Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kesenian tidak pernah terlepas dari pelaku seninya. Dalam proses kesinambungan kesenian—dalam hal ini musik tradisional—regenerasi selalu terjadi, tidak saja dalam konteks perangkat-perangkat instrumentasinya, tetapi juga dalam hal pendukungnya, yaitu masyarakat di mana musik tersebut hidup dan tentunya pada para pelaku musik dimaksud, yaitu pemain musik, pencipta musik dan penikmat musik. Musik tradisional adalah musik yang siap disajikan baik dalam hal gaya, peralatan musiknya, serta unsur-unsur utama komposisinya, termasuk melodi, modus, tangga nada, ritem, dan kumpulan komposisi yang berasal dari kebudayaan musikal di masyarakat pemiliki musik dimaksud. Oleh karena itu, musik tradisional merupakan musik yang berakar dari satu atau beberapa kelompok etnis di suatu wilayah tertentu Purba, 2009: 1. Dalam konteks kesinambungan musik tradisional , maka proses regenerasi haruslah dilakukan, sebab dengan begitu nilai dari musik tradisional tersebut dapat terjaga kelestariannya Berbicara mengenai kesinambungan, maka diperlukan suatu perantara lainnya generasi yang meneruskannya. Generasi ini yang akan mewarisi musik tradisi dari generasi sebelumnya. Dalam pewarisan ini lah proses perubahan trasmisi terjadi, yaitu yang menggajarkannya dan yang mempelajarinya, dimana pengetahuan tentang musik tradisi disampaikan ditrasfer melalui metode-metode tertentu. Ada Universitas Sumatera Utara beberapa metode transmisi, yaitu lisan oral, tulisan literate dan elektronik. Seperti yang diungkapkan oleh Dorothea : ” Oral transmission is the process of learning through imitation directly from an examplar of a musical tradition ; written transmission involve the use of notation and or theoretical texts; and electronic transmission involve the use of recording and computers in the learning process “ Dorothea 1999 : 76 : Transmisi oral adalah proses belajar melalui imitasi langsung dari sebuah contoh tradisi musik; transmisi tertulis melibatkan penggunaan notasi atau teks teoritis; dan transmisi elektronik melibatkan penggunaan pencatatan dan komputer dalam proses belajar”. Tidak ada keharusan suatu kebudayaan menggunakan keseluruhan dari metode ini, namun bisa saja metode yang satu digunakan secara bersamaan dengan metode yang lain. Begitu pun dengan kebudayaan musikal Batak Toba, penggunaan metode dimaksud pastilah tidak absolut, tetapi dapat saja mengalami suatu variasi. Hal ini disebabkan karena tradisi musik Batak Toba adalah tradisi lisan, di mana semua hal yang yang berhubungan dengan pewarisan, pengajaran dan pembuatan alat musik dilakukan secara oral lisan atau dalam arti yang lain setiap individu bebas berkreasi. Adalah suatu hal yang menarik tentunya meneliti bagaimana sebuah metode transmisi pengajaran bisa berkembang dalam musik Batak Toba. Dalam berkesenian, kita dapat menyaksikan bagaimana musik Batak Toba itu diajarkan pada pemusik lainnya atau generasi berikutnya. Tahap-tahap pengajaran yang dilakukan secara tradisional dalam masyarakat tersebut banyak mengalami transformasi saat musik batak toba maupun musik tradisi lainnya diajarkan dalam Universitas Sumatera Utara dunia akademis. Dalam dunia akademis tentunya pengajar maupun murid diharuskan untuk memahami satu atau beberapa bagian dalam satu kesempatan. Musik Tradisional Batak Toba dalam masyarakatnya diajarkan secara tradisional, dimana teknik pembelajarannya hanya melalui proses melihat, mendengar, mengingat , dan menirukan suatu bentuk pola melodi yang didapat bisa dari mana saja dan kapan saja. Sebahagian besar Teknik pembelajaran secara oral tradisi dalam Musik Batak toba biasanya didapat dengan mengamati pemusik Batak Toba yang menyajikan musiknya ataupun memainkan insrumenya dalam berbagai acara adat maupun dalam suatu pesta tertentu. Dalam proses belajarnya, pola melodi yang diajarkan oleh pengajar kepada murid adalah pola-pola ritem dan melodi sederhana. Dalam proses pengajarannya murid harus terlebih dahulu melihat mengamati, mendengar, mengingat pola melodi yang dimainkan penggajargurunya. Setelah itu murid harus melafalkan alunan melodi yang mereka hapal tersebut dengan siulan atau gumaman. Murid hanya diperbolehkan menirukannya pada intrumen musik di rumah sendiri. Setelah permainan murid sudah cukup baik dalam menirukan pola melodi yang dimainkan pengajar guru, barulah murid tersebut dapat memainkannya di depan guru pengajar maupun kepada khalayak rame untuk selanjutnya dinilai sejauh mana perkembangganya. Apabila masih terdapat banyak kesalahan maka si murid akan disarankan untuk kembali belajar kepada pengajar sebelumnya Markus 1996. Apabila dalam prosesnya si murid mengalami kesulitan dalam teknik belajarnya, maka si murid bisa saja belajar kepada gurupengajar lainnya yang dianggapnya baik. Universitas Sumatera Utara Didalam pembelajar musik tradisi, ada syarat-syarat yang harus dipatuhi untuk menjadi seorang pemusik pargonci. Syarat-syarat tersebut seperti yang dikemukakan seorang ahlinya, antara lain: 1. Harus mendapat sahala dari Mulajadi Na Bolon Sang Pencipta. Sahala ini merupakan berkat kepintaran khusus dalam memainkan alat musik yang diberikan kepada seseorang sejak dalam kandungan. Dengan kata lain orang tersebut sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang pargonsi sebagai permintaan Mula Jadi Na Bolon. 2. Melalui proses belajar. Seseorang dapat menjadi pargonsi, dengan adanya berkat khusus yang diberikan Mulajadi Na Bolon sekaligus dipadukan dengan proses belajar. Sehingga itu seseorang memiliki ketrampilan khusus untuk dapat menjadi pargonsi. Walaupun melalui proses belajar, tetapi jika tidak diberikan sahala kepada orang tersebut, maka ia tidak berarti apa-apa atau tidak menjadi pargonsi yang pandai. 3. Mempunyai pengetahuan mengenai ruhut-ruhut ni adat aturan-aturan dalam adat, maksudnya mengetahui struktur masyarakat Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu dan penerapannya dalam masyarakat. 4. Umumnya yang diberkati Mulajadi Na Bolon untuk menjadi seorang pargonsi adalah laki-laki, dengan alasan : a. Laki-laki merupakan basil ciptaan dan pilihan pertama Mulajadi Na Bolon. b. Laki-laki lebih banyak memiliki kebebasan daripada perempuan, karena para pargonsi sering diundang memainkan ke berbagai daerah ununtuk memainkan gondang sabangunan dalam suatu upacara adat. 5. Seseorang yang menjadi pargonsi harus sudah dewasa tetapi bukan berarti harus sudah menikah. Irfan 2004 :6- 7 Namun syarat-syarat tersebut tidaklah mutlak, yang maksudnya adalah dari satu desa kampung ke desa lainnya dapat berbeda-beda tergantung dari penggajar gurunya. Berbeda dengan penggajaran musik Batak Toba di dunia akademik. Tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses pembelajarannya secara bertahap dan Universitas Sumatera Utara tersruktur. Penggajaran yang dilakukan oleh pengajar adalah metode-metode yang memiliki target dalam setiap satuan waktu pertemuannya dengan para murid dalam hal ini mahasiswa. Tahapan-tahapan awal tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan dalam penggajaran di dalam masyarakat. Melihat, mendengarkan, menghapalkan dan kemudian menirukannya secara langsung pada instrument musik yang tersedia. Dalam konteks akademis setiap saat bisa terjadi pengulangan- pengulangan oleh pengajar sampai pada tahap melodi yang diharapkan terpenuhi dalam hal ini melodi pokok, tanpa suatu improfisasi yang disertai dengan penjelasan istilah-istilah musikal, seperti scal, tone, dsb. Di dalam dunia akademik ini, seorang murid yang akan bejalar musik Batak Toba harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan akademik, yaitu memilih salah satu fokus Praktek Musik Nusantara yang akan digeluti dan diperdalam pada waktu tertentu. Dengan begitu seorang mahasiswa memiliki hak untuk dapat mengikuti pengajaran-pengajaran yang akan diberikan sipenggajar dosen kepada murid mahasiswa. Dan dalam penggajaran di dunia akademik ini, tidak ada perbedaan gender kelamin seperti yang ditemukan di dalam kehidupan masyarakat Batak Toba dalam penggajaran musiknya. Pengajaran musik Batak Toba yang dilakukan dalam masyarakat adalah bersifat bebas. Bebas artinya dapat dilakukan pada tiga tempat dimana musik Batak Toba biasanya diajarkan kepada murid, yaitu, ladang juma, rumah jabu, gubuk sopo 1 1 Denny 2000 : 84 . Waktu yang ditetapkan pun dapat berlangsung dengan sangat lama ataupun sangat cepat, tergantung dari kesepakatan antara pengajar dan muridnya. Disini murid bebas Universitas Sumatera Utara untuk berkreasi ataupun improvisasi karena tidak adanya suatu aturan yang baku didalam pengajaran musik Batak Toba seperti layaknya musik klasik barat yang harus menggikuti segala peraturan dalam tulisan. Pembelajaran musik batak Toba secara umum dilakukan di dalam Universitas, yaitu pada saat adanya jadwal dari Prakek Musik Nusantara—uning-uningan, gondang sabagunan—dengan intensitas dan frekuensi pertemuan yang telah ditetapkan. Proposal penelitian ini bertujuan untuk menganalisa fenomena transmisi musikal yang ada di dalam kebudayaan musik Batak Toba. Judul dari proposal penelitian ini adalah “Transformasi Transmisi Musikal : Metode Pengajaran Hasapi Dan Sulim Dalam Dunia Akademik” Transmisi musikal maksudnya adalah hal-hal yang bekaitan dengan belajar dan mengajar musik Dorothea 2002: 75. Dengan kata lain, penelitian ini akan membahas proses transformasi sistem pengajaran musik Batak Toba yang tadinya secara tradisional dan umum dilakukan dengan metode oral di dalam konteks kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba, kemudian, ketika tradisi musik tersebut menjadi bagian mata kuliah di institusi musik, bentuk pengajarannya mengalami transformasi. Dalam konteks akademis, pengajaran musik dimaksud menuntut adanya tahapan-tahapan, target terstruktur yang tidak ditemukan dalam metode pengajaran yang di lakukan secara tradisional dalam masyarakat. Kedua bentuk penggajaran ini memiliki sinergi yang satu dengan lainnya, yang menurut saya perlu dikembangakn lebih jauh dalam penggajaran tradisi musik Batak Toba. Universitas Sumatera Utara Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pemusik tradisi Batak Toba yang dulunya mendapatkan penggajaran musik Batak Toba secara oral tradisi dalam masyarakat. Ketika mereka menggajar dalam dunia akademis, mereka melakukan suatu transformasi dalam penggajaran musik Batak Toba itu. Marsius Sitohang dan Hardoni Sitohang merupakan fokus dari penelitan ini, dan sebagai referensi dalam penggumpulan data dalam penelitian ini, maka peneliti juga melakukan penelitian kepada beberapa subjek terkait dalam hubungan dengan metode dan teknik penggajaran musik Batak Toba dalam dunia akademis. 2. Pokok Permasalahan Penelitian ini akan membahas mendiskusikan proses transformasi transmisi musikal yang terjadi didalam pengajaran musik tradisional Batak Toba, khususnya instrument musik hasapi dan sulim. Berkaitan dengan hal tersebut akan dibahas juga tentang bagaimana keterkaitan antara metode oral tradisi yang diterapkan secara tradisional dalam masyarakat dan metode saintis memiliki aturan yang baku dang berpatok pada Satuan Pengajaran SAP dan Garis-Garis Besar Panduan Pengajaran GBPP yang diterapkan dalam dunia akademik. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 3.1 Tujuan Penelitian