2.1.3. Proksi IOS dalam Return Saham
Menurut Fama 2000 bahwa pasar modal yang efisien akan terwujud apabila harga-harga saham yang diperdagangkan sepenuhnya merefleksikan seluruh
informasi yang tersedia di pasar. Dengan demikian bentuk pasar modal diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk yaitu: bentuk lemah weak form, bentuk
setengah kuat semi strong form, dan bentuk kuat strong form. Fama juga berpendapat bahwa pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diubah menjadi
studi peristiwa event study yang informasinya dipublikasikan sebagai pengumuman dan dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi. Pada pasar efisien
setengah kuat, harga suatu saham akan merefleksikan secara penuh atas informasi yang tersedia di pasar saham. Oleh karena itu, pasar seharusnya bereaksi secara
berbeda terhadap informasi antara perusahaan yang bertumbuh dan yang tidak bertumbuh.
Perbedaan harga saham hanya terjadi apabila pasar sahamnya adalah efisien setengah kuat secara keputusan yaitu investor dapat merespon secara tepat atas
informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Menurut Hartono 2000 efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan 2 faktor yaitu ketersediaan
informasi dan kecanggihan pelaku pasar yaitu investor dapat merespon secara tepat informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Dengan kata lain investor
merupakan investor yang canggih dan bukan merupakan investor yang naïve. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan yang tidak
bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang Foster, 2006. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai aliran laba dan kas
masa depan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertumbuh Gaver dan Gaver, 2003; Kallapur dan Trombley, 1999; Prasetyo, 2000; dan Subekti
dan Kusuma, 2002. Indikasi adanya perusahaan yang bertumbuh merupakan informasi yang
digunakan investor untuk memperoleh return saham. Dalam hubungan perusahaan yang bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh dengan return saham sebagai reaksi
pasar dapat diuji melalui besarnya abnormal return kumulatif di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan. Return saham khususnya abnormal return dapat
diperoleh di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan dan hanya bersifat sementara waktu saja. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat atau semakin
sedikit waktunya investor dapat memperoleh abnormal retrun Subekti dan Kusuma, 2002.
Penelitian mengenai hubungan antara set kesempatan investasi dan reaksi pasar telah dilakukan di pasar modal Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo 2000, secara empiris menguji hubungan anatar set kesempatan investasi dengan harga saham, dan menemukan bahwa pada perusahaan yang bertumbuh
memperoleh reaksi pasar yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bertumbuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara set kesempatan investasi dengan harga saham yang tercermin pada perbedaan reaksi pasar terhadap perusahaan yang bertumbuh dan perusahaan yang tidak
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
bertumbuh. Subekti dan Kusuma 2002 yang berkaitan dengan perbedaan perubahan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan perusahaan yang tidak
bertumbuh menghasilkan bukti bahwa perubahan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan perusahaan yang tidak bertumbuh tidak berbeda secara
signifikan. Ini menunjukkan bahwa pasar tidak bereaksi atau tidak merespon secara berbeda antara perusahaan yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bertumbuh
dan perusahaan yang tidak bertumbuh. Atau dapat disimpulkan set kesempatan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai saham. Suryani 2003 yang menguji
pengaruh set kesempatan investasi terhadap harga saham, menghasilkan bukti bahwa set kesempatan investasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan
arah hubungan yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham pada perusahaan yang bertumbuh lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak bertumbuh. Subekti dan Suprapti 2002 menguji secara empiris asosiasi antara potensi pertumbuhan perusahaan dengan volume perdagangan saham, yang
menghasilkan temuan bahwa volume perdagangan di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan adalah lebih besar untuk perusahaan yang berpotensi tumbuh
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Komalasari dan Baridwan 2001 menyatakan bahwa semakin besar asimetri informasi diantara
partisipan pasar akan menghasilkan cost transaksi yang tinggi dan likuiditas yang lebih rendah, sehingga return yang dipersyaratkan oleh investor meningkat dan harga
saham menurun. Perusahaan yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bertumbuh berdasarkan proksi set kesempatan investasi mempunyai asimetri
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
informasi yang tinggi, sehingga mengakibatkan return saham yang rendah. Demikian juga sebaliknya pada perusahaan yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak
bertumbuh berdasarkan proksi set kesempatan investasi mempunyai asimetri informasi yang rendah akan mengakibatkan return saham yang tinggi.
Penelitian tentang hubungan antara set kesempatan investasi sebagai indikasi pertumbuhan perusahaan dan reaksi pasar, sampai saat ini masih menunjukkan hasil
yang tidak seragam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian secara empiris terhadap hubungan set kesempatan investasi sebagai indikasi
pertumbuhan perusahaan dengan return saham yang dikaitkan dengan asimetri informasi. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham
harian masing-masing perusahaan sampel. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari beberapa penelitian terdahulu. Tinjauan terhadap beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
dasar dilakukannya replikasi penelitian ditunjukkan melalui matriks berikut ini.
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
Risanty 2004 menunjukan bahwa rasio MVABVA dan MVEBE berkorelasi positif terhadap pertrumbuhan perusahaan dan signifikan terhadap
pertumbuhan aktiva dan penjualan. PE berkorelasi positif terhadap realisasi pertumbuhan laba, aktiva dan penjualan dan berkorelasi negative terhadap
pertumbuhan ekuitas. PPABVA berkorelasi positif terhadap pertumbuhan aktiva dan penjualan. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
kebijaksaan deviden antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh dalam kebijaksanaan struktur modal, perusahaan yang tumbuh lebih mampu mendanai
usahannya dari sumber internal perusahaan.
Parwati 2004 menemukan bahwa Perusahaan yang bertumbuh memiliki tingkat asimetri informasi yang lebih tinggi dibanding
perusahaan yang tidak bertumbuh, diproksikan dengan bid-ask spread. Demikian juga penelitian ini mendapati bukti bahwa perusahaan yang bertumbuh memiliki return saham
yang lebih rendah dibanding perusahaan yang tidak bertumbuh.
Norpratiwi 2005 menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara rasio proksi IOS dengan return saham. Korelasi antara MKTBKASS ratio
dengan CAR dan MKTBKEQ dengan CAR dapat dibuktikan kesahihannya dimana nilai korelasi di antara kedua variabel berkorelasi positif dan secara statistis
signifikan. Demikian halnya dengan korelasi CAPBVA dengan CAR dapat dibuktikan kesahihannya, sedangkan korelasi antara EP ratio dengan CAR tidak dapat
dibuktikan kesahihannya.
Rokhayati 2006 menemukan korelasi positif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara MVEBVE terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan ekuitas,
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
MVABVA terhadap pertumbuhan ekuitas, CAPBVA terhadap pertumbuhan aset dan VPPE terhadap pertumbuhan penjualan dan ekuitas. Korelasi yang negatif signifikan untuk
perusahaan yang tumbuh terjadi antara CAPMVA terhadap pertumbuhan ekuitas. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh terjadi antara PER terhadap pertumbuhan laba dan CAONS
terhadap pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan ekuitas. Rasio market debt to equity tidak signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan. Rasio book debt to equity mempunyai
korelasi yang signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio dividen payout mempunyai korelasi yang tidak
signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Rasio dividen yields mempunyai korelasi yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan
yang tidak tumbuh.
Gusrifa 2007 menunjukkan bahwa secara individual maupun skor total IOS tidak memiliki hubungan signifikan dengan realisasi pertumbuhan perusahaan.
Sejalan dengan itu, tidak ditemukan adanya perbedaan volume perdagangan saham antara perusahaan yang berpoetensi tumbuh dan perusahaan yang tidak berpotensi
tumbuh. Pengujian regresi juga membuktikan hal yang sama, tidak ada pengaruh yang signifikan IOS terhadap volume perdagagan saham.
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini, dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu,
maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian digambarkan sebagai berikut:
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
Market to book value of assets MVABVA; X1
Market to book value of equity MVEBE; X2
Price of earning ratio PER; X3
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual
Gambar di atas dijelaskan melalui Istilah IOS dikemukakan oleh Myers 1977 yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi
antara aktiva riil assets in place dan opsi investasi masa depan. Kallapur dan Trombley 1999 menunjukkan proksi IOS yang meliputi : Market to book value of
assets MVABVA, Market to book value of equity MVEBVE, Price of earning ratio PER, Capital expenditure to book value of assets CAPBVA, Capital
expenditure to market value of assets CAPMVA, Firm value to book value of Capital expenditure to book
value of assets CAPBVA; X4 Capital expenditure to market
value of assets CAPMVA; X5 Firm value to book value of
property, plant and equipment VPPE; X6
Current assets to net sales CAONS; X7
Pertumbuhan Perusahaan Y1
Return Saham Y2
Irene Sukma Lestari Barus: Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Pertumbuhan Perusahaan Dan Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode Penelitian 2005 - 2007, 2008.
USU e-Repository © 2008
property, plant and equipment VPPE dan Current assets to net sales CAONS
memiliki korelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan.
Indikasi adanya perusahaan yang bertumbuh merupakan informasi yang digunakan investor untuk memperoleh return saham. Dalam hubungan perusahaan
yang bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh dengan return saham sebagai reaksi pasar dapat diuji melalui besarnya abnormal return kumulatif di sekitar tanggal
pengumuman laporan keuangan. Return saham khususnya abnormal return dapat diperoleh di sekitar tanggal pengumuman laporan keuangan dan hanya bersifat
sementara waktu saja. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat atau semakin sedikit waktunya investor dapat memperoleh abnormal retrun Subekti dan Kusuma,
2002.
2.4. Pengembangan Hipotesis