Tinjauan Umum Mengenai Asuransi

BAB IV PELAKSANAAN PEMENUHAN KLAIM GANTI RUGI PADA

ASURANSI PENYIMPANAN UANG TUNAI YANG ADA DI BANK

A. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi

1. Sejarah Asuransi

“Asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 Sebelum Masehi SM yang dikenal dengan Perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 Masehi M di Coffee House London berdirilah Lloyd Of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional”. 110 Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan resiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan resiko dimana individu memindahkan sebahagian ketidakpastian dengan imbalan pembayaran premi. Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan asuransi kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris pada abad ke-17, kemudian di Perancis pada abad ke-18 dan terus ke negeri Belanda. Perkembangan pesat asuransi laut di negara-negara tersebut dapat dimaklumi karena negara-negara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke 110 Morton, Principles Of Life And Health Insurance, http:mediaasuransi.blogspot.com200803pengertian ‐dan‐sejarah‐asuransi.html , diakses pada tanggal 4 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara negara-negara seberang laut overseas countries terutama daerah-daerah jajahan mereka. Pada waktu pembentukan Code de Commerce Perancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, disamping asuransi laut dimasukkan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut Marine Insurance Act yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan azas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun 1847. Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang. Pembangunan di bidang ekonomi ditandai oleh munculnya perusahaan- perusahaan besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor, tenaga kerja yang membutuhkan jaminan perlindungan dari ancaman bahaya kemacetan, kebakaran dan kecelakaan kerja. Hal ini mendorong perkembangan asuransi kredit, asuransi kebakaran dan asuransi tenaga kerja. Perkembangan di bidang teknologi satelit komunikasi juga memerlukan perlindungan dari ancaman kegagalan peluncuran dan berfungsinya satelit, sehingga perlu diasuransikan. Universitas Sumatera Utara Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Makin tinggi pendapatan perkapita masyarakat, makin mampu masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan keselamatannya dari ancaman bahaya. Karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat. Dengan demikian, usaha perasuransian juga berkembang. Kini banyak sekali jenis asuransi yang berkembang dalam masyarakat yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa dan asuransi sosial yang diatur dalam undang-undang.

2. Pengertian Asuransi

Banyak defenisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara defenisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa dimaklumi, karena dalam mendefenisikannya disesuaikan dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi. Pembuat Undang-Undang menyebutkan bahwa asuransi termasuk dalam perjanjian untung-untungan kans- overeenkomst. Pengertian perjanjian asuransi terdapat pada Pasal 246 KUHD Kitab Undang- Undang Hukum Dagang yang berbunyi : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena Universitas Sumatera Utara suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu. 111 Ketentuan dalam Pasal 246 KUH Dagang tentang defenisi asuransi, ternyata unsur-unsur dalam defenisi tersebut hanya untuk satu jenis asuransi saja, yaitu asuransi kerugian, sedangkan asuransi jiwa belum tercakup dalam defenisi tersebut. Maka dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, telah menyempurnakan pengertian asuransi, dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan. Berdasarkan defenisi tersebut di atas dapat diuraikan unsur-unsur asuransi sebagai berikut : a. Unsur Subjek Subjek pertanggungan adalah pihak-pihak yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian secara timbal balik. b. Unsur Status Pihak penanggung dan tertanggung adalah pendukung kewajiban dan hak dapat berstatus sebagai manusia pribadi, sekelompok manusia pribadi dan badan hukum. 111 R. Subekti, dkk, Kitab Undang‐Undang Hukum Dagang dan Undang‐Undang Kepailitan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal. 74. Universitas Sumatera Utara c. Unsur Objek Objek pertanggungan dapat berupa benda, kepentingan yang melekat pada benda, sejumlah uang. Tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung ialah peralihan resiko dari tertanggung kepada penanggung. Pertanggungan terjadi karena tertanggung tidak mampu menghadapi bahaya yang mengancam benda miliknya kepentingannya. d. Unsur Peristiwa Peristiwa pertanggungan merupakan persetujuan atau kata sepakat antara penanggung dan tertanggung mengenai objek pertanggungan dan syarat- syarat yang berlaku dalam pertanggungan. Tidak ada pemberitahuan menurut Pasal 251 KUH Dagang dianggap tidak ada kata sepakat, sehingga dianggap tidak ada pertanggungan. Dalam persetujuan atau kata sepakat itu termasuk juga evenemen peristiwa tak tentu. Jika evenemen benar-benar, sehingga timbul kerugian, maka penanggung berkewajiban membayar ganti rugi kepada tertanggung. Bila sebaliknya evenemen tidak terjadi, penanggung tetap menikmati premi yang diterima dari tertanggung. Evenemen adalah peristiwa terhadap mana benda itu dipertanggungkan. e. Unsur Hubungan Hukum Hubungan hukum antara penanggung dan tertanggung adalah hubungan kewajiban dan hak, yaitu keterikatan legally bound penanggung dan tertanggung memenuhi kewajiban dan memperoleh hak. Kewajiban pokok penanggung ialah memikul beban resiko dan jika terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian, dia wajib membayar ganti kerugian kepada tertanggung. 112 Menurut Djoko Prakoso, yang mengutip pendapat dari Emmy Pangaribuan Simanjuntak, sifat-sifat asuransi adalah sebagai berikut : a. Bahwa asuransi itu pada dasarnya adalah suatu perjanjian kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita. b. Bahwa asuransi itu adalah perjanjian bersyarat artinya bahwa kewajiban mengganti kerugian dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tertentu atas mana diadakan asuransi itu terjadi, jadi pelaksanaan kewajiban mengganti kerugian digantungkan pada satu syarat. 112 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal. 7 – 9. Universitas Sumatera Utara c. Asuransi adalah suatu perjanjian timbal balik artinya bahwa kewajiban penanggung mengganti rugi dihadapkan dengan kewajiban tertanggung membayar premi walaupun dengan pengertian bahwa kewajiban membayar premi itu tidak bersyarat atau tidak digantungkan pada satu syarat. 113 Defenisi yang lebih luas dari pada defenisi dalam Pasal 246 KUH Dagang adalah defenisi asuransi dalam Pasal 41 New York Insurance Law. Menurut ketentuan Pasal 41 New York Insurance Law : The Insurance contract is any agreement or other transaction whereby one party herein called the insurer, is obligated to confer benefit of pecuniary value upon another party herein called the insured or beneficiary, dependent up on the happening of a fortuitous event in the which the insured or beneficiary has, or is expected to have at the time of such happening, a material interest which will be adversaly effected by the happening of such event. A fortuitous event is any occurance or failure to occur which is, or is assumed by the parties to be, to a substantial extend beyond the control of either party. 114 Dalam defenisi di atas dijumpai rumusan “to confer benefit of pecuniary value”, tidak menggunakan rumusan “to confer indemnity of pecuniary value”. Pengertian benefit tidak hanya mencakup ganti rugi terhadap harta kekayaan, melainkan juga meliputi pengertian “yang ada manfaatnya” bagi tertanggung. Jadi termasuk juga pembayaran sejumlah uang pada pertanggungan jiwa. Istilah asuransi dan pertanggungan berasal dari bahasa Belanda yaitu Assurantie atau verzekering dan dalam bahasa Inggris yaitu Insurance. “Terhadap 113 Djoko Prakoso, dkk, Hukum Asuransi Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1997, hal. 24‐26. 114 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan Ke IV, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 10. Universitas Sumatera Utara pihak penanggung disebut sebagai Verzekeraar, yaitu orang yang menerima resiko dan terterhadap tertanggung disebut dengan Verzekerde yaitu orang yang mengalihkan resiko yang ada padanya”. 115 Secara garis besarnya berdasarkan pembagian lama dari para ahli hukum asuransi, maka ada 2 dua jenis asuransi, yaitu : a. Asuransi Kerugian Schade Verzekering Yaitu prestasi dalam bentuk pengganti kerugian sepanjang ada kerugian. b. Asuransi Sejumlah Uang Sommen Verzekering Yaitu pertanggungan atas hidup atau jiwa kesehatan seseorang, yang pada pokoknya mengenai pribadi seseorang yang sama juga halnya dengan asuransi sejumlah uang. 116 Dalam Pasal 247 KUH Dagang, disebutkan ada 5 lima jenis asuransi, yaitu: a. Asuransi kebakaran b. Asuransi yang mengancam hasil-hasil pertanian di sawah c. Asuransi jiwa d. Asuransi dilautan dan perbudakan e. Asuransi pengangkutan darat dan di sungai-sungai serta di perairan- perairan pedalaman. Berdasarkan pembagian di atas, bahwa pembagian tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang karena adanya kemungkinan timbulnya jenis asuransi lain. Perbedaan pokok antara perjanjian asuransi dengan perjanjian yang lain ialah pada pemenuhan prestasi. Prestasi para pihak pada perjanjian pada umumnya, dapat saling dipenuhi secara seketika dan serentak, jadi pihak kreditur dan pihak debitur secara bersama-sama dalam waktu yang bersamaan dapat saling memenuhi prestasi masing- 115 Ibid, hal. 7. 116 Ibid, hal. 14. Universitas Sumatera Utara masing. Dengan demikian segera dapat diketahui siapa yang sudah melakukan prestasinya dan siapa yang belum, sehingga dapat pula diketahui posisi para pihak.

3. Tujuan, Fungsi Dan Manfaat Asuransi

Menurut A. Hasymi Ali, bahwa semua asuransi bertujuan “untuk menciptakan suatu kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai resiko yang mengancam kehidupan manusia, terutama resiko terhadap kehilangan atau kerugian yang membuat orang secara sungguh-sungguh memikirkan cara-cara yang paling aman untuk mengatasinya”. 117 Lebih lanjut Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan bahwa “tujuan semula dari pertanggungan itu adalah tujuan ekonomi, yaitu bahwa seseorang yang menghendaki supaya resiko yang diakibatkan oleh suatu peristiwa tertentu dapat diperalihkan kepada pihak lain dengan diperjanjikan sebelumnya dengan syarat- syarat yang dapat disepakati bersama”. 118 Berdasarkan pendapat Abdulkadir Muhammad, pertanggungan sebagai suatu perjanjian khusus, memiliki 5 lima tujuan sebagai berikut : a. Tujuan ekonomi Tertanggung menyadari betul bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya dan terhadap jiwa raganya. Jika bahaya itu menimpanya, secara ekonomi, menderita kerugian material dan korban jiwa atau cacat raga akan mempengaruhi hidup seseorang dan ahli warisnya. b. Tujuan peralihan resiko Tertanggung mengalihkan resiko kepada penanggung, dengan imbalan bahwa penanggung menerima sejumlah uang dari tertanggung sebagai premi. Jika dalam jangka waktu diadakan pertanggungan itu betul-betul 117 A. Hasymi Ali, Dasar‐Dasar Asuransi, Balai Aksara, Jakarta, 1981, hal. 3 118 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Beberapa Aspek Hukum Dagang di Indonesia, Bina Cipta, Jakarta, 1976, hal. 28. Universitas Sumatera Utara terjadi peristiwa yang mengancam itu, sehingga timbul kerugian atau kemalangan bagi tertanggung, maka penanggung akan membayar ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung sesuai dengan isi perjanjian. c. Tujuan ganti kerugian Penanggung mengumpulkan uang premi yang dibayar oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya. Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang merugikan itu, kepada tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian. Keadaan yang demikian ini tidaklah merugikan penanggung karena pada dasarnya kerugian yang diberikan kepada seorang tertanggung itu dapat ditutupi oleh jumlah premi yang diterima dari beberapa tertanggung lainnya. d. Tujuan sosial kemanusiaan Pertanggungan kerugian bertujuan untuk mengganti kerugian jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian tertanggung, sedangkan pertanggungan jumlah bertujuan untuk membayar sejumlah uang jika terjadi kematian atau kecelakaan tertanggung. e. Tujuan kesejahteraan sosial Beberapa tertanggung berhimpun dalam satu perkumpulan, maka perkumpulan itu berkedudukan sebagai penanggung. Dalam hal ini tertanggung adalah anggota, tidak membayar premi melainkan membayar semacam iuran kepada perkumpulannya. Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian atau kematian bagi anggotanya tertanggung, perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada anggota tersebut. 119 Dengan demikian dapat diambil suatu makna dari pengertian hukum asuransi mengandung satu arti yang pasti yaitu sebagai salah satu perjanjian dengan tujuan pada manfaat ekonomi bagi para pihak yang mengadakan perjanjian. Asuransi mempunyai 2 dua fungsi, yaitu : a. Transfer Resiko Dengan membayar premi yang relative kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya resiko ke perusahaan asuransi. 119 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Op.Cit, hal. 11‐12. Universitas Sumatera Utara b. Kumpulan Dana Premi yang diterima kemudian dihimpun oleh perusahaan asuransi sebagai dana untuk membayar resiko yang terjadi. 120 Asuransi mempunyai banyak manfaat, antara lain: a. Asuransi melindungi resiko investasi Kemauan untuk menanggung risiko merupakan unsur fundamental dalam perekonomian bebas. Asuransi mengambil alih risiko itu. Karena asuransi menghilangkan mengurangi risiko, maka para usahawan dimungkinkan dan didorong untuk mengkonsentrasikan energi dan modal dalam usaha-usaha yang kreatif. Seperti halnya risiko yang dikaitkan dengan individu maka usaha untuk mencari rasa aman tanpa menanggung risiko pun akan menghalangi kegiatan usaha yang mungkin dapat memberikan keuntungan besar. Orang tidak akan pernah berfikir untuk memasuki suatu proyek industri baru atau menanamkan sejumlah besar uang mereka dalam pembelian bahan baku, apabila sebelumnya tidak dilindungi oleh asuransi yang memadai. Sejumlah besar dana yang diinvestasikan dalam sebuah kapal serta barang-barang muatannya akan menjadikan transportasi sebagai suatu transaksi usaha yang sederhana, apabila risiko yang mungkin ditimbulkan oleh bahaya-bahaya di laut telah ditransfer melalui secarik kertas kecil yang disebut polis asuransi. Dengan demikian, perusahaan asuransi yang tugas utamanya memberikan perlindungan kepada perusahaan lain telah menjadi institusi ekonomi yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Tanpa asuransi, kemajuan ekonomi yang ada sekarang ini mustahil tercapai. b. Asuransi sebagai sumber dana investasi Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk investasi di berbagai bidang. c. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya diasuransikan. Dalam hubungannya dengan pinjaman dari bank, seringkali salah satu informasi yang dibutuhkan selain laporan keuangan perusahaan adalah berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit dapat diberikan. Demikian pula halnya apabila keseluruhan harga secara tunai yang sisa pembayarannya ditutupi dengan hipotek, maka dia akan diminta untuk mengasuransikan semua hartanya sehingga cukup untuk menutupi bunga atas hipotek tersebut. 120 Perusahaan Asuransi, http:www.perfspot.comdocsdoc.asp?id=84714 , diakses pada tanggal 10 April 2010. Universitas Sumatera Utara d. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran Salah satu fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian tak terduga. Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi ketidakpastian terjadinya penyimpangan yang tak diharapkan. Misalnya, perusahaan asuransi tidak akan dapat mencegah badai, kecelakaan mobil, kematian, atau sakit. Akan tetapi, perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian yang tidak pasti itu. Jika seorang pemilik rumah mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian kebakaran, rumah itu masih mungkin terbakar. Tetapi pemilik rumah itu dapat terbebas dari kekhawatiran, karena ia tahu bahwa kerugian itu akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Ketentraman hati yang diberikan oleh asuransi merupakan salah satu jasa utama yang diterima tertanggung bila ia telah membayar premi asuransi. e. Asuransi mengurangi biaya modal Dalam rangka menarik modal ke dalam perusahaan yang menanggung biaya besar, maka tingkat pengembalian return atas modal yang telah diinvestasikan atau yang akan diinvestasikan pun harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Prinsip ini mewujudkan dirinya dalam bidang investasi. Dengan demikian, dalam dunia usaha yang beban risikonya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, maka pihak penanam modal yang telah bersedia menanggung risiko atas modal yang diinvestasikan tersebut akan menetapkan biaya modal yang lebih tinggi. f. Asuransi menjamin kestabilan Perusahaan Perusahaan menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwill jasa baik antara kelompok pimpinan dan karyawan. Perusahaan telah menyediakan polis secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Polis tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menekankan nilai dari karyawan yang telah mengabdi cukup lama dalam perusahaan. Adanya usaha seperti itu dari pihak perusahaan dapat merupakan stabilisator jalannya roda perusahaan. g. Asuransi dapat meratakan keuntungan Dalam dunia usaha yang penuh dengan persaingan, kerugian yang ditimbulkan oleh kemungkinan bahaya dimasa yang akan datang tidak dapat ikut di perhitungkan sebagai salah satu komponen harga pokok barang yang dijual. Selanjutnya komponen harga pokok tersebut tidak dibebankan kepada konsumen. Jika komponen harga pokok tersebut dibebankan kepada konsumen, konsumen akan beralih kepada perusahaan lain yang harganya tidak mengalami perubahan. h. Asuransi dapat menyediakan layanan professional Dunia asuransi sudah semakin banyak yang bergerak dibidang usaha yang bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang Universitas Sumatera Utara teknologi. Usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan sudah semakin didasari oleh perusahaan asuransi. Hal itu dilakukan agar perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien. i. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian Perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian. j. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan Usaha lain yang erat hubungannya dengan usaha yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah kampanye yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa kepada para pemegang polis khusunya dan masyarakat luas pada umumnya. Misalnya dalam hal bantuan pada kecelakaan pertama, higien, sanitas, gizi dan usaha lain untuk mencegah timbulnya penyakit. 121

4. Prinsip-Prinsip Asuransi

Dalam perasuransian ada beberapa prinsip utama yang penting untuk diketahui, karena prinsip-prinsip ini yang menjadi dasar menjalankan usaha perasuransian, yaitu: a. Itikad baik utmost goodfaith b. Kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest c. Jaminan atas ganti rugi indemnity 121 Paper Perusahaan Asuransi, http:community.gunadarma.ac.idblogviewid_10919title_paper ‐blk‐perusahaan‐ asuransi , diakses pada tanggal 24 April 2010. Universitas Sumatera Utara d. Kepercayaan trustful. 122 a. Prinsip itikad baik utmost good faith Penanggung mempunyai keterbatasan untuk dapat memeriksa barang pertanggungan. Hal yang ingin diketahui oleh penanggung hanya diketahui oleh tertanggung. Kalau tertanggung tidak memberikan keterangan secara lengkap, penanggung tentu akan memikul resiko yang salah atau keliru, sehingga menimbulkan suatu resiko yang sangat besar bagi penanggung bilamana suatu resiko yang tak tentu itu benar-benar terjadi. Menurut Radiks Purba, “sudah seharusnya kepercayaan dari pihak penanggung diimbangi oleh tertanggung dengan itikad baik, yaitu dengan memberitahukan semua data dan keterangan yang diketahuinya mengenai barang yang akan ditutup asuransinya”. 123 Oleh karena itu perjanjian pertanggungan, sepanjang menyangkut semua pihak yang berkepentingan secara hukum dianggap sebagai sebuah perjanjian atas dasar itikad baik. Tertanggung harus memberikan semua keterangan yang seharusnya diketahui akan mempengaruhi resiko, meskipun ia tidak diminta secara khusus untuk memberikan keterangan yang dimaksud. Penanggung pertama maupun penanggung kedua penanggung ulangreasuransi harus beritikad baik, kalau tidak maka perjanjian dapat dibatalkan. 122 Radiks Purba, Memahami Asuransi Di Indonesia, Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992, hal. 381. 123 Radiks Purba, Mengenal Asuransi Angkutan Darat Dan Udara, Djambatan, Jakarta, 1997, hal. 8. Universitas Sumatera Utara Pasal 1339 KUH Perdata menentukan bahwa perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan dalam perjanjian itu, melainkan juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau oleh undang-undang. Berdasarkan ketentuan tersebut, si tertanggung harus melaporkan segala perubahan-perubahan yang dapat memberatkan resiko dari penanggung. Bahkan di dalam Pasal 251 KUH Dagang ditegaskan bahwa setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun bila tertanggung tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan tersebut. b. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan Insurable Interest Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, bahwa “tiap-tiap pertanggungan supaya berlaku sah haruslah mempunyai kepentingan sebagai dasarnya, dengan sanksi bahwa pertanggungan itu batal jika kepentingannya tidak ada”. 124 Menurut ketentuan Pasal 250 KUH Dagang kepentingan harus sudah ada pada saat diadakannya pertanggungan. Hal ini berarti bahwa apabila saat membuat perjanjian pertanggungan, tertanggung tidak mempunyai kepentingan jika dikemudian hari terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka penanggung tidak berkewajiban membayar ganti kerugian. Apabila lenyapnya benda yang dipertanggungkan seperti 124 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Pokok‐Pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran Dan Jiwa, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1982, hal. 35. Universitas Sumatera Utara diuraikan di atas, pihak tertanggung yang berkepentingan akan mendapatkan ganti kerugian dari penanggung. Tetapi hak itu hanya sampai jumlah nilai kepentingannya. Menurut Abdulkadir Muhammad, yang dikutip dari pendapat Vollmar, “bahwa kepentingan itu harus ada pada saat terjadi peristiwa, sehingga tertanggung berhak menuntut ganti rugi”. 125 Dalam ketentuan Pasal 250 KUH Dagang menyatakan bahwa kepentingan harus sudah ada pada saat diadakan pertanggungan. Dengan pengertian apabila pada saat dibuatnya pertanggungan, tertanggung tidak punya kepentingan, maka bila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, penanggung tidak berkewajiban membayar ganti rugi. Berdasarkan pendapat para ahli hukum, bahwa kepentingan itu tidak perlu harus ada pada saat pertanggungan dibuat, melainkan pada saat terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian itu at the time of the loss. Karena pada saat itulah muncul kepentingan guna menentukan ada atau tidaknya ganti kerugian itu. Di dalam prakteknya ternyata bahwa dalam soal menentukan kapan adanya kepentingan itu tidak akan menimbulkan kesulitan karena segala sesuatunya sudah diatur oleh perusahaan pertanggungan di dalam polisnya. Oleh karena itu pihak tertanggunglah yang menentukan apakah dia mau atau tidak membuat pertanggungan dengan syarat- syarat yang telah ditentukan oleh pihak penanggung. 125 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal. 67. Universitas Sumatera Utara c. Prinsip Jaminan Atas Ganti Rugi Indemnity Prinsip keseimbangan atau prinsip indemnitas ialah prinsip ganti rugi. Isi dari pada prinsip indemnitas adalah keseimbangan, seimbang antara jumlah ganti kerugian dengan kerugian yang benar-benar diderita oleh tertanggung, keseimbangan antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya dari benda pertanggungan. “Prinsip ini berlaku bagi asuransi kerugian tetapi tidak berlaku bagi asuransi jumlah jiwa, sebab pada asuransi jiwa prestasi penanggung ialah membayar sejumlah uang seperti yang ditetapkan pada saat perjanjian ditutup”. 126 Tujuan prinsip keseimbangan ini adalah memulihkan kembali tertanggung dalam keadaan seperti sediakala setelah terjadinya peristiwa yang dipertanggungkan. Jadi perjanjian itu adalah perjanjian penggantian kerugian. Penggantian kerugian itu memakai prinsip keseimbangan yaitu perseimbangan antara resiko yang diperalihkan kepada penanggung atas sejumlah premi yang dibayar oleh tertanggung dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung sebagai akibat suatu peristiwa yang menurut pikiran manusia tidak dapat diharapkan akan terjadinya. Maka di dalam pertanggungan harus tetap dijaga supaya tidak terdapat tujuan yang hanya mau mengharapkan keuntungan yang besar karena sesuatu peristiwa yang telah diharapkan terjadi. Tertanggung harus sungguh-sungguh mempunyai kepentingan bahwa kerugian terhadap mana diadakan pertanggungan itu tidak akan 126 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Pertanggungan, Djambatan, Jakarta, 1990, hal. 92. Universitas Sumatera Utara menimpanya. Apabila timbul juga kerugian itu, maka penanggung hanya akan mengganti kerugian yang seimbang dengan resikonya. Dalam KUH Dagang tidak ada pasal-pasal yang menyebutkan dengan tegas tentang azas perseimbangan itu. Namun ada beberapa pasal yang dapat dipegang sebagai pedoman, yaitu pasal-pasal yang memuat azas perseimbangan, bertalian dengan azas kepentingan. Pasal-pasal yang dianggap memuat azas keseimbangan, antara lain: a. Bila tertanggung tidak punya kepentingan, maka penanggung tidak berkewajiban membayar ganti rugi Pasal 250 KUH Dagang. b. Bila pertanggungan pertama dengan nilai penuh, maka pertanggungan berikutnya untuk waktu dan bahaya yang sama tidak dibolehkan Pasal 252 KUH Dagang. c. Bila pertanggungan yang melebihi nilai atau kepentingan yang sesungguhnya hanya sah sampai jumlah nilai benda sesungguhnya Pasal 253 KUH Dagang. d. Bila penanggung menganggap nilai pertanggungan di dalam polis terlalu tinggi, maka hakim berwenang memerintahkan tertanggung supaya menetapkan nilai benda sesungguhnya Pasal 274 KUH Dagang. e. Bila objek pertanggungan dibebankan dengan pertanggungan lainnya secara itikad baik, maka penanggung berikutnya dibebaskan Pasal 277 KUH Dagang. f. Bila tertanggung membebaskan penanggung-penanggung terdahulu, maka tertanggung dianggap menggantikan kedudukan mereka Pasal 279 KUH Dagang. g. Tertanggung bertanggung jawab atas perbuatan yang dapat merugikan hak dari penanggung terhadap pihak ketiga Pasal 284 KUH Dagang. h. Tertanggung dapat menuntut kembali premi yang sudah dibayarkannya kepada penanggung dengan syarat asuransi gugur atau batal seluruhnya atau sebagian, tertanggung beritikad baik, penanggung belum memberikan ganti rugi seluruhnya atau sebagian Pasal 281 KUH Dagang. 127 127 M. Suparman Sastrawidjaja, Endang, Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian, Alumni, Bandung, 1993, hal. 27. Universitas Sumatera Utara d. Prinsip Kepercayaan Trustful Dalam asuransi diperlukan kepercayaan dari penanggung, karena bila tidak ada kepercayaan terhadap penanggung maka bisnis asuransi akan gagal, di lain pihak penanggung dituntut percaya atas obyek pertanggungan, karena tidak mungkin penanggung akan memeriksa begitu banyak jenis objek tanggungan. Pada umumnya penanggung mempersilahkan tertanggung menghitung segala objek pertanggungan. Sedangkan prinsip jaminan dapat dibagi menjadi : 1 Pengalihan hak Subrogation 2 Pelepasan hak milik Abandonment 1 Pengalihan hak Subrogation Kerugian yang diderita oleh tertanggung, maka akan menghadapi kemungkinan-kemungkinan, bahwa di dalam banyak hal tertanggung disamping dapat menuntut penggantian kerugian dari si penanggung, juga masih mempunyai tuntutan terhadap orang ketiga. Misalnya saja, didalam pertanggungan kebakaran, dapat juga terjadi bahwa kebakaran itu terjadi karena adanya kesengajaan dari seseorang atau dari tertanggung sendiri atau orang yang bermusuhan atau bersaingan dengan tertanggung sendiri atau sebagainya. 128 Maka dalam hal tersebut di atas dapat timbul suatu kesempatan bagi tertanggung untuk menuntut ganti kerugian dari dua sumber sehingga memperoleh ganti kerugian dua kali lipat yaitu dari penanggung dan dari orang ketiga yang 128 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan…., Op.Cit, hal. 74. Universitas Sumatera Utara bersalah tersebut. Menurut ketentuan Pasal 284 KUH Dagang, seorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian atas suatu benda yang dipertanggungkan, menggantikan tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian tersebut, dan tertanggung itu bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga itu. Penggantian kedudukan semacam inilah yang disebut dengan Subrogasi. Subrogasi dalam asuransi adalah subrogasi berdasarkan undang-undang. Oleh karena itu azas subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi 2 dua syarat: a. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga. b. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian. 129 Apabila tertanggung telah mendapatkan hak ganti kerugian dari penanggung, tidak boleh lagi mendapatkan hak dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak menuntut ganti kerugian itu akan beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian terhadap tertanggung. Ketetntuan Pasal 284 KUH Dagang tersebut gunanya untuk mencegah agar jangan sampai terjadi bahwa tertanggung mendapat ganti kerugian yang berlipat ganda, disamping itu juga untuk mencegah pihak ketiga membebaskan diri dari kewajibannya membayar ganti kerugian, karena hal tersebut bertentangan dengan azas perseimbangan. 129 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal. 107. Universitas Sumatera Utara “Jika tertanggung mempertanggungkan resikonya itu kepada penanggung lain, maka penanggung baru ini menggantikan kedudukan tertanggung selaku penanggung. Dengan demikian, penanggung berikutnya tidak dirugikan oleh perbuatan tertanggung”. 130 Namun dalam prakteknya dapat terjadi kemungkinan bahwa tidak semua kerugian yang diderita oleh tertanggung itu diganti oleh penanggung, tetapi sebagian saja, misalnya karena tertanggung hanya mempertanggungkan bendanya untuk sebagian saja dari kepentingannya. Jika peraturan di atas mutlak diterapkan dalam keadaan bahwa semua hak-hak dari tertanggung terhadap pihak ketiga diperalihkan kepada penanggung walaupun penanggung hanya membayar kerugian sebagian saja, pihak tertanggung keberatan. Jika demikian penanggung dapat menuntut lebih dari orang yang bersalah, dari pada yang telah dibayarkan oleh penanggung kepada tertanggung. Disamping itu tertanggung juga akan kehilangan tuntutan-tuntutannya terhadap pihak ketiga tanpa alasan yang tepat, meskipun tertanggung tidak diberi ganti kerugian yang penuh. Selanjutnya, menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak mengatakan : Setelah melihat adanya kemungkinan yang tidak baik, tidaklah ada jalan lain yang lebih adil lagi untuk menerapkan subrogasi itu terbatas, yang berarti kalau penggantian kerugian itu hanya untuk sebagian saja dibayar oleh penanggung maka hanyalah dapat disubrogasikan untuk sejumlah kerugian yang telah dibayarnya itu dan hak-hak selebihnya dari tertanggung terhadap orang-orang yang bersalah itu masih tetap dipegang tertanggung sendiri. 131 130 Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan.., Op.Cit, hal. 119. 131 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan…, Op.Cit, hal. 76. Universitas Sumatera Utara 2 Pelepasan Hak Milik Abandonment Abandonement diatur dalam Pasal 663 KUH Dagang tentang asuransi pengangkutan laut. Keadaan yang memberi kemungkinan abandonemen tersebut adalah: a. Jika kapal karam b. Jika kapal kandas dan berakibat pecahnya lunas kapal c. Jika kapal tidak dapat dipakai lagi karena rusak di tengah laut d. Jika kapal diseret atau di tahan oleh pemerintah asing e. Jika setelah mulai berlayar, kapal ditahan oleh pemerintah. 132 Undang-undang mengatur abandonemen dalam hal kejadian-kejadian seperti tersebut di atas, masing-masing sebagai berikut : a. Abandonemen karena kerusakan kapal b. Abandonemen karena kapal kandas, diseret, ditahan c. Abandonemen dalam hal kapal hilang d. Abandonemen harga jual barang atau kapal di tengah jalan e. Abandonemen barang musnah atau busuk. 133 Khusus dalam barang yang rusak atau musnah, abandonemen hanya dapat dilakukan jika kerugian yang terjadi melampaui 75 dari nilai yang dipertanggungkan. Pelepasan hak milik terjadi bila penanggung telah membayar ganti 132 Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan Bentuk‐Bentuk Perasuransian, Op.Cit, hal. 131. 133 Ibid, hal 131‐134. Universitas Sumatera Utara rugi kepada tertanggung atas interest yang dialaminya atau total loss menurut hukum. Pelepasan hak milik merupakan hak tertanggung untuk memperoleh ganti rugi dari penanggung, juga merupakan kewajiban dari tertanggung untuk menyerahkan sisa dari interest kepada penanggung, jika ada sisanya.

5. Jenis-Jenis Asuransi

Pembagian asuransi ini di dalam KUH Dagang dikenal 5 lima jenis asuransi seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sedangkan jenis-jenis asuransi di dalam praktek yang diatur di dalam KUH Dagang, misalnya : a. Asuransi terhadap pencurian dan pembongkaran b. Asuransi kecelakaan c. Asuransi terhadap kerugian perusahaan d. Asuransi atas pertanggungjawaban seorang pada kerugian yang diderita oleh pihak ke tiga karena perbuatan melawan hukum sendiri atas bawahannya e. Asuransi kredit, asuransi ini sekarang banyak dikenal di dalam praktek yang maksudnya menanggung kerugian yang timbuldiderita berhubung debitur tidak dapat mengembalikan kredit yang diambilnya dari bank f. Asuransi atas kerugian yang diderita suatu perusahaan Bedrijfsvezekering g. Asuransi wajib kecelakaan penumpang yang diatur di dalam Undang- Undang No. 33 Tahun 1964 h. Asuransi atas kecelakaan lalu lintas jalan, yang diatur di dalam Undang- Undang No. 34 Tahun 1964 i. Dan lain-lain 134 Menurut Abdul Muis, yang dikutip dari pendapat H. Gunanto, yang termasuk asuransi kerugian diantaranya adalah “asuransi muatan kapal, rangka kapal, penerbangan, kebakaran, kontraktor, pemasangan mesin, mesin, uang dalam 134 Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 6 Universitas Sumatera Utara khazanah, uang dalam perjalanan, kendaraan bermotor, kecelakaan diri orang, tanggung gugat, biaya masuk rumah sakit, satelit”. 135 Produk asuransi kerugian dapat digolongkan sebagai berikut: a. Asuransi kebakaran b. Asuransi pengangkutan barang - Pengangkutan Darat - Pengangkutan Laut - Pengangkutan Udara - Pengangkutan Terpadu c. Asuransi kapal - Kapal Laut Hull - Kapal Udara Aviation d. Asuransi Engineering - Contractor’s All Risk Insurance - Erection’s All Risk Insurance - Machinery Breakdown All Risk Insurance - Electronic Equipment All Risk Insurance - Deteroration as Stock All Risk Insurance e. Asuransi VariaAneka - Asuransi Kendaraan Bermotor - Asuransi Kebongkaran - Asuransi Pesawat Televisi 136 Jika diperhatikan, sangat banyaknya jenis asuransi kerugian yang tumbuh karena kebutuhan masyarakat di luar KUH Dagang. Salah satu dari jenis asuransi kerugian yaitu asuransi penyimpanan uang tunai cash in safe yang menjadi pokok bahasan dalam tesis ini. 135 Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan Bentuk‐Bentuk Perasuransian, Op.Cit, hal. 14‐15. 136 M. Wahyu Prihartono, Manajemen Pemasaran Dan Tata Usaha Asuransi, Pengantar Asuransi II, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hal. 17‐18. Universitas Sumatera Utara

B. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi PT. ASKRIDA Asuransi Bangun