72 Radoo adalah kereta kencana Murugar yang menandakan kebesarannya.
Sehingga malam itu menjadi malam yang dinantikan umat Tamil. Pada saat itu, Dewa Murugar yang diarak di dalam radoo akan mendatangi umatnya dan
memberkati mereka. Orang-orang Tamil akan menyiapkan sesaji yang terdiri dari beraneka macam buah dan diberi dupa. Pendeta dan beberapa orang peserta
wirtho berada di atas kereta akan memberkati sesaji di hadapan arca Dewa Murugar.
Pada arak-arakan ini, semua umat Hindu-Tamil yang hadir dan menyaksikan acara tersebut menyambut dengan gembira. Mereka merasakan
kemenangan karena telah berhasil memerangi kejahatan dalam bentuk penebusan dosa atau Alagu tadi.
3.4 Ritual Penutup
Setelah pelaksanaan upacara selesai di hari ketiga, hari keempat hanya ada sembahyang atau puja-puja Dewa. Hari keempat menjadi waktu istirahat karena
telah menjalani serangkaian ritual. Namun perayaan Pangguni Uttiram belum selesai. Masih ada serangkaian ritual lagi di hari kelima yang menjadi ritual
penutup. Hari kelima adalah hari terakhir perayaan Pangguni Uttiram. Pada pagi
hari umat Hindu Tamil akan datang ke kuil untuk melakukan sembahyang. Sembahyang pada hari kelima ini sama dengan hari pertama. Setelah dilakukan
puja-puja kepada Dewa, mereka akan mengelilingi kuil dan menunurunkan bendera kuil. Lalu dilanjutkan dengan Puja Idumban, dimana puja-puja ditujukan
kepada Muniandi. Muniandi adalah penjaga kuil yang dalam wujudnya berupa
Universitas Sumatera Utara
73 Macan. Dalam mitologi Dewa Murugar, Macan adalah musuh Murugar. Ketika
mereka terlibat dalam sebuah perang, ada suatu perjanjian. Jika yang kalah dia akan menjadi pelayan bagi yang menang. Pada waktu itu Murugar menang, dan
Muniandi akhirnya menjadi pengawal Murugar. Sebagai ritual penutup, biasanya akan diadakan pemotongan hewan
kambing. Ini dimaksudkan untuk dipersembahkan kepada arca Muniandi. Dalam kepercayaan Hindu-Tamil, hal-hal yang bersifat amis sangat dilarang. Namun,
pada pelaksanaannya ada sebagian yang menganggap bahwa ritual potong kambing ini sebagai penghormatan mereka kepada Muniandi yang telah menjaga
umat di kuil. Saat proses pemotongan, semua arca suci yang ada di dalam kuil maupun
di luar kuil akan ditutup dengan kain dengan maksud agar tidak melihat darah yang mengucur dari hewan kambing itu. Setelah kambing dipotong, akan dimasak
dan dihidangkan dalam acara makan bersama. Pengadaan kambing ini adalah hasil sumbangan dari masyarakat Tamil yang dengan sukarela menyumbang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV FUNGSI RITUAL PANGGUNI UTTIRAM
4.1 Fungsi Agama
Ritual Pangguni Uttiram adalah sarana yang menghubungkan manusia
dengan Tuhan Dewa. Inilah yang dimaksud dengan agama dalam praktik religion in action. Agama diwujudkan pada aktivitas dan tindakan dalam
melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan Dewa dan dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Pada Bulan
Pangguni umat Hindu-Tamil menjalani serangkaian ritual keagamaan. Ritual ini terdiri dari beberapa tindakan, seperti berdoa puja-puja,
bersaji, berkorban, makan bersama, menari dan menyanyi, dan berpuasa. Ritual ini bisa dilakukan berulang-ulang seperti berdoa, dan bisa berupa rangkaian satu-
dua rangkaian beberapa tindakan seperti berdoa sekaligus bersaji. Dalam pelaksanaan upacara juga terdapat simbol-simbol. Simbol-simbol
agama ini digolongkan sebagai simbol suci yang memiliki muatan-muatan yang penuh dengan sistem nilai yang baik. Simbol-simbol ini dipakai dalam upacara
sebagai alat komunikasi, juga menyuarakan pesan-pesan ajaran agama dan kebudayaan sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh adanya upacara tersebut
Suparlan, 1982: 21. Bagi sebagian umat Hindu-Tamil, menganggap bahwa Pangguni Uttiram
adalah suatu kewajiban agama atau ibadah. Pada saat momen ini, mereka harus melakukan pemujaan untuk para Dewa terutama Dewa Murugar. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
75 demikian adapula sebagian umat yang menganggap bahwa itu bukanlah
kewajiban. Melakukan pengorbanan dalam bentuk tindakan seperti menusuk bagian
tubuh dengan besi maupun hanya memberikan sesaji saja, adalah bagian dari kebaktian manusia dengan Tuhan. Semua tindakan ini harus diikuti dengan rasa
keikhlasan dan ketulusan dalam menjalaninya. Pada akhirnya pengorbanan ini akan menghasilkan kekuatan spiritual dan ketenangan batin. Seperti yang
diungkapkan Ramish 25 tahun sebagai berikut:
“Setelah membayar niat dengan alagu, dosa-dosa kita mudah-mudahan akan terhapus. Semakin sering melakukannya semakin bagus. Kita juga lebih dekat
dengan Tuhan. Tapi semua harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tulus menjalaninya. Karena pengorbanan ini adalah bentuk kebaktian kita dengan
Tuhan sekaligus mensucikan diri kita, sehingga menjadi manusia yang bersih kembali.”
Setiap peserta upacara mengalami kepuasan keagamaan secara pribadi setelah melakukan upacara. Dengan tujuan yang berbeda-beda, peserta melakukan
upacara secara bersama-sama. Namun masing-masing telah menjalin hubungan yang pribadi antara dirinya dengan Tuhan.
4.2 Fungsi Sosial