Dalam bahasa daerah Nias, Pulau Nias disebut dengan istilah Tanö Niha. Pengahasilan utama penduduknya mayoritas masih mengadalkan hasil-hasil tanah
pertanian. Jumlah penduduk di Kabupaten Nias berdasarkan sensus penduduk tahun 2012 adalah 132.860 jiwa. Jumlah penduduk yang tahun ini terjadi peningkatan 3
dari tahun sebelumnya. Dimana Luas Lahan Potensialnya mencapai 81.398 hektare yang terdiri
dari sawah 22.486 hektare dan lahan kering 58.903 hektare. Namun, potensi yang dimiliki itu belum memberikan hasil maksimal untuk mampu mencapai swasembada
pangan. Terbukti pada tahun 1999 yang lalu, Kabupaten Nias masih mendatangkan beras dari luar daerah sebanyak 22.323 ton. Tak jauh berbeda dengan keadaan hasil
perkebunan, padahal keadaan alam Nias yang sangat subur sangat cocok untuk budidaya tanaman karet, kelapa, kopi, cengkeh dan nilam. Karet dan kelapa menjadi
andalan utama dari sektor perkebunan
26
Bila suatu peraturan perundang-undangan telah diundangkan dan telah diterbitkan menurut prosedur yang sah dan resmi, maka secara yuridis peraturan
perundang-undangan itu berlaku, kemudian timbul asumsi bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui adanya undang-undang tersebut. Pengetahuan
hukum masyarakat akan dapat diketahui apabila diajukan seperangkat pertanyaan mengenai peraturan dan hukum tertentu. Pertanyaan dimaksud dapat dijawab oleh
.
B. Pemahaman Masyarakat Nias Tentang Pendaftaran Tanah
26
Profil Kabupaten Nias Internet, tanggal 19 Januari 2015
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dengan benar sehingga kita dapat mengatakan bahwa masyarakat itu sudah mempunyai hukum yang benar. Sebaliknya, apabila pertanyaan-pertanyaan
dimaksud tidak dijawab dengan benar, dapat dikatakan masyarakat itu belum atau kurang mempunyai pengetahuan hukum.
Namun, apabila pengetahuan hukum saja yang dimiliki oleh masyarakat, belumlah memadai. Masih diperlukan pemahaman atas hukum yang berlaku. Melalui
pemahaman hukum, masyarakat diharapkan memahami tujuan peraturan perundang- undangan serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh
peraturan perundang-undangan yang dimaksud
27
Menurut Pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang dimaksud dengan sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan
yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. .
Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, untuk menjamin kepastian hukum, Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria memerintahkan supaya pendaftaran
tanah diselenggarakan diseluruh wilayah Republik Indonesia. Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Adapun pendaftaran tanah yang dimaksud adalah pendaftaran tanah ke Kantor Pertanahan, dimana setelah melalui
proses, pihak Badan Pertanahan Nasional akan menerbitkan sertifikat tanah yang dimohonkan pendaftarannya.
27
Zainudin Ali, Op.Cit, Hal 66
Universitas Sumatera Utara
Sertifikat ini merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data
fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
Secara etimologi, sertifikat berasal dari bahasa Belanda yaitu “certificaat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu.
Jadi, kalau dikatakan sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan
bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat oleh instansi yang berwenang
28
Pasal 19 ayat 2 huruf c tidak berani menyebutkan bahwa surat-surat bukti sertifikat tanah adalah menjamin hak seseorang, akan tetapi disebutkannya
“surat-surat tanda bukti hak sertifikat adalah alat pembuktian yang kuat” dengan demikian, pemilik surat bukti tidak bisa mempertahankan haknya, sekalipun
ketentuan yang dimuat dalam PP Nomor 10 Tahun 1961 tidak diindahkannya .
29
Kemudian disamping sebagai alat bukti, sertifikat juga berguna sebagai jaminan. Baik sebagai jaminan utang kepada orang lain, maupun jaminan utang
kepada bank. Maksudnya, apabila misalnya seseorang membutuhkan pinjaman uang .
Menurut pendapat Prof.M.Yamin, surat tanda bukti disini bukanlah satu- satunya bukti, namun disebutkan hanyalah sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan
berarti sertifikat tersebut mutlak sebagai bukti.
28
Muh.Yamin, Op.Cit, Hal 132
29
Ibid. Hal. 129
Universitas Sumatera Utara
ke bank, maka sebagai jaminan uang yang dipinjam tadi, ditahanlah sertifikat tanah tersebut hipotik. Tentu dalam hal ini sertifikat tanah telah membantu untuk
meningkatkan pendapatan sipemilik tanah yang sekaligus meningkatkan perekonomian secara mikro, sebab ia telah mengaktifkan modal yang telah diberikan
bank. Dapat disimpulkan, bahwa surat tanda bukti hak atau sertifikat tanah tersebut dapat berfungsi menciptakan tertib hukum hukum pertanahan serta membantu
mengaktifkan kegiatan perekonomian rakyat
30
No. .
Berdasarkan wawancara yang diajukan kepada reseponden, dari pertanyaan nomor 3 : “Bagaimana saudarai bisa memperoleh tanah tersebut.?” Maka
diperoleh data sebagai berikut : N = 100
Tabel 1. Cara masyarakat memperoleh tanah.
Jawaban Frekuensi
a. Warisan tanpa surat wasiat
52 orang 52
b. Warisan dengan surat wasiat
31 orang 31
c. Jual beli
11 orang 11
d. PemberianHibah
6 orang 6
e. Lain-lain
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan kepada responden, diperoleh data bahwa sebagian besar masyarakat Nias memperoleh
bidang-bidang tanah yang dikuasainya, dari warisan secara lisan tanpa surat wasiat. Hal ini disebabkan masih kuatnya hukum adat dan budaya masyarakat Nias yang
30
Ibid, Hal. 132-133
Universitas Sumatera Utara
melekat pada kehidupan masyarakat ini. Hukum adat Nias menganut sistem Patrilineal, sehingga tanah-tanah warisan harta peninggalan dari orangtuanya hanya
diwariskan kepada anak-anak laki-lakinya saja. Hal ini berhubungan dengan pewarisan marga dalam hukum adat
masyarakat Nias, yaitu bahwa marga laki-lakilah yang diwariskan kepada anak- anaknya. Yang berarti bahwa anak laki-lakilah yang meregenerasikan marganya
kepada anak-anak yang dilahirkan dari istrinya. Dengan demikian, harta peninggalanpun diwariskan hanya kepada anak laki-lakinya. Sementara anak
perempuan akan menikah dan bergabung kepada clen laki-laki suaminya dan mendapatkan warisan dari keluarga suaminya tersebut.
Oleh karena itu, hukum adat Nias hanya memperbolehkan bahwa warisan hanya jatuh ke tangan anak laki-laki, maka seseorang orangtua yang menghendaki
supaya anaknya yang perempuan juga memperoleh tanah dari harta kekayaannya, maka ia dapat memberikan bidang tanah kepada anak perempuan tersebut pada waktu
ia masih hidup. Selain melalui warisan dan pemberianhibah, masyarakat juga memperoleh tanah melalui proses jual beli. Pembelian bidang tanah dilakukan untuk
menambah tanah garapan disamping tanah warisan, supaya tetap dapat mempertahankan hidupnya.
Dari wawancara yang dilakukan kepada responden, ketika responden menjawab pertanyaan nomor 4 : “Apakah bukti tertulis saudarai pegang sebagai
Universitas Sumatera Utara
bukti bahwa tanah tersebut adalah milik saudarai ?”. Diperoleh jawaban sebagai berikut :
N=100 Tabel 2.
Bukti tertulis kepemilikan Hak atas tanah No.
Jawaban Frekuensi
a. Sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh BPN
melalui prosedur 11 orang
11
b. Tidak memiliki surat bukti
53 orang 53
c. Grand Sultan, grand C, kadaster
0 orang d.
Surat keterangan dari Kepala DesaCamatBupati 5 orang
5 e.
Surat segel yang dibuat dan dihadiri para saksi 31 orang
31
Oleh karena tanah-tanah yang dimiliki sebagian besar berasal dari tanah warisan dan pemberianhibah, maka bukti yang di pegang oleh masyarakat sebagai
tanda bahwa seseorang itulah pemilik suatu bidang tanah, hanyalah surat segel yang dibuat dengan tulisan tangan berwarna hitam diatas putih yang juga dihadiri dan
ditandatangani kedua belah pihak bersama para saksi. Bahkan ada juga masyarakat pemilik tanah yang tidak memegang suatu bukti tertulis atas tanahnya. Hal ini
disebabkan tanah tersebut adalah tanah warisan dan sejak dari nenek moyangnya tidak pernah ada gangguan dari pihak lain, dengan kata lain tanah tersebut selama ini
aman dari gangguan orang lain. Sehingga menurut pemiliknya, tidak perlu adanya bukti tertulis. Sedangkan masyarakat pemilik tanah yang sudah mendaftarkannya ke
Badan Pertanahan Nasional masih sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang sudah memegang alat bukti tertulis berupa surat segel berpendapat bahwa sudah cukup bagi mereka untuk menguasai tanah tersebut dan
hanya memegang surat segel sebagai bukti tertulis. Pemahaman mereka adalah bahwa surat segel tersebutlah yang dianggap sebagai surat tanah sertifikat. Surat segel
tersebutlah yang mereka anggap sebagai alat bukti tertulis terkuaat jika terjadi sautu gugatan sengketa tanah. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh di lapangan,
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat akan pendaftaran tanah sangat minim. Bahkan sebagian besar dari pemilik tanah tersebut tidak mengerti dan belum pernah
mendengarkan istilah pendaftaran tanah mupun sertifikasi tnah. Keadaaan ini jug menunjukkan minimnya pemahaman masyarakat akan manfaat dan tujuan
pendaftaran tanah itu. Dari keterangan masyarakat itu juga diketahui bahwa masyarakat belum
pernah mengikuti suatu sosialisasi maupun penyuluhan hukum mengenai pendaftaran tanah. Jadi, masyarakat pemilik tanah tidak mengetahui bahwa suatu bidang tanah
harus didaftarkan ke Badan Pertanahan Nasional dan memperoleh sertifikat, sehingga akan menjamin kepastian hukum bagi bidang tanah yang dikuasainya.
Hal tersebut dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan nomor 1 : “Pernahkah saudarai mendengar istilah pendaftaran tanah?”
N = 100 Tabel 3.
Pemahaman masyarakat terhadap pendaftaran tanah No.
Jawaban Frekuensi
a. Pernah
32 orang 32
b. Tidak Pernah
68 orang 68
Universitas Sumatera Utara
Jadi, secara umum gambaran pemahaman masyarakat Kabupaten Nias mengenai Pendaftaran Tanah adalah sebagian besar masyarakat belum pernah
mngetahui dan mengerti tentang Pendaftaran Tanah. Dari hal-hal yang diuraikan sebelumnya, mereka menganggap bahwa surat segellah yang disebut sebagai surat
tanah yang sah, hal ini membuktikan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa surat tanah yang berlaku sebagai bukti yang paling otentik adalah sertifikat. Sebagaimana
kita ketahui bahwa sertifikat baru dapat dikeluarkan setelah dilakukan pendaftaran dengan melalui suatu proses yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Apabila masyarakat sendiri belum mengetahui sertifikat sebagai alat bukti tertulis yang lebih otentik, berarti mereka juga tidak mengerti tentang pendaftaran tanah.
Selain itu, masyarakat juga belum mengetahui manfaat dari pendaftaran tanah itu sendiri, karena mereka tidak berpikir jauh kedepan, karena keamanan yang sudah
mereka alami selama ini.
C. Cara Memperoleh Tanah oleh Warga Masyarakat di Kabupaten Nias