Kredit Usaha Rakyat KUR

tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

3. Synthesis of Priority Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan Pairwise Comparisons. Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.

4. Logical Consistency Konsistensi Logis

Konsistensi memiliki dua makna, pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.3 Kredit Usaha Rakyat KUR

Sejak diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007, jumlah KUR Kredit Usaha Rakyat telah mencapai Rp6,8 triliun dengan 672 ribu debitor. Jika dibandingkan dengan jenis kredit lain, maka pertumbuhan KUR yang hampir Rp.1 triliun per bulan merupakan prestasi yang luar biasa. Retnadi, 2008. KUR adalah Kredit Modal Kerja KMK dan atau Kredit Investasi KI dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi UMKM-K yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. UMK K harus merupakan usaha produktif yang layak feasible, namun belum bankable. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya kurang, maka sebagian di tanggulangi dengan program penjaminan. Besarnya cakupan penjaminan maksimal 70 dari plafond kredit. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial Bank. Universitas Sumatera Utara Pada saat awal diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafon kredit sampai dengan Rp.500 juta. Namun setelah berjalan beberapa waktu, Presiden R.I mengarahkan agar penyaluran KUR lebih banyak untuk nasabah mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 2008, dalam acara Rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Menko Perekonomian berhasil dikeluarkan Addendum I Nota Kesepahaman Bersama tentang pelaksanaan KUR Mikro dan KUR Linkage Program. Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria yang menjadi dasar pihak BSM dalam mengambil keputusan penerima KUR ada 5 macam, yakni sebagai berikut:

1. Status Kredit

Maksud dari kriteria tersebut adalah calon penerima KUR tidak sedang menerima kredit dalam bentuk apapun baik pada Bank BSM maupun Bank lainnya. Hal ini sangat penting untuk melihat beban atau tanggungan yang harus dibayar oleh calon penerima KUR. Semakin banyak ia menerima kredit dari bank semakin banyak tanggungannya. Dan bila hal ini tidak sejalan dengan kemampuan nasabah dalam membayar, maka kemungkinan nasabah tersebut menerima KUR sangat kecil, karena bagaimanapun pihak bank tidak mau menanggung resiko.

2. Produktivitas usaha

Produktivitas suatu usaha dilihat dari beberapa faktor diantara lokasi usaha, jenis usaha dan pendapatan calon penerima KUR per bulan. Semakin baik nilai faktor-faktor ini, maka semakin produktif pula usaha calon penerima KUR tersebut. Universitas Sumatera Utara

3. Kondisi usaha

Baik atau tidaknya kondisi usaha calon penerima KUR dapat dilihat pula dari beberapa faktor seperti sumber daya manusia SDM baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, peralatan dan perlengkapan usaha maupun dari faktor manajemen usaha.

4. Jaminan

Jaminan merupakan salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan seseorang layak atau tidak menerima KUR di BSM. Beberapa hal yang dapat dijadikan jaminan adalah rumahruko, tanah maupun bpkb kendaraan.

5. Kolektibilitas

Kolektibilitas merupakan kelancaran nasabah dalam membayar cicilan kredit tiap bulannya. Bank BSM mengklasifikasikan kolektibilitas ini ke dalam 5 kategori, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Lancar 2. Dalam Perhatian Khusus 3. Kurang Lancar 4. Diragukan 5. Macet Universitas Sumatera Utara BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Analisis Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Berdasarkan Nilai Consistency Ratio

2 46 123

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

1 86 77

Pengembangan sistem pendukung keputusan dalam pemilihan fakultas perkuliahan berbaiss mobile web

3 15 150

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN) Yusfrizal

0 0 15