Kerangka Teori dan Konsep

dalam melindungi uang tunai belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini betul asli baik dari segi substansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. “Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta”. 17 “Teori adalah merupakan suatu kumpulan construct atau konsep, defenisi dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan memprediksi fenomena alam.” 18 “Landasan teori merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika flow of reasoninglogic, terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, defenisi dan proposisi yang disusun secara sistematis”. 19 “Konsep mengekspresikan suatu abstraksi yang 17 Ensiklopedia bebas, Wikipedia Bahasa Indonesia, Teori, http:id.wikipedia.orgwikiteori , diakses 6 januari 2010. 18 Kerlinger, Defenisi Teori, http:www.pdf ‐search‐engine.comdefenisi‐teori‐pdf.html , diakses 6 Januari 2010. 19 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum Dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal. 194. Universitas Sumatera Utara terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena obyek, kejadian, atribut atau proses”. 20 Otje Salman dan Anton F. Susanto menyimpulkan pengertian teori menurut pendapat dari berbagai ahli, dengan rumusan sebagai berikut: “teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan konstribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum”. 21 “Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variabel bebas tertentu dimasukkan dalam penelitian, karena berdasarkan teori tersebut variabel yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab”. 22 Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah merupakan suatu keharusan. Hal ini dikarenakan, kerangka teori itu digunakan sebagai landasan berfikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas dalam tesis ini, yaitu mengenai perikatan antara pihak bank dan asuransi dalam melindungi uang tunai yang ada di bank. Teori yang menjadi pedoman dalam penulisan tesis ini adalah teori ekonomi klasik. Teori ekonomi klasik terkenal dengan azas kebebasan berkontrak laissez faire yang dipelopori oleh Adam Smith. “Azas kebebasan berkontrak 20 Kerlinger, Defenisi Teori, http:www.pdf ‐search‐engine.comdefenisi‐teori‐pdf.html , diakses 6 Januari 2010. 21 HR. Otje Salman S dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, hal. 21. 22 J. Supranto, Op.Cit, hal. 192‐193. Universitas Sumatera Utara merupakan refleksi dari perkembangan paham pasar bebas yang memberikan kebebasan kepada subjek hukum dalam mengadakan perjanjian”. 23 Salah satu asas yang paling menonjol dalam penyusunan kontrak adalah asas kebebasan berkontrak, yang merupakan asas universal dan dianut oleh hukum perjanjian di hampir seluruh negara di dunia pada saat ini. Dalam pustaka-pustaka yang berbahasa Inggris, asas ini dituangkan dengan berbagai istilah, antara lain Freedom of Contract, Liberty of Contract, atau Party Autonomy, di negara common law dikenal dengan istilah laissez faire yang merupakan salah satu asas yang sangat terkenal di dalam hukum kontrak. Berdasarkan asas ini suatu pihak dapat memperjanjikan apa-apa yang dikehendakinya dengan pihak lain. “Namun demikian harus diakui bahwa penerapan asas berkontrak ini adalah tidak bebas sebebas- bebasnya”. 24 Kebebasan berkontrak berlatar belakang pada faham individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman Renaisance melalui antara lain ajaran-ajaran dari Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke, dan Rosseau. Puncak perkembangannya tercapai dalam periode setelah revolusi Perancis. 25 23 Rahmi, Perjanjian Asuransi, http:umirahmi.wordpress.com20090524perjanjian ‐asuransi , diakses 7 april 2010. 24 Felix S. Soebagjo, Perkembangan Azas‐azas Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis Selama 25 Tahun Terakhir, makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Perkembangan Hukum Kontrak dalam Praktek Bisnis Indonesia, Jakarta, 18 – 19 Februari 1993, hal. 5. 25 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 84. Universitas Sumatera Utara Faham individualisme melahirkan kebebasan pada setiap orang untuk memperoleh apa yang dikehendaki dan dalam perjanjian diwujudkan dalam kebebasan berkontrak. Pada tahun 1870 sebagai puncak perkembangan asas kebebasan berkontrak, setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih siapa mitra kontraknya, bebas menentukan bentuk, isi, tujuan, dan dasar hukum dari suatu kontrak. “Pemerintah maupun pengadilan sama sekali tidak dibenarkan intervensi, bahkan sampai muncul doktrin “ceveat emptor” atau “let the buyer beware” atau hukum mewajibkan pembeli untuk berhati-hati dan harus berupaya menjaga diri mereka sendiri”. 26 1. Hugo de Groot Salah satu penganjur terkemuka dari aliran hukum ini berpendapat bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah salah satu dari hak asasi manusia. Hugo de Groot merupakan tokoh yang mengemukakan bahwa suatu supreme body of law yang dilandasi oleh nalar manusia human reason yang disebutnya sebagai hukum alam natural law. De Groot beranggapan bahwa kontrak adalah suatu tindakan suka rela dari seseorang dimana ia berjanji sesuatu kepada orang lain dengan maksud bahwa orang lain itu akan menerimanya. “Kontrak tersebut adalah lebih dari sekedar suatu 26 Made Rawa Aryawan, Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya dengan kewenangan Hakim untuk Menilai Eksistensi Kontrak, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 1, No. 1, 2003, hal. 1. Universitas Sumatera Utara janji, karena suatu janji tidak memberikan hak kepada pihak yang lain atas pelaksanaan janji itu”. 27 Arti sentral yang ingin diberikan de Groot kepada janji-janji dapat dilihat dari kenyataan bahwa ia menyatakan bahwa kewajiban tersebut sebagai salah satu asas- asas dasar hukum. Menurut De Groot, keseluruhan hukum positif bertumpu pada kewajiban hukum. Ia menghendaki agar semua institusi hukum bertumpu pada persetujuan antara manusia, baik yang dibuat secara tegas maupun secara diam-diam, dengan demikian menurut De Groot hak milik privat juga terbentuk dengan cara ini. 28 Pendiskripsian selanjutnya mengenai hukum positif, oleh De Groot disebut sebagai “burgelijk wet” undang-undang keperdataan nampak bahwa pada dasarnya Ia tidak begitu saja menerima prinsip “pacta sunt servanda”. De Groot menunjukkan antara lain bahwa hukum positif telah meletakkan beberapa keterbatasan asas prinsip kebebasan untuk mengikatkan diri sedemikian rupa sehingga orang lain memperoleh sebuah hak. “Hal-hal tersebut tidak saja mengakui bahwa janji-janji yang mempunyai isi tertentu dinyatakan tidak sah, misalnya bilamana bertentangan dengan ketentuan undang-undang, tetapi juga melalui janji-janji dan kesanggupan-kesanggupan”. 29 27 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 20. 28 Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis: Menurut Sistem Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2003, hal. 88. 29 Ibid, hal. 89. Universitas Sumatera Utara 2. Thomas Hobbes Pendekatan berdasarkan hukum terhadap asas kebebasan berkontrak sebagai suatu kebebasan manusia yang fundamental juga dikemukakan oleh Thomas Hobbes. “Kontrak menurut Hobbes adalah metode dimana hak-hak fundamental dari manusia dapat dialihkan, sebagaimana halnya dengan hukum alam yang menekankan tentang perlunya ada kebebasan bagi manusia, maka hal itu berlaku juga berkaitan dengan kontrak-kontrak”. 30 Thomas Hobbes berpendapat bahwa alam telah membuat manusia sama, yaitu sama dalam panca indranya dan sama dalam pikirannya, sekali pun dapat dijumpai bahwa kadang-kadang ada manusia yang lebih kuat raganya dari manusia yang lain. Dari kesamaan ini timbul kesamaan harapan untuk memperoleh tujuan-tujuan akhirnya. “Apabila ada dua manusia yang menginginkan hal yang sama, yang untuk hal tersebut tidak mungkin dapat dinikmati bersama oleh mereka, maka mereka akan saling bermusuhan. Untuk mencapai apa yang diinginkan oleh mereka itu, mereka akan berusaha untuk menghancurkan atau menaklukkan yang lain”. 31 Setelah memahami pemikiran Thomas Hobbes tersebut, maka apabila perkembangan dari berfungsinya asas kebebasan berkontrak dalam pembuatan- pembuatan kontrak ternyata telah menimbulkan penindasan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain, sebagaimana hal yang demikian itu, menurut teori Thomas Hobbes pasti akan terjadi apabila manusia dibiarkan bebas tanpa kendali oleh suatu 30 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit. hal. 20. 31 Ibid, hal. 55. Universitas Sumatera Utara yang berkuasa dan berwenang, “maka seandainya Thomas Hobbes masih hidup dan sempat menyaksikan akses dari bekerjanya asas kebebasan berkontrak yang demikian itu, Ia akan menganjurkan agar negara campur tangan”. 32 Ia akan mengemukakan pendapat bahwa karena manusia mempunyai ketakutan akan mati, berkeinginan untuk memperoleh sesuatu hal demi untuk dapat menikmati hidup secara leluasa dan mempunyai harapan untuk memperoleh hal-hal tersebut, maka nalar yang dipunyainya, yang cenderung mencari kedamaian, “sehingga akan berupaya untuk menemukan jalan ke arah yang dapat menghindarkan bentrokan dengan sesamanya dalam pembuatan suatu perjanjian”. 33 Menurut pemikiran Hobbes sebagimana telah dikemukakan di atas, maka negara yang telah dibentuk oleh rakyatnya berdasarkan perjanjian sosial social contract dan telah diserahi hak-hak rakyat untuk dapat bertindak dalam rangka melindungi kepentingan rakyat yang telah terlibat dalam perjanjian sosial itu, bukan saja berwenang tetapi juga berkewajiban untuk mengusahakan terjadinya keseimbangan dan keselarasan demi tercapainya keadilan bagi kepentingan dari pihak-pihak yang membuat perjanjian itu sendiri. 3. Immanuel Kant Mengenai hak, Kant membedakan hak-hak alami dari hak-hak yang diperoleh, tetapi ia hanya mengakui satu hak alami, yaitu kebebasan manusia sepanjang kebebasan ini dapat berdampingan dengan kebebasan manusia menurut hukum 32 Ibid, hal.58 33 Ibid. Universitas Sumatera Utara umum. “Persamaan termasuk dalam prinsip kebebasan, dari sini menyusul sejumlah hak yang bersifat individual, terutama hak untuk memiliki, yang oleh Kant seperti halnya Locke, Hegel, dan banyak yang lain dianggap sebagai suatu ekspresi dari suatu kepribadian”. 34 Dalam pembahasannya mengenai kontrak, Kant menganggap bahwa kontrak seperti halnya kepemilikan, memunculkan persoalan tertentu dalam tingkatan empirik. Kant mendefinisikan kontrak sebagai pemilik atas kehendak arbiter orang lain sebagai sarana untuk mengarahkan kehendak melalui kehendak arbiter untuk melakukan tindakan tertentu sesuai dengan hukum kebebasan. “Kesulitan muncul lantaran kontrak bersangkutpaut dengan kehendak bebas dan setara, mereka tidak bisa diwajibkan untuk melakukan tindakan selain melalui kehendak bebas masing-masing wilkür”. 35 Kant menggunakan istilah wilkür untuk menjelaskan kehendak bebas yang ada dalam kontrak, istilah ini memiliki landasan penting dalam pandangannya tentang hubungan yang terjadi. Di sini bisa diketahui betapa sistematisnya Kant menerapkan gagasan negatif kebebasan. Wilkür memiliki berbeda dengan Wille konotasi ketidak tetapan arbitrariness dan memberi keleluasaan pilihan bebas yang menurutnya harus dimiliki oleh individu berdasarkan dengan apa yang dia sebut ‘hukum kebebasan’ dalam masyarakat sipil. Dalam situasi normal, individu menikmati keleluasaan mutlak dalam hal cara bertindak yang dia kehendaki dalam 34 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum [Legal Theory], diterjemahkan oleh Muhamad Arifin, Rajawali, Jakarta, 1990, hal. 4. 35 Howard Williams, Filsafat Politik Kant [Kant’s Political Philosophy], diterjemahkan oleh Muhammad Hardani, JP ‐Press IMM, Surabaya, 2003, hal. 143 ‐144. Universitas Sumatera Utara batas-batas hukum. Individu harus bebas menerapkan caranya sendiri selama dia tidak merugikan kebebasan orang lain. Kontrak mengasumsikan adanya individu yang bebas dan setara dengan cara masing-masing. Dalam masyarakat sipil kontrak merupakan sarana mendasar untuk menentukan kepemilikan, dalam masyarakat tersebut kontrak hanya disaingi oleh pemberian dan pewarisan sebagai sarana mentransfer barang dan kekayaan dari suatu individu ke individu lain. Sebagaimana jual beli barang di pasar didasarkan pada kontrak, kontrak tidak sekedar mencirikan transaksi yang sifatnya kadang-kadang atau tidak sering, ini merupakan hubungan materi yang khas dalam masyarakat kapitalis modern. Kontrak merupakan sarana yang lazim dimana pemilik kekayaan disatukan bersama secara sosial. Dengan demikian, cara individu dalam berhubungan satu sama lain diharapkan dapat memebentuk sifat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apa yang sebenarnya didapatkan dalam sebuah kontrak adalah kendali terhadap kehendak orang lain berkenaan dengan tindakan yang dijanjikan. Kegagalan melaksanakan tindakan yang dijanjikan, karenanya tidak berarti bahwa pihak lain dalam kontrak itu secara otomatis memiliki hak atas obyek atau layanan yang dibeli. Kegagalan mematuhi ketentuan di sini adalah bahwa individu yang melanggar dapat dihukum, bukan obyeknya yang harus dipindahtangankannya. Menurut Kant, sikap umum dari individu pemegang kekayaan yang memperturutkan kehendak bebasnya wilkür tanpa mempertimbangkan kesejahteraan orang lain tidak akan berupaya merealisasikan kontrak. Pandangan individualistik tentang kepemilikan kekayaan itu sendiri mengandung kontradiksi. Universitas Sumatera Utara Bagi Kant, hanya ‘deduksi transedental mengenai konsep penerimaan’ melalui kontraklah yang dapat mengatasi persoalan ini. Dalam masyarakat sipil harus ada praduga hukum bahwa individu akan menghormati kontrak mereka. Individu-individu yang tidak menghormati kontrak mereka akan dihukum dengan setimpal. Individu tidak bisa turut serta dalam kontrak bila mereka tidak mengasumsikan bahwa ada landasan keharmonisan kepentingan tidak hanya antara mereka sendiri sebagai pihak- pihak yang bersepakat, namun juga dalam masyarakat secara keseluruhan. Kontrak bagi Kant melambangkan ketidakpastian dan kekurangpercayaan dalam hubungan empiris antar manusia dalam masyarakat sipil. Dari sudut pandang empiris, tidak ada alasan pendorong untuk menghormati kontrak jika kita tidak berkepentingan untuk menghormatinya. Oleh karena itu kontrak membutuhkan dukungan positif dari hukum agar bisa berlangsung dalam masyarakat sipil. Individu bolehjadi terdorong oleh sisi paling mendasarnya untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji yang pada tingkatan fenomenal hanya bisa dicegah dengan menggunakan pemaksaan. Bila semuanya gagal, pemaksaan harus menjadi jalan terakhir untuk memastikan bahwa kontrak itu terealisasi. 4. Azas kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian di Indonesia Dalam Undang-undang Dasar 1945 dan KUH Perdata Indonesia dan perundang-undangan lainnya tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang berlakunya asas kebebasan berkontrak bagi perjanjian-perjanjian yang dibuat menurut hukum Indonesia. Ada faham yang tidak setuju kebebasan berkontrak ini diletakkan sebagai asas utama Hukum Perjanjian, tetapi menurut pendapat Prof. Dr. Universitas Sumatera Utara Mariam Darus Badrulzaman, “asas kebebasan berkontrak tetap perlu dipertahankan sebagai asas utama di dalam Hukum Perjanjian Nasional”. 36 Dalam Hukum Perjanjian Nasional, “asas kebebasan berkontrak yang bertanggung jawab, yang mampu memelihara keseimbangan perlu tetap dipertahankan, yaitu pengembangan kepribadian untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang serasi, selaras, dan seimbang dengan kepentingan masyarakat”. 37 Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga yang merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu, sehingga dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Prof. Mr. Soepomo telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam hal peletak dasar terhadap hubungan individu dan masyarakat di Indonesia. Dalam pidato inaugurasinya di Fakultas Hukum Jakarta tahun 1941 dapat disimpulkan beberapa ciri perbandingan tentang kedudukan individu dalam masyarakat di Indonesia dan Dunia Barat, sebagai berikut: di Indonesia, yang primair adalah masyarakat, individu terikat dalam masyarakat. Hukum bertujuan mencapai kepentingan individu yang selaras, serasi, dan seimbang dengan kepentingan masyarakat. “Di Barat, yang primair adalah individu, individu terlepas dari masyarakat, hukum bertujuan mencapai kepentingan individu”. 38 Menurut sejarah, Pasal 1338 KUHPerdata yang dijadikan dasar berlakunya asas kebebasan berkontrak di Indonesia, berpijak pada revolusi Perancis, “bahwa individu sebagai sumber 36 Mariam Badrul Zaman, Op.Cit, hal. 85. 37 Ibid, hal 86‐87. 38 Mariam Darus Badrulzaman , Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal. 44‐45. Universitas Sumatera Utara kesejahteraan dan kehendak individu sebagai dasar kekuasaan melahirkan sistem individualisme dan kapitalisme”. 39 Pada akhir abad XIX, akibat desakan faham- faham etis dan sosialis, faham individualisme mulai pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya perang dunia kedua, faham ini dinilai tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah lebih banyak mendapat perlindungan, oleh karena itu kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif, dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan isi perjanjian tidak semata- mata dibiarkan kepada para pihak, akan tetapi perlu diawasi oleh pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum, menjaga keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Azas kebebasan berkontrak atau dikenal dengan istilah freedom of contract atau liberty of contract merupakan salah satu azas pokok dari hukum kontrak yang terpenting. “Ide dasar yang melandasi azas kebebasan berkontrak ialah bahwa setiap individu dapat membuat perjanjian dalam arti seluas-luasnya, tanpa campur tangan terhadap perjanjian yang dibuat oleh para pihak”. 40 Di Indonesia, azas kebebasan berkontrak ini dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum perdata KUHPerdata yang merupakan terjemahan dari Burgelijke Wetboek BW terutama pada Pasal 1338 BW yang menyebutkan bahwa 39 Made Rawa Aryawan, Loc.Cit. 40 Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito Suatu Tinjauan Hukum Terhadap Perlindungan Deposan Di Indonesia Dewasa Ini, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 7. Universitas Sumatera Utara “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Hukum perjanjian mempunyai azas-azas umumprinciple yang harus ditaati oleh para pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian itu sendiri, pihak ketiga, para pelaksana atau aparat penegak hukum termasuk para hakim yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan perjanjian. Adapun azas-azas yang harus diperhatikan dalam membuat suatu perjanjian adalah “Azas Kebebasan Berkontrak, yang dimaksud azas kebebasan berkontrak adalah bahwa orang bebas untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian dengan siapapun, dengan bentuk dan isi apapun serta bebas untuk menentukan hukum mana yang akan dipilih dalam menyelesaikan perjanjian tersebut”. 41

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting teori. “Peranan konsepsi dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang disebut defenisi operasional”. 42 Soerjono Soekanto berpendapat bahwa, “kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari 41 Implementasi Azas Kebebasan Berkonttrak Dalam perjanjian Leasing, http:www.google.co.idhl=idsource=hpq=azas+kebebasan+berkontrakaq=faqi=aql=oq= gs_rfai=fp=3b1bb8086bb94ccf , di akses pada tanggal 1 Juni 2010. 42 Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Gravindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 28. Universitas Sumatera Utara kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi- defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian”. 43 Selanjutnya, Sumandi Suryabrata memberikan arti khusus mengenai pengertian konsep, menurut beliau sebuah konsep berkaitan dengan defenisi operasional, “konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional”. 44 Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas masalah, tidak boleh memiliki makna ganda. Terhadap pentingnya disusun defenisi operasional ini, Tan Kamello mengatakan sebagai berikut: “Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai”. 45 Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini, perlu dirumuskan serangkaian defenisi operasional atas beberapa variable yang digunakan. Selanjutnya, untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda tentang tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka kemudian dikemukakan konsepsi dalam bentuk defenisi operasional sebagai berikut: Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan antara dua oranglebih atau dua pihak, yang mana pihak yang satu 43 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Pers, Jakarta, 1986, hal. 122. 44 Samadi Suryabrata, Op.Cit, hal. 3. 45 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang didambakan, Alumni, Bandung, 2004, hal. 31. Universitas Sumatera Utara berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”. 46 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “bank adalah usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”. 47 Berkaitan dengan pengertian bank, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998 Pasal 1 butir 2 merumuskan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998, Pasal 3 yang menyatakan bahwa, “fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin “fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana surplus of funds dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lacks of funds”. 48 46 Subekti, Op.Cit, hal.1. 47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hal. 40. 48 Hermansyah, Op.Cit, hal. 19. Universitas Sumatera Utara Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang telah diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, memberikan defenisi yang lebih lengkap tentang asuransi. Yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah: Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. “Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko risk transfer mechanism, yaitu mengalihkan resiko dari suatu pihak tertanggung kepada pihak lain penanggung”. 49 Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial financial security serta ketenangan peace of mind bagi tertanggung. “Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya”. 50 49 Morton, G., Principles of Life and Health Insurance. LOMA., http:mediaasuransi.blogspot.com200803pengertian ‐dan‐sejarah‐asuransi.html , diakses 9 Januari 2010. 50 Morton, Ibid. Universitas Sumatera Utara “Uang adalah segala sesuatu yang diterima atau dipercaya masyarakat sebagai alat pembayaran atau transaksi”. 51 “Uang adalah sesuatu yang dijadikan sebagai alat untuk melakukan transaksi pembayaran ekonomi di mana sesuatu yang dijadikan sebagai uang diterima, dipercaya dan disukai oleh masyarakat atau orang-orang yang melakukan transaksi ekonomi” 52 . Uang memiliki empat fungsi utama dalam suatu perekonomian yaitu : 1. Sebagai Satuan Hitung. Uang dapat menetapkan suatu nilai harga pada suatu produk barang maupun jasa dalam suatu ukuran umum. Jika suatu produk bernama permen dihargai Rp. 100 maka untuk membeli 4 buah permen menbutuhkan uang Rp. 400. 2. Sebagai Alat Transaksi. Uang dapat berfungsi sebagai alat tukar untuk mendapatkan suatu produk barang atau jasa dengan catatan harus diterima dengan tulus ikhlas dan dijamin oleh pemerintah serta dijaga keamanannya dari tindak pemalsuan uang. Pembeli akan menyerahkan sejumlah uang kepada penjual atas produk yang ia terima, sedangkan penjual akan menerima sejumlah uang dari pembeli produk yang dijualnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. 3. Sebagai Penyimpan Nilai. Jika seseorang memiliki kelebihan uang yang tidak ingin dibelanjakan atau dihabiskan pada saat itu maka ia dapat menyimpannya dibank. Walaupun orang itu tidak memegang uang tadi tetapi nilai uang tersebut tetap ia miliki sampai saatnya ia ambil untuk dibelanjakan. 4. Standard Pembayaran Masa Depan. Suatu transaksi tidak harus dibayar dengan alat pembayaran disaat itu juga, tetapi balas jasa tersebut dapat dibayarkan di masa depan dengan diukur dengan daya beli. Contohnya seperti pegawai yang mendapat gaji sebulan 51 Pengertian Uang Dan Bank, http:sobatbaru.blogspot.com200805pengertian ‐ uang ‐dan‐bank.html , diakses 9 April 2010. 52 Fungsi Dan Pengertian UangDuitDokuFulusHepeng Sebagai Alat Transaksi Sehari‐Hari, http:organisasi.orgfungsi ‐dan‐pengertian‐uang‐duit‐doku‐fulus‐hepeng‐sebagai‐alat‐ transaksi ‐sehari‐hari , diakses 9 April 2010. Universitas Sumatera Utara sekali setelah satu bulan penuh bekerja. Selain itu seseorang yang meminjam uang harus membayarkan hutangnya di masa depan. 53

G. Metode Penelitian