Latar Belakang Perikatan Antara Bank Dan Asuransi Dalam Melindungi Uang Tunai Yang Ada Di Bank (Studi Pada Bank Sumut Dan PT. Asuransi Askrida)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjalankan usahanya setiap orang baik secara perorangan maupun dalam bentuk badan usaha, besar kemungkinan akan menghadapi suatu kerugian atau suatu kehilangan. Setiap orang harus berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, untuk memiliki harta kekayaan demi kelangsungan hidupnya. Dari sejak lahir sampai mati, setiap orang menghadapi sesuatu yang tidak pasti, karena banyak kejadian yang tiba-tiba muncul tanpa diduga- duga sebelumnya. Pada hakikatnya kehidupan dan kegiatan manusia mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat tidak kekal. Sifat yang tidak kekal merupakan sifat yang alami yang tidak dapat dipastikan. Kepastian tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman dalam diri manusia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi selalu berupaya untuk menghindari resiko yang membuatnya merasa tidak aman sehingga dapat menjadi aman. Setiap orang yang hidup menghadapi resiko atas hidupnya sendiri, sebab ia tidak mengetahui pasti kapan ia akan mati meninggalkan dunia atau keluarganya. Universitas Sumatera Utara Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan di setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik Negara, bahkan lembaga- lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. “Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor pereko atau bentuk erluan memin nomian”. 5 Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 182 Tahun 1998. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan -bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering berhubungan dengan lembaga perbankan, baik untuk keperluan menyimpan uang maupun untuk kep jam uang. Dalam hal ini orang yang menyimpan uang disebut nasabah. Banyak alasan yang membuat orang jadi nasabah bank. Ditinjau dari segi nasabah penyimpan penabung, alasan nasabah menyimpan uangnya di Bank antara lain keamanan uangnya lebih terjamin dari pada di simpan sendiri di dalam rumah. 5 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005, hal.7. Universitas Sumatera Utara Selain itu nasabah mempunyai keuntungan berupa bunga, yang diterima nasabah setiap periode sesuai dengan besarnya uang yang di tabung di bank. Di tinjau dari segi nasabah peminjam, alasan nasabah meminjam di bank antara lain bunga yang relatif kecil dibanding jika nasabah meminjam uang pada lintah darat yang banyak terdapat dalam masyarakat. Disamping itu barang yang dijadikan barang jaminan tidak harus diserahkan kepada bank dalam lembaga perbankan hanya surat-surat bukti hak milik saja yang diserahkan, sedangkan barang jaminan tetap di tangan nasabah, sehingga dengan demikian nasabah tetap dapat menggunakan barang yang dijadikan jaminan itu untuk keperluan hidupnya. Dalam perbankan lembaga jaminan yang tidak menyerahkan barang jaminan tersebut dikenal dengan fidusia dan hak tanggungan. Dengan berbagai alasan inilah maka banyak orang yang menjadi nasabah bank. di tabung di bank yang kemudian dipinjamkan ulang o mau menanggung kerugian itu sendirian. Untuk itu bank berusaha mengalihkan Dari pihak bank sendiri, keberadaan nasabah menjadi suatu kebutuhan karena sumber keberuntungan nasabah menjadi suatu kebutuhan karena sumber keuntungan bank berasal dari nasabah, baik yang berasal dari bunga pinjaman nasabah maupun yang berasal dari uang nasabah yang leh bank kepada nasabah lain. Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu mempunyai resiko. Resiko- resiko yang akan timbul telah disadari oleh bank, oleh karena itu bank perlu mengamankan bukan saja secara yuridis tetapi juga secara fisik. Apabila resiko ini menjadi kenyataan, maka bank akan mengalami kerugian. Dalam hal ini bank tidak Universitas Sumatera Utara resiko-resiko itu kepada pihak lain yang bersedia untuk itu. Adapun perusahaan yang bersedia menanggung kerugian itu adalah perusahaan asuransi. Menurut Sri Rejeki Hartono, yang dikutip dari pendapat L. Athearnm, bahwa “resiko merupakan aspek utama dari kehidupan manusia pada umumnya dan merupakan faktor penting dalam asuransi. Resiko merupakan kemungkinan penyimpangan harapan yang tidak menguntungkan, yaitu ketidakpastian suatu peristiwa yang tidak diinginkan”. 6 Jadi adalah tidak mungkin apabila membahas asuransi tanpa kaitan dengan resiko. Hal ini karena resiko merupakan pengertian inti dalam asuransi. Dalam ilmu asuransi resiko dapat dibedakan dalam beberapa arti yang intinya kemungkinan terjadinya kerugian, yaitu: 1. “Resiko dalam arti benda yang menjadi obyek bahaya. 2. Resiko dalam arti orang yang menjadi sasaran pertanggungan. 3. Resiko dalam arti bahaya”. 7 “Pengertian resiko diberi batasan sebagai kemungkinan terjadinya suatu keuntungan yang semula diharapkan tidak tercapai karena kejadian di luar kuasa manusia atau perbuatan manusia”. 8 Resiko yang diderita dapat berupa kerusakan kerugian atau kehilangan keuntungan yang diharapkan sehingga menyebabkan timbulnya upaya untuk menghindari dan mengalihkan resiko kepada pihak lain yang 6 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hal. 58. 7 H. Gunanto, Asuransi Kebakaran Di Indonesia, Tirta Pustaka, Jakarta, 1984, hal 11‐12. 8 Ibid, hal. 13. Universitas Sumatera Utara bersedia menanggungnya, dalam hal ini adalah pihak asuransi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan akan rasa aman kepada masyarakat, yaitu dengan mengadakan perjanjian pelimpahan resiko dengan pihak lain. Perjanjian semacam ini disebut perjanjian asuransi. Usaha perasuransian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan ikut berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya. “Tidak berbeda dengan bank, mengenai asuransi telah diatur sedemikian rupa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Pasal 246 dan Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang efektif berlaku pada tanggal 11 Februari 1992”. 9 Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, “yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti”. 10 Dari ketentuan Pasal 246 KUHD tersebut dapat diketahui bahwa “tujuan dari asuransi adalah untuk mencegah atau mengurangi resiko kerugian yang mungkin timbul karena hilang, rusak atau musnahnya barang-barang yang dipertanggungkan dari suatu keadaan yang tidak pasti”. 11 9 Hermansyah, Op.cit, hal. 9 10 Abdul Muis, Hukum Asuransi Dan Bentuk‐Bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005, hal. 2. 11 Hermansyah, Op.cit, hal. 10. Universitas Sumatera Utara “Pengertian asuransi dapat juga kita lihat dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang telah diundangkan pada tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, memberikan defenisi yang lebih lengkap tentang asuransi jika dibandingkan dengan pasal 246 KUHD”. 12 Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 13 Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, “asuransi itu mempunyai tujuan pertama-tama ialah mengalihkan resiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang mengambil resiko itu untuk mengganti kerugian”. 14 Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Jenis-jenis asuransi yang ditawarkan perusahaan asuransi bermacam-macam, contohnya adalah asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Asuransi kerugian merupakan asuransi yang menutup pertanggungan untuk kerugian karena kerusakan atau kemusnahan harta benda yang dipertanggungkan karena sebab-sebab atau kejadian 12 Abdul Muis, Op.cit, hal. 4. 13 Undang‐Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Bab I Pasal 1 butir 1. 14 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan Pokok‐Pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran dan Jiwa, FH‐UGM, Yogyakarta, 1990, hal. 5. Universitas Sumatera Utara yang dipertanggungkan sebab-sebab atau bahaya-bahaya yang disebut dalam kontrak atau polis asuransi. Dalam asuransi kerugian, penanggung menerima premi dari tertanggung dan apabila terjadi kerusakan atau kemusnahan atas harta benda yang dipertanggungkan maka ganti kerugian akan dibayarkan kepada tertanggung. Produk-produk dari asuransi kerugian adalah asuransi kebakaran, asuransi angkutan laut, asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan dan lain-lain. Diantara produk asuransi kerugian adalah asuransi tunai, yang merupakan jenis asuransi yang menyediakan diri untuk menanggung kerugian yang menimpa uang tunai. Untuk program asuransi tunai, bank harus menjadi nasabah perusahaan asuransi yang menyelenggarakan asuransi tunai tersebut. Adapun caranya dengan mengadakan penutupan asuransi tunai. Dengan ditutupnya asuransi tunai, maka jika terjadi kerugian atas uang tunai milik bank, maka akan mendapatkan penggantian dari asuransi. Asuransi tunai ini lebih sering disebut dengan asuransi penyimpanan uang cash in safe dan cash in cashier in box. Asuransi ini pada dasarnya merupakan penutupan asuransi atas penyimpanan surat-surat berharga berupa uang tunai, cheque, wesel, saham dan sebagainya. Asuransi penyimpanan uang ini dapat dibedakan atas 2 dua bentuk, yaitu : 1. Asuransi Cash In Safe CIS Yaitu asuransi yang menjamin hilangnya uang tertanggung yang disimpan di dalam brankas, lemari besi atau tempat penyimpanan uang lainnya. Universitas Sumatera Utara 2. Asuransi Cash In Cashier In Box CICB Yaitu asuransi yang menjamin hilangnya uang tertanggung saat di simpan di kasir atau loket-loket dimana transaksi dilakukan. Asuransi ini menjamin kerugian keuangan yang timbul sebagai akibat dari pencurian, perampokan, kehilangan, pembongkaran atau penggelapan dan kerusakan pada saat diangkut atau disimpan dalam lemari besi dan atau cashier box serta tindakan yang sejenisnya yang dilakukan oleh orang lain bukan tertanggung atau yang dikuasakan mengelola surat berharga tersebut. Resiko-resiko yang tidak dijamin antara lain kurangnya uang akibat kesalahan hitung oleh bagian keuangan atau akunting, kerugian yang terjadi di luar dari wilayah yang disebutkan dalam ikhtisar polis, yaitu perang, kerusuhan dan sejenisnya, kontaminasi radioaktif, senjata nuklir. Perjanjian asuransi sebagai lembaga pengalihan dan pembagian resiko mempunyai kegunaan positif baik bagi masyarakat, perusahaan maupun bagi pembangunan Negara. Mereka yang menutup perjanjian asuransi akan merasa tenteram sebab mendapat perlindungan dari kemungkinan terjadinyatertimpa suatu kerugian. Suatu perusahaan yang mengalihkan resikonya melalui perjanjian asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan berani menggalang tujuan yang lebih besar. Demikian pula premi-premi yang terkumpul dalam suatu perusahaan asuransi dapat diusahakan dan digunakan sebagai dana untuk usaha pembangunan, dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Di pihak lain resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan dapat juga dialihkan kepada perusahaan asuransi. Universitas Sumatera Utara Dalam operasional usahanya dalam pinjam meminjam uang, setiap saat bank dituntut untuk menyediakan uang tunai. Uang tunai ini diperlukan untuk keperluan peminjaman uang kepada nasabah, maupun untuk keperluan memenuhi penarikan uang tunai yang dilakukan oleh nasabah, maupun untuk keperluan memenuhi keperluan uang tunai yang dilakukan oleh nasabah penabung. Dalam hubungannya dengan penyediaan uang tunai ini bank senantiasa menghadapi resiko, yang berupa resiko kehilangan, kecurian, perampokan dan resiko-resiko lain yang setiap saat dapat mengancam uang tunai tersebut. Kelangsungan usaha bank yang berkelanjutan menunjukkan bank tersebut cukup tangguh dalam persaingan usaha perbankan. Karena pada dasarnya bank yang tangguh dan sehat adalah bank yang mampu mengamankan dana masyarakat yang dititipkan kepadanya dan keadaan ini dengan sendirinya akan mendukung suatu sistem perbankan yang sehat. Meskipun ketentuan tentang tingkat kesehatan bank telah diundangkan, tetapi hal itu sendiri belum dapat menjamin adanya perlindungan bagi nasabah penyimpan dana. Mengingat yang terpenting bagi nasabah adalah dana yang disimpannya dapat dikelola oleh bank dan bila ia menginginkan dapat ditarik kembali. Untuk itu diperlukan perangkat lain yang dapat memberikan perlindungan kepada nasabah, yaitu dengan secara dini menerapkan tindakan preventif yang ketat sesuai dengan undang-undang perbankan dan peraturan lainnya namun tetap tidak menghambat bank untuk melakukan ekspansi. Salah satu usaha bank untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah adalah dengan melakukan perikatan kepada asuransi dalam melindungi uang tunai Universitas Sumatera Utara yang ada di bank tersebut. Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan antara dua oranglebih atau dua pihak, yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”. 15 Menurut Pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, “perikatan lahir karena suatu perjanjian atau karena undang-undang”. Berdasarkan pasal tersebut, perjanjian merupakan sumber perikatan, kodrat perjanjian itu sendiri dan kebutuhan masyarakat menghendaki agar setiap orang memenuhi perjanjian. Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian perjanjian adalah “suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih”. Walaupun perikatan dan perjanjian mempunyai ciri-ciri yang sama, namun ada perbedaannya. Perbedaannya bahwa perikatan adalah sutau pengertian yang abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit. Kita tidak dapat melihat suatu perikatan, hanya dapat membayangkannya dalam alam pikiran kita. Tetapi kita dapat melihat atau membaca suatu perjanjian ataupun mendengarkan perkataan-perkataannya. Yang perlu diingat adalah bahwa “perikatan merupakan suatu pengertian hukum rechtsbegrip dan karena itu tidak ada wujudnya, sedangkan yang kelihatan, kalau ia berupa suatu perjanjian tertulis, adalah perjanjiannya”. 16 15 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1979, hal.1. 16 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 3. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan dilakukan penelitian tesis dengan judul “PERIKATAN ANTARA BANK DAN ASURANSI DALAM MELINDUNGI UANG TUNAI YANG ADA DI BANK STUDI KASUS PADA PT. BANK SUMUT DAN PT. ASURANSI ASKRIDA”.

B. Perumusan Masalah