Persiapan Upacara Pangguni Uttiram (Suatu Ritual Hindu-Tamil di Kuil Shri Thendayudabani, Kota Lubuk Pakam, Sumatera Utara)

56 g. Ritual Penutup Penurunan bendera kuil menjadi pertanda sebuah hajatan telah selesai. Ini berarti semua sudah terbebas dari larangan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat. Para peserta sudah dapat menjalani kehidupannya seperti semula. Sebelum penurunan bendera kuil, dilakukan terlebih dahulu puja Idumban. Puja Idumban dilakukan untuk menghormati Muniandi sebagai rasa terima kasih karena telah menjaga kuil dan umat saat menjalani upacara. Setelah bendera diturunkan, kegiatan belum berakhir. Ada lagi ritual lain yang menjadi ritual penutup, yakni memotong seekor kambing atau lebih. Panitia akan menyiapkan hewan kambing untuk dipersembahkan kepada Muniandi penjaga kuil. Muniandi terwujud pada arca yang pada setiap kuil diletakkan di dekat pintu gerbang masuk. Dari semua wujud Dewa yang ada di kuil, hanya Muniandi yang tidak memiliki pantangan dengan darah. Sehingga, pada saat dilakukan pemotongan hewan, semua arca akan ditutup kain.

3.2 Persiapan Upacara

Pangguni Uttiram memiliki serangkaian ritual yang harus dilakukan umatnya sebelum hari pelaksanaan upacara. Ritual pertama dilakukan sebulan sebelumnya. Peserta upacara atau pelaku yang akan terlibat dalam upacara harus melakukan persiapan-persiapan seperti menjalani puasa, membentuk panitia, serta ritual lainnya seperti melakukan puja-puja khusus dan menaikkan bendera kuil. 3.2.1 Menjalani Puasa Sekitar sebulan menjelang pelaksanaan upacara, peserta harus menjalani puasa. Peserta yang berpuasa ini disebut Wirtho. Puasa yang dimaksud adalah Universitas Sumatera Utara 57 menahan haus dan lapar serta meninggalkan segala yang bersifat kotor, baik makanan yang amis atau mengandung darah seperti daging maupun perbuatan yang tidak baik. Khusus bagi peserta yang akan melakukan ritual cucuk Alagu, disarankan untuk tinggal di kuil selama menjalani puasa. Hal ini dilakukan agar lebih khusyuk menjalaninya. Seperti yang diungkapkan Ramish 25 tahun, salah seorang peserta: “Kami yang punya niat menusuk lidah wajib berpuasa selama 48 hari atau sesuai dengan kemampuan masing-masing. Supaya tidak terganggu puasanya, makanya kami tinggal di kuil. Karena kalau di rumah, puasa kami bisa batal karena barang- barang yang kami gunakan tidak boleh bercampur dengan barang-barang orang yang tidak berpuasa.” Puasa juga dimaksudkan untuk menjaga tubuh agar kuat pada saat membawa kavedi. Peserta yang membawa kavedi harus lebih kuat dengan melakukan ritual puasa selama 48 hari atau lebih lama dari yang lainnya. Peserta tidak boleh tidur di lantai, tidak boleh melakukan hubungan seks, menjauhkan diri Gambar 3.9. Peserta Wirtho yang sedang bersiap-siap mengikuti upacara. dok. Ayu Universitas Sumatera Utara 58 dari anak-anak kecil, tidak terlibat dalam acara kematian, dan meninggalkan segala kemewahan dunia. Puasa akan memberikan kekuatan lebih kepada yang menjalankan. Pada saat mereka mengurangi keterlibatan dalam kehidupan duniawi, mereka telah mendapatkan manfaat dari puasa. Mereka akan merasakan pengalaman spiritual antara dirinya dengan Tuhan Dewa. Namun, ada beberapa peserta yang tidak menjalankan puasa hingga 48 hari penuh. Saat ini jarang sekali peserta dari kalangan usia muda dapat menjalaninya. Mereka hanya menjalankan puasa sesuai dengan kemampuan atau kurang dari 48 hari. Ini dikarenakan aktivitas mereka yang lebih banyak di luar dan berhubungan dengan hal-hal yang menjadi pantangan saat berpuasa. Sehingga hanya orang-orang dari kalangan usia tua saja yang masih sanggup menjalani puasa penuh 48 hari. 3.1.2 Membentuk Panitia Penyelenggara Pembentukan panitia menjadi bagian dari persiapan sebelum upacara. Pengurus kuil akan mengadakan rapat atau musayawarah untuk membentuk panitia yang akan menyiapkan acaranya. Panitia ini akan dibentuk sekitar satu atau dua bulan sebelum hari pelaksanaan tiba. Panitia penyelenggara biasanya dari kalangan pemuda-pemudi Tamil. Mereka akan membagi tugas mulai dari menyiapkan tempat, menyediakan bahan dan peralatan upacara, mengurus surat perizinan kegiatan, hingga mencari dana. Menyiapkan tempat seperti membersihkan kuil dan peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk upacara dilakukan oleh panitia dibantu dengan peserta wirtho yang tinggal di kuil. Bagi orang-orang seperti Ramish, tugas-tugas itu Universitas Sumatera Utara 59 dilakukan tanpa beban meskipun sedang berpuasa. Semuanya bergantung pada niat yang tulus. Kalau semua dikerjakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, maka pada saat hari Pangguni nanti semua akan berjalan lancar. Namun sebaliknya, jika tidak sungguh-sungguh menjalaninya, maka akan terlihat pasa saat acara penusukan. Biasanya dibekas tusukan akan mengeluarkan darah. Mereka juga terasa berat atau menderita saat membayar niatya itu. Pencarian dana dipusatkan pada perorangan atau instansi yang bersedia menjadi penyumbang dana. Dalam perolehan dana, panitia tidak begitu sulit. Ini dikarenakan para penyumbang dana menganggap bahwa sumbangan mereka adalah bagian dari ibadah dan mereka ikhlas melakukannya. Selain tugas-tugas tersebut, panitia juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kelancaran upacara. Pembagian tugas harus jelas diberikan kepada orang-orang tertentu. Sehingga pada hari pelaksanaannya, upacara dapat berjalan lancar. 3.2.3 Puja-puja Dewa Pada hari pertama yang termasuk dalam susunan acara, umat Hindu-Tamil bersama-sama melakukan sembahyang atau puja-puja di kuil. Sembahyang ini dipimpin oleh seorang pandarem pendeta. Pada saat inilah mereka memohon kepada Dewa untuk memberi kelancaran dan keselamatan. Pendeta akan membacakan mantra dan memberi sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa- dewanya. Ritual sembahyang atau puja-puja Dewa ini dilakukan pada pagi hari. Selesai sembahyang, pendeta akan memimpin ritual selanjutnya yaitu penaikan Universitas Sumatera Utara 60 bendera pada siang harinya. Setelah bendera kuil dinaikkan, seluruh umat akan masuk ke kuil dan melakukan puja-puja kembali. 3.2.4 Penaikan Bendera Kuil Pada pukul 12 siang atau ketika matahari berada sepenggala, pemimpin upacara dibantu dengan beberapa orang wakilnya melakukan ritual berikutnya, yaitu penaikan bendera kuil. Penaikan bendera kuil sebagai tanda sedang ada sebuah perayaan di kuil. Bendera ini akan tetap dikibarkan hingga acara selesai. Selain itu, dalam melakukan ritual menaikkan bendera kuil ini juga mengandung makna sebagai tolak balak, agar acara semuanya berjalan lancar. Beberapa bahan yang akan digunakan pada saat penaikan bendera sebelumnya telah dibacakan mantra atau telah disucikan. Sehingga semuanya siap untuk dibawa ke tempat dimana bendera akan ditancapkan. Pada saat ini, pendeta diikuti umatnya mengelilingi bangunan utama kuil. Sambil meletakkan sesaji pada Gambar 3.10. Umat yang sedang melakukan puja-puja dengan membaca doa-doa dan nyanyian. dok. Sardi Universitas Sumatera Utara 61 beberapa titik di bagian luar bagunan tersebut. Seperti yang dijelaskan seorang pendeta bernama Nadhin 40 tahun berikut ini: “Mengelilingi kuil sambil meletakkan sesaji di beberapa titik dan membaca doa- doa atau mantra khusus bertujuan menghormati Dewa-dewa yang akan turun ke kuil. Dan ini juga bermaksud untuk menjaga kuil sebagai tempat yang akan digunakan untuk upacara selama beberapa hari ini.” Diikuti denga doa-doa yang terus dibacakan oleh pendeta, seluruh umat yang hadir kemudian berkumpul mendekati tiang bendera yang terletak di halaman depan kuil. Bendera kuil pun siap ditarik naik ke atas. Setelah bendera berkibar, beberapa macam daun seperti daun kunyit, daun mangga, dan daun mint disatukan dan diikat pada tiang bendera. Bendera kuil juga akan dipasang di atas kubah kuil thoobi. Namun untuk pemasangan bendera kuil di puncak tertinggi kuil ini tidak menggunakan daun- daunan atau sesaji-sesaji lainnya melainkan bersama Idemban tombak yang ujungnya berbentuk simbol AUM. Sambil membacakan mantra-mantra khusus, peserta nazar kemudian menaikkan bendera dan memasang Idemban di bagian pucuk thoobi. Kedua bendera kuil berwarna dasar kuning dengan lambang ayam jago telah berkibar di Kuil Shri Thendayudabani. Ini berarti upacara Pangguni Uttiram telah dimulai. Setelah penaikan bendera kuil, salah seorang peserta akan membunyikan lonceng besar. Ini sebagai seruan kepada umat Hindu untuk mendatangi kuil dan segera melakukan sembahyang. Sementara itu pendeta dan beberapa orang yang membantunya, menyiapkan sesaji yang akan dipersembahkan kepada para Dewa. Dalam pemujaan ini, semua arca suci Dewa yang terletak di bangunan turut dipuja. Universitas Sumatera Utara 62 Arca Dewa adalah patung berwujud manusia dengan bermacam-macam rupa. Arca suci ini dibuat untuk mempermudah umatnya berkomunikasi dengan Tuhannya. Beragam bentuk rupa dan nama Dewa hanya perwujudan untuk mengingat kisah atau legenda para Dewa. Penaikan bendera kuil juga sebagai bentuk sambutan kepada Dewa Murugar yang akan turun ke bumi. Sehingga suasana kuil yang tergambar adalah gembira menyambut kedatangan Dewa Murugar.

3.3 Pelaksanaan Upacara