75 demikian adapula sebagian umat yang menganggap bahwa itu bukanlah
kewajiban. Melakukan pengorbanan dalam bentuk tindakan seperti menusuk bagian
tubuh dengan besi maupun hanya memberikan sesaji saja, adalah bagian dari kebaktian manusia dengan Tuhan. Semua tindakan ini harus diikuti dengan rasa
keikhlasan dan ketulusan dalam menjalaninya. Pada akhirnya pengorbanan ini akan menghasilkan kekuatan spiritual dan ketenangan batin. Seperti yang
diungkapkan Ramish 25 tahun sebagai berikut:
“Setelah membayar niat dengan alagu, dosa-dosa kita mudah-mudahan akan terhapus. Semakin sering melakukannya semakin bagus. Kita juga lebih dekat
dengan Tuhan. Tapi semua harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tulus menjalaninya. Karena pengorbanan ini adalah bentuk kebaktian kita dengan
Tuhan sekaligus mensucikan diri kita, sehingga menjadi manusia yang bersih kembali.”
Setiap peserta upacara mengalami kepuasan keagamaan secara pribadi setelah melakukan upacara. Dengan tujuan yang berbeda-beda, peserta melakukan
upacara secara bersama-sama. Namun masing-masing telah menjalin hubungan yang pribadi antara dirinya dengan Tuhan.
4.2 Fungsi Sosial
Umat Hindu-Tamil memang ada yang menjalankan kewajiban mereka setengah-setangah saja. Motivasi mereka tidak hanya untuk melakukan kewajiban
agama saja, tetapi juga karena mereka menganggap bahwa melakukan upacara adalah suatu kewajiban sosial.
Setiap perayaan
Pangguni Uttiram selalu diikuti ratusan orang dari berbagai daerah. Mereka tidak hanya berasal dari daerah di sekitar kuil, namun
ada pula yang secara khusus datang dari luar daerah untuk mengikuti upacara ini.
Universitas Sumatera Utara
76 Bagi mereka, Pangguni Uttiram adalah hari raya bagi umat Hindu-Tamil.
Sehingga bila ada anggota keluarga yang tinggal di luar kota akan datang berkumpul dengan keluarganya untuk merayakannya.
Saat hari puncak atau saat pelaksanaan upacara, semua umat berkumpul untuk melakukan ritual sembahyang di kuil. Momen ini dimanfaatkan untuk
saling mengenal dan mempererat persaudaraan diantara sesama suku bangsa Tamil. Bagi mereka dalam upaya menjaga tradisi leluhurnya, maka diperlukan
rasa solidaritas untuk mewujudkannya. Sebagaimana yang dituturkan oleh seorang Hindu-Tamil, Sathi 40 Tahun warga Kampung Anggerung, Medan:
“Saya sudah sering ikut perayaan Pangguni, hampir setiap tahun. Sebisa mungkin saya mengajak keluarga untuk datang ke sini Pakam. Karena bagi
saya, datang ke sini tidak hanya untuk beribadah tapi juga bisa bertemu saudara- saudara sesama agama Hindu Tamil lainnya. Kita bisa lebih mengenal dan
memperluas persaudaraan. Kapan lagi kalau tidak pada saat perayaan upacara seperti ini.”
Selain menimbulkan rasa solidaritas sesama Tamil, pelaksanaan Pangguni Uttiram juga sebagai upaya menjaga nilai-nilai kebudayaan Tamil. Menurut
Bapak Khalifa 47 Tahun, dengan adanya tradisi ini masyarakat akan melihat keberadaan suku bangsa keturunan Tamil di Indonesia. Dalam beberapa upaya
untuk mengadakan kembali tradisi yang pernah dilarang selama 16 tahun ini, masyarakat Tamil berharap masyarakat umum dapat menerima keberadaan
mereka. Sehingga, perayaan Pangguni Uttiram juga dapat berfungsi untuk memperkuat identitas kesukuannya.
4.3 Fungsi Seni dan Politik