4.2.1 Perekonomian Desa
Sebagai daerah penelitian pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk di Desa Jeraya ada pada sektor pertanian.komposisi penduduk Desa
Jeraya menurut sumber mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 10, berikut ini:
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Jeraya Tahun 2014
No Mata Pencaharian
Jumlah Jiwa Presentase
1. Pertanian
324 58.80
2. Industri Rumah Tangga
18 3.26
3. PNSABRI
10 1.81
4. Lain-lain
16 2.90
5. TidakBelum Bekerja
182 33.03
Jumlah 551
100.00
Sumber: Kantor Kepala Desa Jeraya, 2014 Dari tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Desa Jeraya
memiliki mata pencaharian sebagai petani sebanyak 324 jiwa dengan persentase 58.80. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian berpengaruh kepada
sektor pertanian.
4.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Jeraya saat ini dapat dinilai telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik
sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana
produksi dan penjualan hasil karena sarana transportasi sudah cukup tersedia. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Jeraya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Jeraya Tahun 2014 No.
Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
1. Balai Desa
1 2.
Polindes 1
3. Mesjid
1 4.
Gereja 2
5. Kantor Kepala Desa
1 6.
Posyandu 1
7. Poskesdes
1 8.
Pustu 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Jeraya, 2014 Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa balai desa di Desa Jeraya
terdapat 1 unit Balai Desa, 1 unit Polindes, 1 unit Mesjid, 2 unit Gereja, 1 unit Kantor Kepala Desa, 1 unit Posyandu, 1 unit Poskesdes, dan 1 unit Pustu.
4.3.1 Disrtibusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut
Penduduk Desa Jeraya menganut 3 tiga agama yaitu Islam, Kristen Protestan dan Khatolik. Kehidupan beragama di Desa Jeraya secara umum
berlangsung harmonis. Distribusi penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat jelas pada tabel 12 dibawah ini:
Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tahun 2014 No.
Agama Jumlah Penduduk Jiwa
Persentase
1. Kristen Protestan
250 45.38
2. Kristen Khatolik
189 34.30
3. Islam
112 20.32
Jumlah 551
100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Jeraya 2014 Penduduk Desa Jeraya menganut agama Kristen Protestan sebesar 250
jiwa 45.38 dari total penduduk di Desa Jeraya, agama Khatolik sebesar 189 jiwa 34.30 dari total penduduk Desa Jeraya dan agama Islam sebesar 112 jiwa
20.32 dari total penduduk Desa Jeraya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sayur- Mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi Di Lokasi Penelitian Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap produktivitas petani. Menurut Soekartawi 2002, kesuburan
lahan pertanian menentukan produktivitas lahan dimana lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat
kesuburannya rendah. Produktivitas lahan juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya unsur hara pada suatu lahan serta kondisi lokasi dan iklim lahan tersebut. Maka,
produktivitas lahan adalah berupa variabel struktur tanah, tekstur tanah, kandungan unsur hara dan kondisi agroklimat lahan tersebut.
Produktivitas dalam hal ini merupakan pembagian antara produksi yang diperoleh dengan luas lahan. Produktivitas petani sayuran kentang, brokoli dan
sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun diketahui dengan melihat jawaban-
jawaban responden terhadap kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Oleh karena itu diambil data sebelum dan sesudah erupsi, agar dapat
diketahui dampak yang terjadi di lapangan.
5.1.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivtas Sayur Kentang
Kentang merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman setahun. Bentuk kentang sesungguhnya menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya
berbentuk segi empat, panjangnya mencapai 50-120 cm dan tidak berkayu. Batang dan daunnya berwarna hijau kemerah-merahan atau berwarna ungu. Selain itu,
kentang juga memiliki organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan
karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbi bisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan membentuk cabang-cabang baru Setiadi, 2009.
Berdasarkan warna kulit dan daging umbi, terdapat tiga golongan kentang yaitu kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah. Kentang kuning
memiliki kulit dan daging umbi berwarna kuning. Yang termasuk kelompok kentang kuning adalah varietas Pattrones, Katella, Cosima, Cipanas, Granola dan
lain-lain. Kentang putih memiliki kulit dan umbi berwarna putih. Varietas yang termasuk kelompok kentang putih adalah Donata, Radosa, dan Sebago. Kentang
merah berkulit merah dengan daging umbi berwarna kuning. Varietasnya Red Pontiac, Arka, dan Desiree. Jenis kentang yang diteliti saat ini adalah jenis
kentang yang berwarna kuning. Jenis kentang ini merupakan salah satu yang paling disenangi karena memiliki rasa enak, gurih, empuk, dansedikit berair.
Kandungan yang ada dalam kentang terdiri dari 70 nutrisi dan 30 zat- zat lain. Zat-zat lain berupa protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi,
potasium, vitamin dan mineral-mineral lainnya. Kandungan kentang ini bisa dijadikan patokan menu makan sehari-hari untuk mengkonsumsi nya karena baik
bagi kesehatan dalam tubuh. Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah penghasil tanaman kentang
terbesar di Indonesia khususnya di Sumatera. Daerah tersebut dapat memproduksi sayur kentang sekitar 30tonha setiap tahunnya. Namun, setelah terjadi bencana
meletusnya Gunung Sinabung sejak tahun 2010 yang merupakan letusan terbesar, kemudian disusul dengan letusan di bulan september tahun 2013 mengakibatkan
penurunan produksi pada sayur kentang. Luas lahan menghilang akibat tertutupi material dari abu vulkanik. Tabel 13 menyajikan produktivitas kentang sebelum
dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
Tabel 13. Produktivitas Kentang Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rata-rata
1. Luas Panen Ha
7,85 0,3925
5,68 0,284
2. Produksi Kg
1.137.150 56.858
664.950 33.248
3. Produktivitas KgHa
3.069.546 153.477
2.291.765 114.588
Sumber: Data primer diolah, lampiran 12 Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa luas panen kentang berubah setelah
terjadinya erupsi Gunung Sinabung. Luas lahan di desa penelitian sebagian tertutupi material dari debu vulkanik yaitu sekitar 50 sehingga mengalami gagal
panen. Seperti luas panen kentang sebelum erupsi yaitu seluas 7,85 ha dan setelah erupsi luasan ini terpangkas menjadi 5,68 ha. Hal ini jelas akan berdampak pada
hasil produksi dan jumlah produktivitas. Erupsi Gunung Sinabung juga membawa pengaruh yang besar terhadap
hasil produksi dan jumlah produktivitas pada tanaman sayuran. Selain karena luas lahan yang berkurang, perubahan tersebut juga dapat dipengaruhi karena adanya
kerusakan pada tanaman. Tanaman kentang tertutupi abu vulkanik yang mengakibatkan kentang susah untuk berkembang sehingga hasil panennya
mengecil dan ada sebagian yang gagal panen.
5.1.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Brokoli
Brokoli Brassica oleracea L. merupakan tanaman sayuran sub tropik yang banyak dibudidayakan di Eropa dan Asia. Tanaman brokoli termasuk cool
season crop, sehingga cocok ditanam pada daerah pegunungan dataran tinggi, yang beriklim sejuk. Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran
dibudidayakan secara luas pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi Sumatera Barat, Karo Sumatera Utara, Pangalengan Jawa Barat, dan Sumber Brantas
Jawa Timur. Pada mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin sub tropis, sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran
tinggi antara 1.000 – 2.000 meter dari atas permukaan laut dpl yang suhu udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan
produksi sayuran ini antara 15,5 - 18°C, dan maksimum 24°C. Muslim, 2009.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah dataran tinggi di Indonesia yang membudidayakan sayuran. Pemasok sayuran terbesar untuk Sumatera adalah
dari Kabupaten Karo. Namun akibat erupsi Gunung Sinabung, produktivitas sayur menurun. Semua lapisan, meskipun secara tidak langsung tetapi dampaknya
meluas, baik dari segi ekonomi, pertanian, peternakan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Tabel 14. Produktivitas Brokoli Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
6,15 0,3075
3,46 0,173
2. Produksi Kg
499.500 24.975
227.100 11.355
3. Produktivitas KgHa
1.657.393 82.870
1.340.717 67.036
Sumber: Data primer diolah, lampiran 12 Dari tabel 14 dapat dijelaskan bahwa rata-rata produktivitas sayur brokoli
sesudah erupsi mengalami penurunan15.834kgha. Kerusakan lahan yang ringan maupun berat memberi dampak yang cukup luas terhadap produktivitas sayur
yang ada di Karo.
5.1.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Produktivitas Sawi
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan sayuran, baik segar
maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi
hijau Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin. Selain itu, terdapat pula sawi putih Brassica rapa kelompok
pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan.Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sawi
sayur untuk membedakannya dengan caisim. Desa Jeraya merupakan salah satu desa di Kabupaten Karo yang menanam
sayuran sawi jenis sawi putih. Sekitar 3,88 hektar luas lahan yang ada di Desa Jeraya digunakan petani untuk usahatani sawi. Namun luasan berkurang sejak
terjadi bencana letusan Gunung Sinabung mulai tahun 2010. Letusan Gunung Sinabung membawa dampak yang besar terhadap tanaman sayuran yang ada
disana khususnya sayur sawi. Karena morfologi sayur sawi yang bertumbuh di pemukaan tanah mengakibatkan dampak yang terjadi sangat nyata. Debu vulkanik
sudah menutupi sayur sawi sehingga bentuk sayur menyusut karena panas dan mengakibatkan petani menjadi gagal panen. Berikut disajikan tabel 15
produktivitas sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
Tabel 15. Produktivitas Sawi Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
6,9 0,345
3,88 0,194
2. Produksi Kg
431.910 21.596
196.800 9.840
3. Produktivitas KgHa
1.311.450 65.573
1.046.750 52.338
Sumber: Data primer diolah, lampiran 12 Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa rata-rata produktivitas sayur sawi
mengalami penurunan sebesar 13.235 kgha. Tidak seperti tanaman kentang yang pertumbuhannya didalam tanah, sayur sawi yang tumbuh di permukaan tanah,
tanamanlangsung menyentuh abu vulkanik sehingga tanaman menyusut akibat lahar panas.
Untuk melihat perbedaan produktivitas kentang, brokoli dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung maka di analisis dengan menggunakan
Paired Sample T-test, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Produktivitas Sayur –mayur Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Uraian Komoditi
Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
T Df
Sig.
Produktivitas Sebelum dan
Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung
Kentang 3.88890E4 37012.57494 8276.26336
4.699 19 .000 Brokoli
1.58338E4 14240.15079 3184.19452 4.973 19 .000
Sawi 1.32350E4 16733.19739 3741.65668
3.537 19 .002
Sumber: Data primer, diolah Pada output Paired Samples Test dapat di interpretasikan seperti berikut:
Sig. = 0.000 α = 0.05
Keputusan Uji: Karena
nilai Sig. α maka keputusannya adalah H ditolak.
Jadi dengan tingkat signifikansi 5 didapatkan kesimpulan rata-rata produktivitas sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah ada perbedaan
yang nyata pada produktivitas kentang, brokoli dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
5.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur-Mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi Yang Ditawarkan Di Lokasi Penelitian
Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap jumlah sayur-mayur yang ditawarkan. Oleh karena itu diambil
data sebelum dan sesudah erupsi, agar dapat diketahui dampak yang terjadi di lapangan. Jumlah sayur-mayur yang ditawarkan yaitu jumlah sayur yang
ditawarkan petani ke pasar. Untuk lebih jelasnya, mengenai dampak erupsi Gunung Sinabung sebelum
dan sesudah terhadap jumlah sayur-mayur yang ditawarkan kentang, brokoli dan sawi di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun dapat
dijelaskan sebagai berikut.
5.2.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Kentang Yang Ditawarkan
Pasokan beragam hortikultura sejak erupsi Sinabung menurun cukup drastis. Biasanya tiap hari mencapai 600 ton lebihhari aneka hortikultura
dipasarkan di pajak, kini tinggal 200 tonhari. Data ini sesuai jumlah timbangan sekitar 30 buah di lokasi pajak yang berpusat di pasar. Penurunan ini tidak hanya
bersumber dari wilayah zona merah, tapi juga meliputi berbagai wilayah di luar zona merah, radius 5 km dari gunung Sinabung.
Kerusakan tanaman sayur-mayur akibat abu vulkanik dan awan panas juga meliputi wilayah-wilayah di luar zona merah dan termasuk wilayah di luar
wilayah Tanah Karo.Banyak petani gagal panen atau memaksa panen lebih awal akibat kerusakan batang atau rusak akibat mati karena pucuk layu. Seperti
kentang, kalau daun sudah terkena awan panas atau abu vulkanik, dalam waktu dekat, kentangakan mati dan busuk. Sedangkan buah masih menunggu
kematangan sampai masa panen usia 90 hari.Usia kentang masih berusia 40 hari, namun karena kena abu vulkanik, batang rusak sehingga tidak bisa mencapai usia
90 hari untuk masa panen.
Tabel 17. Jumlah Kentang Yang Ditawarkan Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
7,85 0,3925
5,68 0,284
2. Produksi Kg
1.137.150 56.858
644.950 33.247
3. Jumlah Yang Ditawarkan Kg
1.136.759 56.838
664.669 33.233
Sumber: Data primer diolah, lampiran 13 Dari tabel 17 diketahui data rata-rata jumlah sayur kentang yang
ditawarkan sebelum dan sesudah erupsi. Jumlah yang ditawarkan adalah jumlah yang dijual ke pedagang setelah memangkasnya terlebih dahulu untuk
dikonsumsi. Bukan hanya dikonsumsi petani tersebut, tetapi juga dibagikan kepada para tetangga untuk ucapan syukur dan terimakasih. Petani memangkas
hasil produksinya sejumlah 50 kgha per periode. Lalu sisanya ditawarkan ke pedagang yang ada dipasar. Namun, dampak erupsi Gunung Sinabung sangat
mempengaruhi jumlah produksi sayur-mayur karena abu vulkanik yang merusak tanaman sehingga jumlah sayur kentang yang ditawarkan juga menurun 23.605 kg
dari sebelumnya.
5.2.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Brokoli Yang Ditawarkan
Dinas Pertanian Sumatera Utara mengakui hampir seluruh areal tanaman sayur-mayur di enam sentra produksi di Karo yakni Nama Teran, Simpang Empat,
Merdeka, Berastagi, Dolat Rakyat dan Barus Jaherusak oleh abu vulkanik letusan Gunung Sinabung, Kabupaten Karo.Dari luas tanaman sayur-sayuran di enam
kawasan itu yang seluas 3.863 hektar, yang terganggu ada 3.589 hektar. Gangguan itu menjadi perhatian serius Dinas Pertanian Karo.
Gangguan terjadi karena debu vulkanik dan bahan materail lainnya dari Gunung Sinabung menutupi daun tanaman dan areal pertanaman sayuran.Produksi
yang terganggu ditambah pemanenan yang juga terganggu tentu saja membuat pasokan di pasar menjadi berkurang.
Tabel 18. Jumlah Brokoli Yang Ditawarkan Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rata-rata
Total Rata-rata
1. Luas Panen Ha
6,15 0,3075
3,46 0,173
2. Produksi Kg
499.500 24.975
227.100 11.355
3. Jumlah Yang Ditawarkan Kg
499.377 24.969
227.029 11.351
Sumber: Data primer diolah, lampiran 13 Tidak hanya sayur kentang, jumlah sayur brokoli yang ditawarkan ke
pasaran juga mengalami penurunan sesudah erupsi Gunung Sinabung yaitu sebesar 13.618 kg. Karena faktanya hampir seluruh tanaman holtikultura
mengalami kerusakan akibat erupsi Gunung Sinabung. Petani memangkas produksinya sebelum ditawarkan ke pasar sebesar 20kgha per periode.
5.2.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Sawi yang Ditawarkan
Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara hingga saat ini masih terus berlangsung. Akibat bencana tersebut pemukiman penduduk
disekitar gunung merapi, meliputi wilayah Tanah Karo, Brastagi yang dikenal sebagai penghasil sayur-mayur dan buah-buahan ini mengalami kerugian besar.
Hampir semua hamparan areal perkebunan di Tanah Karo yang sebelum erupsi terjadi merupakan hamparan hijau dengan tanaman holtikultura, namun
saat ini berubah menjadi hamparan kekeringan dan gersang oleh terjangan debu vulkanik awan panas Gunung Sinabung.
Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Tanah Karo disekitar Gunung Sinabung dan Brastagi merupakan sentra penghasil sayur-sayuran utama bagi
wilayah Sumatera Utara terutama Medan sebagai ibukotanya. Namun akibat bencana yang terjadi jumlah produksi sayur-sayuran dari daerah itu menurun
drastis sehingga berakibat jumlah sayur-mayur yang ditawarkan ke pasar menjadi rendah.
Tabel 19. Jumlah Sawi Yang Ditawarkan Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
6,9 0,345
3,88 0,194
2. Produksi Kg
431.910 21.595
196.800 9.840
3. Jumlah Yang Ditawarkan Kg
431.841 21.592
196.762 9.838
Sumber: Data primer diolah, lampiran 13 Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata jumlah sawi yang
ditawarkan menurun saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. Penurunan itu terjadi karena sebagian tanaman sayuran mengalami gagal panen akibat debu vulkanik.
Awan panas telah menghanguskan sebagian tanaman dan menimbun tanaman
sayuran sehingga tanaman yang tersisa banyak mengalami gugur daun dan terserang hama. Berbeda dengan tanaman kentang dan brokoli, tanaman sawi
lebih sensitif karena pertumbuhannya dipermukaan tanah sedangkan tanaman kentang tumbuh didalam tanah. Bentuk sayur sawi mudah layu sehingga tidak
dapat disimpan lama. Maka dari itu petani memangkas produksi sawi lebih sedikit yaitu 10kgha per periode.
Dari hasil uji beda rata-rata t-test diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-Value 0,005 maka Ho ditolak atau terdapat perbedaan nyata jumlah sayur-
mayur yang ditawarkan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
Tabel 20. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Jumlah Sayur –mayur Yang Ditawarkan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Uraian Komoditi
Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
T Df
Sig.
Produktivitas Sebelum dan
Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung
Kentang 2.36045E4 6385.80730 1427.90992 16.531
19 .000 Brokoli
1.36174E4 4538.07693 1014.74485 13.420 19 .000
Sawi 1.17539E4 2581.59181
577.26148 20.362 19 .000
Sumber: Data primer, diolah
5.3 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur- Mayur Kentang, Brokoli, dan Sawi Di Lokasi Penelitian Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Pada penelitian ini yang dilihat adalah bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan petani. Oleh karena itu diambil data sebelum dan
sesudah erupsi, agar dapat diketahui dampak yang terjadi di lapangan. Pendapatan dalam hal ini merupakan selisih dari total penerimaan dan total biaya produksi.
Total penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi terhadap harga produk, sementara total biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah
produksi terhadap harga produk, sementara total biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah input produksi terhadap harga input produksi tersebut.
Untuk lebih jelasnya, mengenai dampak erupsi Gunung Sinabung sebelum dan sesudah terhadap pendapatan petani sayur-mayur kentang, brokoli dan sawi
di Desa Jeraya Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Simalungun dapat dijelaskan sebagai berikut.
5.3.1 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Kentang
Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara telah meletus kembali, menyemburkan abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 7-8
kilometer. Dilaporkan bahwa abu vulkanik letusan gunung ini menyebar jauh hingga mencapai kota Medan yang terletak sekitar 80 km dari lokasi letusan
gunung bahkan ke beberapa Kabupaten lain di Sumatera Utara seperti Deli Serdang,Serdang Bedagai, Langkat bahkan hingga ke Provinsi Aceh khususnya
Kecamatan Bakongan di Kabupaten Aceh Selatan. Sebelumnya Gunung Sinabung ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, dan pada tahun 2010 mendadak
aktif pada bulan Agustus dan September 2010. Namun, letusan abu vulkanik dalam tahun 2013 khususnya bulan November 2013 ini menunjukkan aktivitas
vulkaniknya yang terus meningkat sehingga dinaikkan statusnya menjadi awas level IV yang merupakan status tertinggi dalam aktivitas gunung api.
Sejak erupsi Gunung Sinabung, lahan pertanian secara keseluruhan rusak total dan perlu perbaikan ke depan. Sementara masyarakat Karo menggantungkan
pendapatan ekonominya dari bertani. Jadi, berhasil atau tidak berhasil dengan apa yang ditanam, petani tetap bercocok tanam dengan berbagai jenis tanaman
hortikultura. Sebaiknya petani menanam tanaman yang lebih tahan terhadap siraman abu vulkanik dan perawatan yang tidak rutin tiap hari. Seperti jagung dan
wortel. Jika menanam sayur kentang seperti ini, maka harus dirawat setiap hari dan otomatis petani juga harus berada di lokasi lahan pertanian yang juga berada
di kawasan zona merah. Tentu ancaman lebih banyak kalau petani tiap hari harus berada di lahan pertanian.
Dalam pengadaan bibit tanaman kentang, petani menggunakan bibit yang berasal dari kentang itu sendiri. Hasil panen kentang yang berukuran kecil,
kembali dijadikan bibit. Dalam kegiatan pemeliharaan, petani menggunakan pupuk kimiawi dan lebih banyak menggunakan pupuk organik seperti pupuk
kandang. Biaya tanaman usahatani kentang didaerah penelitian disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 21. Biaya Tanaman Usahatani Sayur Kentang Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Komponen
Biaya Jumlah Biaya
Sebelum Erupsi
Persentase Sesudah
Erupsi Persentase
1. Bibit
7.729.492 23,70
6.892.547 26,50
2. Pupuk
19.258.425 59,04
15.129.600 58,15
3. Pestisida
1.736.550 5,32
1.431.825 5,51
4. Tenaga Kerja
3.688.088 11,30
2.353.050 9,04
5. Penyusutan
162.000 0,50
162.000 0,62
6. PBB
44.000 0,13
44.000 0,17
Total 32.618.555
100 26.016.022
100
Sumber: Data diolah, lampiran 11 Dari tabel 20 dapat di interpretasikan bahwa biaya pemeliharaan tanaman
kentang menyerap 64 dari total biaya tanaman. Artinya, dalam usahatani kentang, petani lebih banyak mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan, sehingga
apabila biaya pemeliharaan besar, maka akan berdampak juga terhadap pendapatan petani.
Tabel 22. PendapatanKentang Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rataan
Total Rataan
1. Luas Panen Ha
7,85 0,3925
5,68 0,284
2. Produksi Kg
1.137.150 56.858
664.950 33.247
3. Harga Jual Rp
52.768 2.638
75.433 3.772
4. Penerimaann Rp
3.028.366.800 151.418.340
2.501.873.445 125.093.670
5. Biaya ProduksiRp
652.371.094 32.618.555
520.260.445 26.013.022
6. Pendapatan Rp
2.375.995.706 118.799.785
1.981.612.955 99.080.648
Sumber: Data primer diolah, lampiran 14 Tabel 22 menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan petani sesudah erupsi
Gunung Sinabung mengalami penurunan. Meskipun harga jual sayur meningkat setelah erupsi, namun yang lebih besar mempengaruhi pendapatan petani yaitu
akibat hasil produksi dan luas lahan yang menurun. Harga jual tersebut dapat meningkat karena komoditas yang terbatas dan dibarengi dengan harga BBM
yang juga naik. Rata-rata pendapatan petani sayur kentang menurun sebesar Rp.19.719.137.
5.3.2 Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Brokoli
Petani Kabupaten Karo selama ini menjadi pemasok utama sayur untuk Medan dan wilayah lain di Provinsi Sumut. Berkurangnya pasokan sayur asal
Karo telah mengakibatkan harga di Medan dan Sumut melambung tinggi. Seperti harga sayur brokoli yang dulunya rata-rata sebesar Rp. 3.192 sekarang menjadi
Rp. 5.273. Kenaikan harga terjadi akibat dari dampak erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan rusaknya tanaman sayur petani.
Tabel 23. Pendapatan Brokoli Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rata-rata
Total Rata-rata
1. Luas Panen Ha
6,15 0,3075
3,46 0,173
2. Produksi Kg
499.500 24.975
227.100 11.355
3. Harga Jual Rp
63.833 3.192
105.468 5.273
4. Penerimaann Rp
1.610.709.300 80.535.465
1.196.385.600 59.819.280
5. Biaya ProduksiRp
317.165.713 15.858.286
196.693.010 9.834.651
6. Pendapatan Rp
1.293.543.587 64.677.179
999.692.590 49.984.629
Sumber: Data primer diolah, lampiran 14 Dari tabel 23 dapat di ketahui bahwa rata-rata pendapatan petani sayur
brokoli mengalami penurunan. Jumlah penurunan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: pertama erupsi dengan lahan serta awan panas telah menghanguskan
bahkan menimbun tanaman sehingga produksi sayur menurun. ; kedua biaya produksi pemeliharaan yang lebih banyak mengakibatkan jumlah pengeluaran
petani menjadi lebih banyak. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa sayur brokoli yang terkena debu vulkanik maka langsung berakibat fatal pada bunga
karena tumbuh langsung dipermukaan tanah.
5.3.3 Dampak ErupsiGunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Sayur Sawi
Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan dampak yang cukup besar terhadap lapisan kehidupan masyarakat Karo dan sekitarnya baik jangka waktu
singkat maupun panjang. Pada aspek pertanian khususnya sayuran mengalami kerusakan dari ringan hingga berat, sehingga pasokan yang dipasar menjadi
berkurang. Menurunnya aktivitas pertanian secara langsung memmpengaruhi
pendapatan para petani di Tanah Karo. Selain itu, abu vulkanik dari Gunung Sinabung juga akan mengurangi kualitas dari hasil pertanian. Pengurangan
produksi akan mempengaruhi harga dari komoditas pertanian. Pada tabel 24 ini disajikan perubahan pendapatan petani sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung
Sinabung.
Tabel 24. Pendapatan Sawi Sebelum Tahun 2012 dan Sesudah Tahun 2014 Erupsi Gunung Sinabung
No. Uraian
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
Total Rata-rata
Total Rata-rata
1. Luas Panen Ha
6,9 0,345
3,88 0,194
2. Produksi Kg
431.910 21.595
196.800 9.840
3. Harga Jual Rp
42.833 2.142
67.000 3.350
4. Penerimaann Rp
317.710.370 15.885.519
219.881.550 10.994.078
5. Biaya ProduksiRp
196.203.875 9.810.194
147.412.596 7.370.630
6. Pendapatan Rp
121.506.495 6.075.325
72.468.954 3.623.448
Sumber: Data primer diolah, lampiran 14 Dari Tabel 23 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani
sawimenurun saat sesudah erupsi Gunung Sinabung. Hasil produksi yang menurun membawah pengaruh yang besar terhadap pendapatan petani. Dari hasil
penelitian diperoleh fakta bahwa petani sayur akan mengalami kerugian besar jika
erupsi berlangsung panjang. Namun jika berlangsung singkat, diteliti bahwa abu vulkanik yang jatuh ke lahan pertanian akan memberi dampak positive untuk
kesuburan tanah. Untuk melihat perbedaan pendapatan petani kentang, brokoli dan sawi
sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung, maka di analisis dengan menggunaka Paired Sample T-test. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 24. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Pendapatan PetaniSebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
Uraian Komoditi
Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error
Mean T
Df Sig.
Produktivitas Sebelum dan
Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung
Kentang 1.97191E7 2.17300E7 4.85897E6
4.058 19 .001
Brokoli 1.46925E7 1.12594E7 2.51767E6
5.836 19 .000
Sawi 8.82222E6 9.33892E6 2.08824E6
4.225 19 .000
Sumber: Data primer, diolah Pada output Paired Samples Test dapat di interpretasikan seperti berikut:
Sig. = 0.000 α = 0.05
Keputusan Uji: Karena nilai Sig. α maka keputusannya adalah H
ditolak. Jadi dengan tingkat signifikansi 5 didapatkan kesimpulan rata-rata
pendapatan kentang, brokoli dan sawisebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung adalah ada perbedaan yang nyata antara pendapatan kentang, brokoli
dan sawi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan