Untuk menghasilkan Teknik mandila –dila yang baik diperlukan peranan lidah yaitu double ton guingh agar menghasilkan lompatan nada satu oktaf keatas yang
baik . Teknik mandila –dila didalam penjariannya adalah sebagaiberikut :
- Untuk menghasilkan nada B
b1
Lubang yang
ditutup adalah
lubang satu
oleh tangan
kiri dengan jari telunjuk, lubang tidak ditutup secara keseluruhan setengah lubang .
- Untuk menghasilkan nada A
1
Lubang yang ditutup adalah lubang satu dengan tangan kiri dengan jari telunjuk. -
Untuk menghasilkan nada G
1
Lubang yang ditutup adalah lubang satu dan lubang dua oleh tangan kiri dengan jari telunjuk lubang satu dan jari tengah untuk lubang dua.
7. Bunga-bunga
Teknik bunga-bunga adalah nada hiasan pada sebuah lagu. Teknik bunga-bunga dapat dibagi-bagi menjadi dua. Teknik ini akan diaminkan pada saat masuk ke
tema berikutnya dalam musik Barat sebagai transisi. Mungkin untuk kata yang lebih tepat untuk ini adalah lead in. menurut Genichi Kawakami dalam bukunya
yang berjudul Arranging Poplar Music yang dimaksudkan lead in adalah bahwa kesatuan rangkaian nada-nada yang menghubungkan antara bagian satu dengan
Universitas Sumatera Utara
bagian lainnya tanpa adanya lead in ini bagian selanjtnya terasa kurang enak. Teknik bunga-bunga terbagi menjadi dua ; pertama, rangkaian nada 116
sebanyak tiga bar dua setengah birama, dan yang kedua teknik permainan triol yakni triol nada 18 sebanyak tiga birama.
Contoh :
Untuk menghasilkan Teknik bunga-bunga yang baik diperlukan kekompakan antara jari dan ambasir dan juga penggunaan lidah yaitu single tonguing yang
baik agar menghasilkan legato yang rata dan baik.
8. Mangaroppol
Yang dimaksudkan dengan teknik mangaroppol adalah permainan nada-nada 132, setiap nada ¼ akan dimainkan menjadi delapan bua nada 132. Biasanya jumlah
ketukan yang ada dalam teknik mangaroppol adalah enam ketuk, jadi dalam enam ketuk itu terdapat 48 buah nada bernilai 132. Pada umumnya teknik mangaroppol
ini dimainkan sebagai pembuka lagu untuk menuju pada bagian introduksi. Contoh :
Teknik mangaroppol adalah sebagai berikut :
Untuk menghasilkan teknik mangaroppol yang baik diperlukan kekompakan antara jari dan lidah yaitu double tonguing yang baik agar menghasilkan staccato dan
nada yang baik. Teknik mangaroppol di dalam penjariannya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
- Untuk menghasilkan nada F
1
dan G
1
Lubang yang ditutup adalah lubang satu, lubang dua dan lubang tiga untuk nada F
1
oleh tangan kiri dengan jari manis; lubang satu jari telunjuk, lubang dua jari tengah dan lubang satu dan lubang tiga jari manis. Untuk nada G
1
lubang yang ditutup adalah lubang satu dan lubang dua oleh tangan kiri dengan jari; lubang
satu jari telunjuk dan lubang dua jari tengah. -
Untuk menghasilkan nada A
1
dan C
2
Lubang yang ditutup adalah lubang satu untuk nada A
1
oleh tangan kiri dengan jari telunjuk, dan untuk nada C
2
lubang yang ditutup adalah lubang dua, lubang tiga, lubang empat, lubang lema dan lubang enam. Sedangkan lubang satu
dibuka. Lubang dua dan lubang tiga ditutup oleh tangan kiri dengan jari; lubang dua jari tengah dan lubang tiga jari manis. Untuk lubang empat, lubang lima dan
lubang enam ditutup oleh tangan kanan dengan jari; lubang empat jari telunjuk, lubang lima jari manis dan lubang enam jari manis.
Didalam menghasilkan nada A
1
dan C
2
terdapat tingkat kesulitan dalam hal penjariannya, karena pada saat pemindahan dari nada A
1
ke nada C
2
apabila posisi jari tidak tepat menutup lubang maka nada yang dihasilkan tidak baik.
6.2.3.Deskripsi Keberadaan Musik Tiup Di Kalangan Etnik Batak Toba
Perubahan konsep musik tiup dikalangan etnik Batak Toba, seperti munculnya musik tiup sebagai alternatif musik tradisional yang berdampingan
dengan musik tradisional seperti gondang sabangaunan dan gondang hasapi, erat kaitannya dengan masuknya misionaris Kristen ke Tanah Batak sekitar abad ke-20,
Universitas Sumatera Utara
terutama kian banyaknya masyarakat Batak Toba yang memeluk agama Kristen. Perubahan musik tiup tersebut banyak dipengaruhi oleh para misionaris yang
menyebarkan agama Kristen ke Tanah Batak yang digunakan sebagai medium dalam berbagai ritus adat atau hiburan.
Masyarakat Batak Toba mengenal agama Kristen mulai akhir abad ke-19 atau sekitar tahun 1865. Ketika itu seorang raja yang berkuasa di Silindung, Raja Pontas
Lumban Tobing menerima kedatangan missionaris dan bersedia dibabtis menjadi seorang Kristen.
Pederson mengatakan bahwa Raja Pontas Lumban Tobing pada saat itu berpikiran bahwa sudah saatnya masyarakat Batak Toba menerima kemajuan dan
modernisasi. Dengan penerimaan Raja Pontas Lumban Tobing tersebut, maka saat itulah dianggap menjadi titik awal bagi masyarakat Batak Toba memeluk agama
Kristen Pederson, 1970:59. Namun jauh sebelum itu, beberapa misionaris dari berbagai negara Eropa sudah datang dengan tujuan yang sama. Akan tetapi mereka
menemui kegagalan, seperti yang dialami Lyman dan Munson dari Amerika dan Van der Took dari Belanda. Lyman dan Munson dibunuh oleh masyarakat Batak sendriri
tepatnya di desa Lobu Pining pada tahun 1834. Pederson Op. Cit: 51 Kedatangan Nommensen ke tanah Batak melalui utusan Reinischen Mission
Gesselchaftb wadahpersekutuan zending Eropa pada tahun 1862. Nommensen pertama sekali datang ke Sipirok lalu pada tahun 1863 tiba di daerah Silindung dan
mulai menginjil hingga 1918. Missionaries ini terkenal dengan kegigihannya, sehingga berhasil menyebarkan agama Kristen hingga mendirikan organisasi agama
Universitas Sumatera Utara
Kristen pertama dan terbesar pada masyarakat Batak yakni HKBP Huria Kristen Batak Protestan.
Kesuksesan Nommensen dalam misi tersebut didukung oleh beberapa faktor seperti, kemampuan beradaptasi pada masyarakat, keahlian menyembuhkan
penyakit, kemampuan berkomunikasi dan menginjil dengan bahasa lokal serta hubungan baiknya dengan Kolonial Belanda untuk mendukung misi yang sedang
dijalankan. Sehingga Belanda sempat melakukan penekanan bahkan menangkap kelompok masyarakat yang melakukan upacara-upacara ritual tradisi Seperti
Parugamo Lumbantoruan 1992:23. Masa pelarangan itu berlangsung beberapa decade lamanya namun pada akhirnya pihak gereja mengijinkannya kembali akan
tetapi harus dalam pengawasan gereja. Sehingga bagian-bagian tertentu yang dianggap bertentangan dengan kepercayaan Kristen tidak dimunculkan lagi Van
Den End; 1989:308 Kesuksesan tersebut mendapat tanggapan positif dari negara-negara Eropa,
terutama RMG. Nommensen dipanggil ke Jerman dan diberi gelar Doctor of Honoris oleh Universitas Bond dan dinobatkan sebagai Eporus pertama HKBP oleh RMG
Pederson, 1970:66. Selanjutnya RMG bersama negara-negara lain di Eropa memberi bantuan pada masyarakat Batak, seperti pembangunan sarana jalan,
pembangunan sekolah, pembangunan gereja, bantuan keuangan dan pengiriman alat- alat musik gereja seperti organ gereja dan alat musik tiup. Sejak saat itulah musik
tiup diperkirakan masuk pada masyarakat Batak Toba. Kedatangan Agama Kristen dengan segala perubahan yang dibawa, menjadi
sukacita bagi sebagian masyarakat, akan tetapi bagi sebagian lagi yakni kelompok
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang belum menerima Kristen menganggapnya malapetaka. Sehingga pada masa-masa perkembangan agama Kristen sekitar tahun 1890 kelompok ini
selalu menentang dan mengadakan perlawanan-perlawanan guna menggagalkan proses Kristenisasi pada masyarakat Batak. Seperti halnya yang dilakukan oleh
Sisingamangaraja atau munculnya sekte parhudamdam Batara Sangti 1977: . Namun pada akhirnya kelompok ini tidak dapat membendung perkembangan agama
Kristen, sehingga membentuj komunitas masyarakat Batak secara khusus dan mengklaim kelompok mereka sebagai penerus tradisi Batak Toba.
Dalam menyikapi kondisi musikalitas etnik Batak toba, Pedersen 1970:63 mengemukakan, setiap ada kesempatan, Nommensen berusaha mengakomodasikan
adat Batak Toba kedalam cara kehidupan baru orang Kristen. Nommensen banyak melanjutkan upacara adat seperti adat perkawinan yang berkaitan dengan sistem
kekerabatan. Ia mensubsitusikan nyanyian Hym lagu-lagu gereja serta musik tiup brass band terhadap musik tradisional Batak Toba seperti gondang sabangunan dan
gondang hasapi. Adapun alat-alat musik tiup yang dipakai dalam ensambel tersebut adalah,
trompet, saksofon tenor, saksofon alto, trombone dan drum sebagai alat perkusi. Sedangkan alat musik tradisional Batak Toba yang disertakan pada ansambel musik
tiup tersebut adalah taganing, garantung, hasapi, sulim, dan sarune etek. Perkembangan ansambel musik tiup senantiasa berjalan sesuai dengan
dinamika kemajuan etnik Batak Toba. Ansambel musik tiup tidak lagi terbatas penggunaannya pada acara-acara gerejani, atau hanya digunakanuntuk mengiringi
nyanyian gereja sebagai bagian liturgi, akan tetapi telah meluas penggunaannya
Universitas Sumatera Utara
keberbagai upacara adapt maupun sebagai hibyran. Penggunaan ansambel musik tiup dalam berbagai upacara adat dapat terlihat pada upacara mangokkal holi penggalian
tulang-belulang, saur matua upacara kematian, maupun pada upacara atau resepsi perkawinan.
Lubang tiup
Lubang nada
Foto No. 19
Sulim Sumber : Dokumentasi Penulis
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENGGAJARAN SULIM DAN HASAPI DI DALAM MASYARAKAT