wilayahnya strategis. Walaupun meresahkan masyarakat yang tinggal di sana, namun keberadaan waria sebagai penduduk di wilayah Jatinegara cukup diterima. Masyarakat yang
bersikap individualis memberi peluang bagi waria untuk tinggal dan bekerja di sana. Terlepas dari razia yang sering dialami oleh waria, kebanyakan masyarakat Jatinegara membiarkan
saja waria dengan kehidupannya sendiri, selama tindakan waria tidak mengganggu dan mengusik ketentraman warga sekitar.
36
Steriotipe negatif terhadap waria sebagai pembuat onar dan sebagai Pekerja Seks Komersial membuat keberadaan waria di pandang sebagai sesuatu yang hina, sehingga
seringkali masyarakat tidak peduli terhadap nasib mereka. Dan jika ada kelompok tertentu yang bersedia menolong, kelompok tersebutpun secara tidak langsung maupun langsung
dianggap sama dengan waria itu sendiri dan ikut mengalami diskriminasi. Oleh sebab itu
3.2 Sejarah Berdirinya Yayasan Srikandi Sejati
Diskriminasi yang dialami waria sebagai kelompok minoritas terasa begitu berat baik di jaman Orde Lama maupun Orde Baru. Waria seringkali menjadi korban dan tak ada usaha
pemerintah dalam membantu dan melindungi waria. Agama sebagai salah satu lembaga yang memiliki otoritas, justru tidak mampu memberi perlindungan terhadap waria selaku
penganutnya. Isu Hak Asasi Manusia seringkali muncul berkaitan kekerasan yang terjadi terhadap kaum minoritas terutama para waria. Tindakan berbagai pihak yang kurang
berkenan terhadap waria maupun tidak adanya tenggang rasa akibat kurangnya pengetahuan tentang waria, membuat tindakan diskriminasi dan kekerasan terhadap waria adalah suatu
kewajaran dan dibenarkan.
36
. Wawancara dengan Ibu Endang
Universitas Sumatera Utara
jarang ada orang maupun kelompok yang secara terbuka menolong apalagi membela waria. Tidak jarang waria menjadi pihak yang disalahkan dalam suatu perkara dan tidak ada pihak
yang mau membantu akibat rasa takut terhadap kelompok tertentu yang dengan radikal selalu ingin membantai waria. Seakan nasib buruk yang ditimpa seseorang terjadi akibat keberadaan
waria di lingkungan tempat tinggalnya, walaupun dia tidak pernah bertemu dan berkenalan dengan si waria.
Penolakan dari pihak keluarga menjadi salah satu penyebab dan akibat dari penolakan masyarakat terhadap waria. Keluarga yang membenci anggota keluarganya yang waria
menimbulkan rasa tidak percaya dari pihak waria terhadap keluarga maupun kelompok masyarakat lainnya. Seringkali anggota keluarganya tidak mengakui waria sebagai keluarga
karena rasa takut dan merasa tidak nyaman berurusan dengan waria yang dianggap menyimpang dan menjadi aib keluarga. Sikap acuh tak acuh keluarganya seringkali
menyebabkan waria menjadi acuh tak acuh terhadap dirinya sendiri. Sikap seenaknya sendiri digunakan waria untuk melindungi dirinya dari rasa sakit akibat penolakan yang dilakukan
keluarga dan teman- temannya. Penilaian masyarakat yang terlanjur buruk terhadap waria karena dianggap menyalahi
kodrat membuat waria seringkali tidak diijinkan masuk ke dalam tempat ibadah. Seakan seorang waria tidak berhak berTuhan dan tidak akan masuk surga sehingga masuk tempat
ibadah pun dilarang karena takut mengotori kesucian tempat ibadah tersebut. Agama seringkali bersikap tidak adil dan melupakan Hak Asasi Manusia yang juga dimiliki waria
akibat pandangan agama mengenai konsep dosa. Kekerasan terhadap waria bahkan pembunuhan terhadap waria dibenarkan atas nama agama, dan seringkali para penganutnya
tidak berbuat apa- apa untuk menolong maupun membela karena rasa takut disebut murtad seperti waria yang berusaha ditolongnya. Banyak kasus penganiayaan yang dialami waria
Universitas Sumatera Utara
atas nama agama tidak benar- benar diproses dalam proses hukum yang berlaku di negara Indonesia.
Akibat kesulitan ekonomi yang dialami waria sehingga mendorong banyak waria bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial menambah penilaian negatif masyarakat tentang
waria dan dosa. Waria secara umum dianggap sama saja dan di identifikasi sebagai PSK oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga rasa malu yang timbul semakin dalam jika ada anggota
keluarga yang terlahir sebagai waria. Kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap waria, membuat waria sendiri kurang peduli terhadap diri sendiri dan masyarakat. Akibat seks bebas
yang dilakukan waria, banyak waria yang mengidap penyakit kelamin mulai dari yang dapat di obati sampai AIDS yang belum dapat diobati. Waria sendiri kurang peduli terhadap
kesehatannya akibat sikap masyarakat yang selalu ingin membinasakan mereka. Pandangan umum yang terjadi semakin mengecilkan posisi waria yang lagi- lagi dipandang negatif
sebagai penyebar penyakit menular seperti HIVAIDS. Penggunaan narkotika dan seks bebas yang seringkali dianggap sebagai gaya hidup
para waria menambah antipati dan kebencian bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga saat seorang waria muncul di lingkungannya, masyarakat memiliki stigma buruk akibat kehadiran
waria tersebut. Sikap aparatur pemerintah juga tidak menolong justru mempersulit waria yang selalu dipersalahkan dan dihukum. Gaya hidup dan jalan hidup waria yang semakin tidak
teratur membuat waria banyak mengalami masalah kesehatan.
37
Masa Orde Baru dimana kebebasan masyarakat dibatasi dan diawasi, kehidupan dan kesejahteraan kaum minoritas kurang dipedulikan. Pemerintahan yang terkesan militerisme
justru menutupi penganiayaan dan diskriminasi yang terjadi terhadap kaum minoritas. Kasus- Di samping itu upaya untuk
mengatasi masalah- masalah tersebut kurang memadai.
37
. Wawancara dengan Leni Sugiharto
Universitas Sumatera Utara
kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia banyak yang terselubung dan tidak pernah muncul ke permukaan. Kebebasan berpendapat yang dibatasi menyebabkan banyak penderitaan yang
dialami kaum minoritas tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Begitu juga yang dialami para waria di Indonesia, banyak kasus kekerasan, penganiayaan ataupun pelecehan yang menimpa
waria tidak pernah ada jalan penyelesaiannya. Masa Orde Reformasi yang ditandai dengan pemberontakan mahasiswa di seluruh
Indonesia memberi udara segar bagi banyak pihak yang menginginkan kebebasan. Kebebasan pers membuka jalan terbongkarnya isu- isu Pelanggaran HAM yang selama ini ditutupi dan
dilupakan. Kebebasan ini jugalah yang memberi kesempatan bagi para waria untuk berapresiasi dan mendirikan lembaganya tersendiri guna mendukung dan menolong sesama
waria di Indonesia. Guna membantu waria yang mengalami dikriminasi dan pelanggaran HAM dan terutama untuk membantu masalah kesehatan akibat pekerjaan mereka sebagai
PSK. Yayasan Srikandi Sejati didirikan pada 28 September 1998, oleh Eko Sugiharto alias
Lenny Sugiharto, bersama Iskandar, Lucy Herny dan Tri Asmarahadi sebagai wadah berbentuk yayasan untuk membantu waria yang beralamat di Jl. Pisangan Baru III No. 64
Matraman Jakarta Timur. Maksud dan tujuan yayasan ini didirikan adalah untuk memberikan pelayanan sosial
kepada kelompok yang mengalami masalah sosial serta membantu dalam berbagai hal lainnya. Yayasan Srikandi Sejati di inspirasi oleh tokoh pewayangan yang bernama Srikandi
yang dikenal sebagai perempuan yang sangat kuat, namun sebenarnya merupakan laki- laki yang berdandan seperti perempuan. Kekuatan Srikandi dalam melawan musuh menjadi
penyemangat waria untuk mampu bertahan dengan prinsipnya melawan musuh- musuh yang terlihat maupun tidak terlihat, dari dalam diri sendiri maupun dari luar.
38
38
Wawancara dengan Leni Sugiharto.
Kegiatan yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan Yayasan Srikandi Sejati meliputi mengadakan kursus, pelatihan, atau penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan umum, pengetahuan agama dan keterampilan kerja bagi
kelompok waria. Mendirikan dan mengelola tempat pelayanan kesehatan, rumah panti asuhan, rumah yatim piatu dan atau memberikan bantuan untuk kesejahteraan kelompok
waria. Menyelenggarakan kegiatan pertunjukan kesenian dalam rangka pengumpulan dana untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
Yayasan Srikandi Sejati terutama bergerak di bidang kesehatan dan berusaha membantu kesejahteraan waria. Yayasan ini berusaha mendekati waria yang tersebar di
jalanan dan membantu mereka dalam memberikan penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan. Dengan bantuan dari berbagai pihak yang peduli, yayasan tersebut berusaha
membuka pemahaman baru dalam diri waria tentang dirinya sendiri sehingga waria tidak lagi dianggap sebagai perusuh di tengah masyarakat. Yayasan ini juga berusaha membuka
pengertian baru dalam pandangan masyarakat terhadap waria, bahwa waria bukan sampah masyarakat dan mampu bekerja sama dengan baik dalam menciptakan keamanan dan
ketentraman lingkungan tempat dia tinggal.
39
Dalam berbagai tingkatan, Yayasan ini menginginkan terciptanya harmonisasi dan saling pengertian antara masyarakat dan waria yang selama ini terkesan sulit diwujudkan.
Sehingga waria tidak lagi dipandang sebelah mata, dan kemampuan serta potensi kerjanya lebih bisa dihargai. Yayasan ini juga berusaha mendapatkan pengakuan bagi para waria oleh
pemerintah sehingga undang- undang yang mendukung dan melindungi waria sama seperti warga negara lainnya dapat terwujud. Bekerjasama dengan berbagai lembaga sejenis maupun
lainnya yang memberi dukungan, Yayasan Srikandi Sejati ingin mewujudkan cita- cita dimana waria dapat diterima dan dihargai dan tidak lagi mengalami pelecehan serta
diskriminasi.
39
Wawancara dengan Maya Tatang.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Kendala Dalam Proses Berdirinya Yayasan Srikandi Sejati