarta, 2001. Effendi, Bahtiar, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan peraturan-peraturan
pelaksananya, Alumni, Cetakan I, Bandung, 1983.
Harsono, Boedi, Undang-Undang Pokok Agraria Sejarah Penyusunan Isi dan Pelaksanaannya Jilid II
, Jambatan , Jakarta, 1971
Mukti, Affan, Pokok-pokok Bahasan Hukum Agraria, USU Press, Medan, 2006. Parlindungan, A.P, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
1999.
Sangsun ,Florianus SP, Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta,
2007.
Universitas Sumatera Utara
Siregar, Tampil Anshari, Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Multi Grafik, Medan,
2007.
Somardjono, Maria, Samosir, Martin, 2000 Hukum Pendaftaran, dalam Berbagai Aspek,
Bina Media, Medan.
Soeroso, R, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika Jakarta, 2006. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Yamin, Muh. Lubis, Abdul Rahim, 2004, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria
, PustakaBangsa Press, Medan.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961
Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002
Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006
Tentang Badan Pertanahan Nasional
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN RI Nomor
18 Tahun2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Republik Indonesia. C. Sumber Lainnya
Katalog Kantor Bupati Kabupaten Nias Profil Kabupaten Nias tanggal 19 Januari
2015
Katalog Kantor Badan Pertanahan BPN Kabupaten Nias tanggal 19 Januari
2015 www.google.com
. Mertokusumo, Sudikno, Kesadaran Hukum Sebagai Landasan Untuk Memperbaiki Sistem Internet tanggal 18 Januari 2015,Hal 1
Wawancara dengan Bpk.Faigizaro Zega, Kepala Tata Usaha BPN Kab.Nias,
Tanggal 12 Januari 2015
Universitas Sumatera Utara
1. Pernahkah saudarai mendengar istilah pendaftaran tanah?
DAFTAR PERTANYAAN
a. Pernah b. Tidak Pernah
2. Pernahkah saudarai mengikuti sosisalisasi dan penyuluhan tentang pendaftaran tanah?
a. Pernah b. Tidak Pernah
3. Bagaimana saudarai bisa memperoleh tanah tersebut.? a. Warisan tanpa surat wasiat
b. Warisan dengan surat wasiat c. Jual beli
d. PemberianHibah 4. Apakah bukti tertulis saudarai pegang sebagai bukti bahwa tanah tersebut adalah
milik saudarai? a. Sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh BPN melalui prosedur
b. Tidak memiliki surat bukti c. Grand Sultan, grand C, kadaster
d. Surat keterangan dari Kepala DesaCamatBupati e. Surat segel yang dibuat dan dihadiri para saksi
5. Apa tinngkat pendidikan terakhir saudarai.? a. Perguruan Tinggi
b. Sekolah Menengah Atas SMA
Universitas Sumatera Utara
c. Sekolah Menengah Pertama SMP d. Sekolah Dasar SD
e. Tidak Bersekolah 6. Apakah Pekerjaan saudarai.?
a. Petani b.Peternak
c.Nelayan d. Pegawai Negeri Sipil PNS
e. Lain-lain