Prosedur Penyelesaian Sengketa Asuransi Pada Badan Mediasi Asuransi

B. Prosedur Penyelesaian Sengketa Asuransi Pada Badan Mediasi Asuransi

Indonesia BMAI Mediasi pada umumnya dilakukan melalui suatu proses secara sukarela atau mungkin didasarkan pada perjanjian atau pelaksanaan kewajiban Peraturan atau perintah pengadilan. Untuk proses mediasi di pengadilan, ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Mahkamah Agung PERMA Nomor 022003 menyebutkan bahwa “mediator dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi dalam Peraturan Mahkamah Agung ini”. Namun demikian, dengan cara apapun pembentukan mediasi dilakukan, apabila mediasi telah diterima, maka seluruh proses mediasi harus dilakukan secara sukarela sampai berakhirnya mediasi. Demikian pula, proses mediasi melalui pengadilan atau diluar pengadilan dilakukan secara proses tertutup. Masalah kerahasiaan proses mediasi di pengadilan secara tegas dinyatakan dalam Peraturan Mahkamah Agung PERMA No. 022003, Pasal 14 ayat 1 yaitu: “Proses Mediasi pada dasarnya tidak bersifat terbuka untuk umum, kecuali para pihak menghendaki lain. Tetapi, proses mediasi untuk sengketa publik, yaitu sengketa-sengketa lingkungan hidup, hak asasi manusia, perlindungan konsumen, pertanahan, dan perburuhan yang melibatkan kepentingan banyak buruh, terbuka untuk umum. Menurut Peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI dalam Pasal 3 ada beberapa prosedur penanganan sengketa 68 a. Setiap anggota BMAI tentu telah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan setiap klaim yang diajukan oleh tertanggung baik sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang diatur dalam polis maupun atas dasar pertimbangan komersial lainnya. yaitu: b. Apabila anggota BMAI memutuskan untuk menolak baik sepenuhnya atau sebagian dari klaim yang diajukan tertanggung, maka penolakan tersebut berpotensi untuk berkembang menjadi perselisihan dengan tertanggung. c. Apabila tidak bisa dicapai suatu penyelesaian secara langsung dengan tertanggung. Anggota BMAI harus membuat penolakan final secara 68 Ibid.,hal.7. tertulis kepada tertanggung dan dalam surat penolakan final tersebut dicantumkan alinea yang menganjurkan tertanggung untuk menghubungi BMAI. d. Anggota BMAI menyampaikan tembusan setiap surat penolakan klaim serta alasan penolakan. Untuk memudahkan, penyampaian ini dapat dilakukan dengan mengisi formulir yang telah disiapkan oleh BMAI. e. BMAI akan memberitahukan kepada anggota apabila tertanggung mengajukan permohonan penyelesaian sengketa kepada BMAI, maka untuk proses penanganan selanjutnya, anggota BMAI diminta untuk menyampaikan semua dokumen klaim kepada BMAI termasuk dan tidak terbatas pada: a Copy lengkap dari polis beserta klausul dan endorsemennya, SPPA, korespondense berkaitan dengan akseptasi sampai polis diterbitkan. b Bukti-bukti dengan jumlah ganti rugi yang diajukan. c Formulir klaim, laporan-laporan pihak lain polisi, adjuster, dokter, dan lain-lain. d Bukti-bukti berkaitan dengan alasan alasan penolakan klaim bila ada. e Copy semua koresponden dan tertanggung berkaitan dengan proses penyelesaian termasuk notulasi atau catatan-catatan rapat antara anggota BMAI dengan tertanggung. f. Mediator akan melakukan analisa atas setiap keluhan yang masuk sehingga dapat dibuat kesimpulan awal dan menentukan arah penyelesaian yang akan ditempuh selanjutnya sesuai dengan peraturan Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI yang berlaku. g. Apabila dalam kesimpulan awal mediator tidak sependapat dengan penolakan oleh anggota BMAI, mediator segera menghubungi anggota BMAI untuk membahas kasus tersebut ini dapat dilakukan walaupun tertanggung belum datang ke BMAI sekalipun. Diskusi langsung ini diharapkan dapat menghasilkan suatu celah penyelesaian yang baik untuk kedua belah pihak yang nantinya bisa ditawarkan kepada tertanggung. h. Bila tidak tercapai kesepahaman antara mediator dengan anggota BMAI, mediator akan melakukan pendekatan kepada tertanggung dan menjelaskan sebaik-baiknya alasan penolakan oleh anggota BMAI serta tawaran yang dapat diberikan anggota BMAI jika ada usulan. i. Bila tertanggung tidak sepenuhnya dapat menerima alasan penolakan tersebut tetapi tersedia untuk menerima suatu ganti rugi secara kompromi, maka mediator akan melakukan pendekatan kepada anggota BMAI. Bila ada anggota BMAI setuju maka case closed tetapi bila tidak akan dilanjutkan ke tingkat ajudikasi. j. Bila tahap penyelesaian secara kompromi melalui mediasi oleh mediator tidak bisa tercapai, kasus klaim akan diputuskan melalui sidang ajudikasi dimana setiap sidang dihadiri oleh 3 tiga orang anggota melalui ajudikasi. k. Sidang ajudikasi bertujuan untuk membuat suatu keputusan akhir dari sengketa dan keputusan majelis ajudikator baik mendukung atau menolak harus dibuat atas dasar ketidakpastian dan diambil melalui sidang ajudikasi. l. Setiap kasus yang telah diputuskan melalui sidang ajudikasi tidak dapat di review. m. Bila keputusan yang diambil sidang ajudikasi adalah menetapkan anggota BMAI untuk membayar maka anggota BMAI harus melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam polis. Ketetapan atau Keputusan Majelis Ajudikator akan mengikat bagi anggota BMAI setelah tertanggung menandatangani perjanjian penyelesaian. n. Pihak tertanggung tidak wajib menerima ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh majelis ajudikator. Dari hal tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI mempunyai prosedur penyelesaian sengketa yang kurang lebih sama dengan proses penyelesaian sengketa melalui mediasi di lembaga mediasi lainnya, yaitu mengajukan permohonan dan mengisi formulir kepada Badan Mediasi Asuransi Indonesia BMAI agar sengketa yang dialami dapat terselesaikan dengan cepat.

C. Keunggulan dan Kekuatan Hukum Akta Kesepakatan Mediasi Melalui