Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Menurut Wilayah Pengembangan Pembangunan Tahun 1980,1990 dan 1999
WPP Tahun Laju
Pertumbuhan A B C D E
1980-1990 0,02 0,03 0,02 0,01 0,04
1990-1993 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02
1993-1999 0,03 0,02 0,01 0,01 0,02
Sumber : BPS, Analisa dan Evaluasi Pembangunan Wilayah Kota Medan Tahun 1993-1999
Dari Tabel diatas perkembangan penduduk yang menjadi indikasi pertumbuhan wilayah kota ke arah Barat dan Selatan pada WPP C 0,04 tahun pada kurun waktu
tahun 1980-1990 dan kearah Utara pada WPP A 0,03 tahun pada kurun waktu 1990- 1999. Analisis ini menunjukkan upaya Pemko Medan untuk menyebarkan penduduk
secara merata pada wilayah yang berkepadatan penduduk relative lebih rendah. Penyebaran penduduk yang tidak merata dapat disebabkan karena kondisi alam eksisting
serta adanya pembangunan sarana dan prasarana disuatu daerah yang berbeda satu sama lain. Pertumbuhan dari sector kawasan juga dapat mempengaruhi faktor penyebaran dan
kepadatan penduduk.
4.1.6 Tata Guna Lahan Kecamatan Medan Johor dan Lingkup Kawasan Penelitian
Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Johor terletak di selatan Kota Medan dengan luas
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
lahan 14,58 km² serta jumlah penduduk 110,231 BPS, 2004. Kecamatan Medan Johor merupakan daerah resapan daerah konservasi yang berbatasan langsung dengan
kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua.
Berdasarkan pola pembangunan kegiatan utama pembangunan maupun pengembangan perkotaan sesuai dengan Rencana Tata Guna Lahan di WPP menurut
RUTRK Medan 2005 peruntukan kawasan ini adalah perumahan, perkantoran, konservasi lapangan golf dan hutan kota dengan jumlah penduduk 103.803 jiwa
Pada Kecamatan Medan Johor telah terdapat pola penggunaan lahan yang beragam untuk mendukung aktivitas masyarakat, namun belum terlihat jelas apakah fasilitas
tersebut memadai atau tidak. Kawasan perumahan yang menjadi objek penelitian merupakan bagian dari penggunaan lahan pada wilayah ini. Adapun deskriptif
perumahaan tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini:
4.1.7 Perumahan Johor Indah Permai I
Perumahan Johor Indah Permai terletak di Kecamatan Medan Johor. Perumahan Johor Indah Permai I dibangun sekitar tahun 1980-1985 dengan jumlah rumah 546 buah
terdiri dari tipe 45, 70 dan 100. Jenis perumahan adalah perumahan menengah keatas. Tipe bangunan terdiri dari: bangunan mewah Tipe A, bangunan menengah tipe B, dan
bangunan sederhana Tipe C.
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
Sumber Data Lapangan Gambar 4.4 Perumahan Johor Indah Permai I Tipe A
Sumber Data Lapangan Gambar 4.5 Perumahan Johor Indah Permai I Tipe B
Sumber Data Lapangan Gambar 4.6 Perumahan Johor Indah Permai I Tipe C
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
Kondisi lingkungan Perumahan Johor Indah Permai sebagai berikut: a. Penghijauan: adanya pemandangan dan pertamanan yang cukup terencana sehingga
penghijauan di sekitar tempat tinggal kondisinya cukup baik. b. Sarana air bersih: sarana air dapat dijangkau oleh penduduk yaitu menggunakan
air Pam. c. Sarana listrik: sarana listrik sudah memadai karena setiap rumah menikmati
penerangan yang layak, fasilitas ini langsung sudah tersedia sewaktu perumahan berdiri.
d. Sarana telepon: sarana telepon sudah memadai karena setiap rumah sudah terpasang jaringan telepon, fasilitas ini langsung sudah tersedia sewaktu
perumahan berdiri. e. Sarana drainase: pembuangan air hujan dan limbah melewati saluran-saluran
pembuangan yang memadai sehingga terhindar dari genangan air hujan. f. Keamanan dan kenyamanan: fasilitas ini sudah memadai yaitu di areal perumahan
tersedia pos-pos keamanan. g. Sarana pendidikan: fasilitas ini belum tersedia
h. Sarana kesehatan: fasilitas ini belum tersedia. i. Sarana perbelanjaan: fasilitas ini belum tersedia.
j. Sarana peribadatan: fasilitas ini belum tersedia. k. Jalan lokal: jalan yang melayani persil-persil dalam suatu kawasan, kondisi jalan di
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
perumahan ini cukup baik.
Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dinyatakan aksessibilitas antara kedua tempat tersebut adalah tinggi. Sebaliknya, jika jarak kedua tempat tersebut
sangat berjauhan, aksessibilitas antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksessibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna
lahan tersebar dalam ruang secara tidak merata heterogen. Skema sederhana yang memperhatikan kaitan antara berbagai hal yang diterangkan
mengenai aksessibilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Aksessibilitas
Jauh Aksessibilitas Aksessibilitas
Rendah Menengah Jarak
Dekat Aksessibilitas Aksessibilitas
Menengah Tinggi Kondisi Prasarana
Sangat jelek Sangat baik
Sumber : Black, 1981
Hubungan transportasi dapat menjadi lebih baik karena waktu yang relative singkat. Hal ini berkaitan dengan kecepatan system jaringan transportasi. Oleh karena itu waktu
tempuh menjadi ukuran yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksessibilitas. Modal dan jumlah transportasi yang tersedia dalam suatu kota juga merupakan hal yang penting
untuk menerangkan aksessibilitas.
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
Pada penelitian ini aksessibilitas diartikan sebagai pengukur kenyamanan atau kemudahan dan kualitas jalan dari dan menuju lokasi kawasan perumahan yang menjadi
objek penelitian berinteraksi satu sama lain terhadap kawasan potensial di pusat kota. Jalan raya adalah suatu prasarana perkotaan yang memegang peranan penting dalam
pengembangan perkotaan. Pada umumnya, suatu kawasan akan berkembang seiring dengan dibangunnya atau dibukanya jaringan jalan menuju kawasan tersebut. Untuk
menuju lokasi perumahan, kita harus melakukan perjalanan. Maka yang pertama kali diperlukan adalah adanya angkutan yang menuju lokasi lokasi perumahan tersebut.
Namun angkutan sendiri belum memadai tanpa adanya jalan yang baik ataupun sebaliknya maka dapat disimpulkan bahwa antara sarana dan prasarana harus saling
menunjang agar aksessibilitas menuju lokasi perumahan dapat dinilai baik. Kebijaksanaan pokok pembangunan jalan di kota Medan sebagai berikut:
a. Menyediakan tambahan jalan baru dengan melanjutkan pembangunan jalan-jalan lainnya seperti yang telah direncanakan, baik yang merupakan jalan regional,
jaringan jalan utama kota maupun jalan poros wilayah dan poros-poros lingkungan. b. Mengoptimasikan ruang jalan yang tersedia bagi lalu lintas kenderaan dengan
pengelolaan secara menyeluruh, perbaikan dan penambahan rambu-rambu lalu lintas, penambahan fasilitas pejalan kaki, menyediakan lokasi untuk pedagang kaki
lima di luar badan jalan, dan mengurangi system perparkiran on street pada badan jalan.
c. Menetapkan kembali hierarki jalan-jalan yang ada dengan maksud untuk
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
memperkecil konflik kepentingan antara pemakai jalan lokal dan regional. d. Mengembangkan system jaringan jalan yang menunjang rencana struktur kota dan
rencana penggunaan lahan yang ada sesuai dengan “rencana perluasan kota”. Kebijaksanaan mengenai angkutan umum kota Medan adalah sebagai berikut:
a. Mengatur kembali sistem angkutan umum non bis dan bis yang telah beroperasi dengan melihat factor-faktor system jaringan jalan yang ada, factor efisiensi dan
dampak yang ditimbulkannya kemacetan, kerusakan jalan dan lain-lain, berdasarkan permasalahan yang dicerminkan.
b. Menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan sitem kenderaan angkutan umum agar perkembangannya dapat lebih terkendali dan dapat melayani
penduduk secara efisien serta dapat terjangkau oleh masyarakat. c. Menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung system angkutan umum seperti tempat
pemberhentian, shelter dan terminal. Khusus untuk terminal perlu merombak atau terminal yang ada pada lokasi strategis sperti terminal Sambu di Pasar Sentral dan
juga memperluas kapasitas terminal yang ada. d. Jika bisa, membedakan atau memisahkan fungsi-fungsi terminal yang bersifat local
dengan regional agar terjamin pelayanan angkutan umum yang optimal. e. Meningkatkan pelayanan kenderaan angkutan umum dalam rangka menarik minat
masyarakat untuk mempergunakan kenderaan angkutan umum. f. Mengembangkan jenis angkutan umum yang lebih sesuai dengan karakteristik
jaringan jalan kota.
Edy Hermanto : Bangkitan Pergerakan Perjalanan Ke Tempat Kerja Studi Kasus Perumahan Johor Indah Permai I Medan, 2009
4.2 Geometrik Jalan 4.2.1 Geometrik Jalan Karya Wisata