Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

dalam diri waria bahwa mereka memiliki wadah inspirasi yang akan menolong dan memberikan masukan untuk hal- hal yang kurang mereka pahami terutama di bidang kesehatan. Seperti pencegahan penyakit tertentu dan bagaimana mengatasinya. Yayasan Srikandi Sejati mencoba memberi dampingan berwirausaha bagi para waria agar mereka memiliki keterampilan khusus, sehingga mampu bekerja di sektor informal, seperti membuka salon atau berjualan jamu. Juga mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan, seperti merayakan lebaran atau natal bersama. YSS juga mengadakan seminar- seminar sosialisasi mengenai HIVAIDS, bahaya dan pencegahannya. Di samping itu mereka juga mengadakan dampingan di lapangan untuk mengetahui kebutuhan dan memberi informasi kabar terkini seputar komunitas mereka. Mereka juga berusaha memberikan bantuan hukum atau menuntut keadilan bagi waria yang mengalami diskriminasi. Semakin besarnya peluang bagi waria untuk mengekspresikan diri dengan cara yang positif dan adanya dukungan dari keluarga, masyarakat serta kesempatan yang muncul sejak era reformasi membuka jalan bagi waria untuk membentuk organisasi yang di bentuk dan diperuntukan untuk mengorganisir kebutuhan mereka berorganisasi dan membentuk kelompok yang mampu menyatukan mereka. Melindungi dan mewadahi tiap kebutuhan mereka terutama bidang kesehatan.

2. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulisan dalam upaya melakukan penelitian yang objektif, maka pembahasannya difokuskan pada masalah-masalah berikut : 1. Bagaimana latar belakang berdirinya Yayasan Srikandi Sejati? 2. Bagaimana proses berdirinya Yayasan Srikandi Sejati? Universitas Sumatera Utara 3. Bagaimana sistem pengelolaan Yayasan Srikandi Sejati?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mengetahui apa yang menjadi permasalahan yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi kajian permasalahan adalah tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan. Tujuan penulisan ini adalah: 1. Mengetahui latar belakang Yayasan Srikandi Sejati didirikan. 2. Memaparkan alasan- alasan pentingnya keberadaan Yayasan Srikandi Sejati bagi para waria di Jakarta maupun Indonesia secara umum. 3. Menunjukkan perubahan yang muncul sejak Yayasan Srikandi Sejati didirikan baik bagi waria secara khusus atau masyarakat secara umum. Adapun manfaat penulisan tersebut ialah: 1. Menambah literatur bagi penulis maupun pembaca tentang Organisasi atau LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan terutama yang menaungi kaum marjinal misalnya waria, 2. Dapat dijadikan bahan reverensi untuk penulisan selanjutnya mengenai waria dalam penulisan sejarah ataupun penulisan lainnya yang berhubungan, 3. Menambah pengetahuan masyarakat tentang kaum marjinal dan membuka wawasan baru tentang kelompok- kelompok minoritas tertentu yang ada di tengah masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Tinjauan Pustaka

Untuk mendukung penulisan tersebut terdapat beberapa buku yang dapat dijadikan acuan yaitu: Buku karangan Zunly Nadia yang berjudul Waria Laknat atau Kodrat yang memberikan gambaran lebih jelas mengenai pandangan agama terutama agama Islam selaku agama mayoritas yang dianut rakyat Indonesia tentang waria. Dalam buku ini dijelaskan mengenai beberapa penyimpangan seksual, berbagai pandangan tentang waria, ruang sosial waria dan waria dalam lintasan sejarah. Juga tentang hadis dan fikih mengenai waria dan peraturan bagi waria dalam Islam baik dalam hukum dan pengadilan maupun soal hak warisan. Secara tidak langsung buku ini menunjukan masalah waria sudah ada bahkan sejak jaman nabi, dan bahwa ada peraturan yang bersikap lebih toleran terhadap keberadaan waria melalui hadis dan fikih. Waria di dalam kitab fikih disebut khuntsa. 1 Khuntsa juga berarti seseorang yang diragukan jenis kelaminnya, apakah laki- laki atau perempuan, karena memiliki alat kelamin laki- laki dan perempuan secara bersamaan atau pun tidak memiliki alat kelamin sama sekali, baik alat kelamin laki- laki maupun perempuan. 2 Di terangkan bahwa dalam hal warisan maupun pengadilan seorang khuntsa memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dari seorang pria ataupun wanita. Dengan demikian, selama hukum fikih masih mengacu pada hal- hal yang lahir aspek jasmani, maka untuk kasus waria- transeksual, waria- transvestisme sampai saat ini masih belum ada kejelasan hukum. 3 1 Zunly Nadia, Waria Laknat atau Kodrat, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2005 hlm. 80 2 Ibid., hlm 81 3 Ibid., hlm 86 Dengan adanya pembakuan hukum dalam kitab- kitab fikih secara otomatis masalah waria menjadi semakin kompleks pada masa kinidan semakin tidak terakomodasi. Karena, kitab- kitab fikih seringkali menjadi rujukan Universitas Sumatera Utara dan acuan yang menjadi representasi dari hukum Tuhan yang baku, dimana posisi fikih seolah sejajar dengan Al- Qur’an itu sendiri. Sedemikian besar pengaruh fikih dalam konstruksi masyarakat sehingga tanpa adanya rekonstruksi fikih pemahaman masyarakat terhadap realitas sosial yang ada pada saat ini akan tetap parsial karena mengabaikan konteks yang melingkupinya. 4 Ariyanto dan Rido Triawan dalam bukunya Hak Kerja Waria : Tanggung Jawab Negara memaparkan tentang fakta- fakta kehidupan yang dialami waria di Indonesia, terutama tentang sikap keluarga dan lingkungan terhadap mereka. Banyak kekerasan fisik maupun verbal yang di alami waria sejak mereka menyatakan diri sendiri sebagai perempuan. Juga dalam perihal pekerjaan mereka mengalami diskriminasi. Dari semua waria yang terpaksa harus mencari dan menemukan cara untuk menghidupi dirinya di sektor informal di pinggir- pinggir jalan sebagai PSK, sulit dibantah hal itu disebabkan karena perlakuan diskriminatif dan intoleran yang terus bertahan dalam aparatur negara negara maupun perusahaan- perusahaan negara dan swasta. 5 Ariyanto dan Rido Triawan dalam bukunya yang lain yang berjudul Jadi, Kau Tak Merasa Bersalah mengupas secara mendalam mengenai kebijakan yang diskriminatif, perkembangan Internasional mengenai Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Interseksual LGBTI, dan pemahaman tentang diskriminasi. Dalam buku ini juga pembaca bisa melihat contoh kasus kekerasaan yang di alami oleh waria yang terjadi di Indonesia di tengah masyarakat kita yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia HAM. Ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib kelompok LGBTI, membuat kelompok LGBTI rentan terhadap diskriminasi dan pelecehan serta pelanggaran Hak Asasi Manusia. Undang- undang yang berlaku di negara belum ada yang sepenuhnya memihak pada kepentingan 4 . Ibid., hlm 88 5 Ariyanto dan Rido Triawan, Hak kerja Waria : Tanggung Jawab Negara, Jakarta: Arus Pelangi, 2007 hlm. 22 Universitas Sumatera Utara kelompok minoritas. Pembedaan berdasarkan gender masih sering terjadi bukan hanya terhadap para wanita tetapi juga waria. Waria seringkali menjadi pihak yang dipersalahkan dan diperlakukan tidak adil, sedangkan aparatur penegak hukum seakan tidak peduli dan tidak mau tahu terhadap nasib kaum minoritas termasuk waria. Kasus- kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dialami kaum minoritas seperti Waria seringkali diabaikan bahkan tidak diproses. Kaum LGBTI seringkali diperlakukan dengan kasar dan semena- mena seperti seorang penjahat. Tidak jarang, kaum minoritas tersebut dijadikan kambing hitam dan mereka kesulitan mendapatkan bantuan hukum. Usaha- usaha yang dikalukan guna mendapatkan keadilan justru mendapat hambatan dan tidak dipedulikan.

5. Metode Penelitian