Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di tengah suasana Bangsa yang penuh keprihatinan dengan hantaman badai krisis yang berkepanjangan, telah menjadikan negeri ini menjadi terpuruk. Namun negeri kini tengah berusaha semaksimal mungkin untuk keluar dari berbagai kesulitan. Krisis yang dirasakan amat hebat ini menyentuh seluruh sendi- sendi kehidupan masyarakat luas baik Ideologi, Politik, Moral Akhlak, Sosial, Ekonomi, dan Budaya. Dalam bidang perekonomian khususnya, terlihat begitu jelas dengan kenaikan berbagai macam harga-harga kebutuhan pokok yaitu sembako. Fenomena ini telah menyebabkan naiknya tingkat kriminal atau kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kelompok demi mencukupi segala kebutuhan agar bisa tetap hidup. Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan: ﺭﻘ ﻠ ﺩ ﻜ نأ ﺭ ﻜنﻭﻜﻴ ٠ “Hampir saja kemiskinan kemiskinan jiwa dan hati berubah menjadi kekufuran.”HR. Athabrani. 1 Seperti contoh sepenggal hadits di atas yang telah menjelaskan tentang kemiskinan yang begitu berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa dan hati masyarakat. Sehingga seseorang itu menjadi kufur, tidak bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada manusia. Misalnya diberikan nikmat kepada Allah manusia tidak pernah bersyukur, diberikan harta kekayaan manusia tidak pernah bersyukur kepada 1 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad Dr. Muhammad Faiz Almath, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1995, Cet ke I, h. 98 1 Allah. Oleh karena itu sebagai seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Belum lagi berbagai macam musibah yang telah melanda negeri ini seperti Gempa Bumi, Tanah Longsor, Kebanjiran, Kebakaran Hutan, Tsunami yang merajalela bahkan semburan lumpur panas mendidih yang keluar dari perut bumi hingga saat ini belum dapat terselesaikan secara tuntas. Dengan adanya bencana alam semestinya menyadarkan kembali akan ajaran kemanusiaan yang mulia ini. Dari kesadaran inilah yang membuat kepedulian sosial menjadi lebih bermakna. Dari berbagai problem ini telah nampak di hadapan, jutaan penduduk kehilangan mata pencaharian, banyak wanita menjadi janda, banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya, serta terpaksa keluar dari sekolah atau droop out dari sekolah karena ketidakmampuan mereka membayar iuran sekolah dan berapa banyak anak- anak yatim piatu dan dhu’afa yang terlantar. Sedangkan mereka yang masih memliki orang tua terkadang tidak mampu menghadapi hantaman krisis yang begitu hebat. Apalagi mereka anak-anak yatim piatu dan dhu’afa yang hidup di panti-panti asuhan. Mereka semua adalah anak-anak bangsa sekaligus aset berharga yang harus di berdayakan agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi SDM Sumber Daya Manusia yang berkualitas di masa kini maupun di masa yang akan datang. Maka dari pembahasan di atas sangat perlu sekali peran pemerintah dan Masyarakat Indonesia yang turut andil dalam program pemberdayaan kaum lemah lebih khususnya anak-anak terlantar Duh ’afa. Dengan adanya pemberdayaan maka kehidupan mereka sedikit demi sedikit dapat terbantu, bahkan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemberdayaan menurut Gunawan Sumohadiningrat adalah “upaya untuk membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya ”. 2 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yaitu memberikan motivasi kepada anak- anak khususnya bagi anak dhu’afa tentang pentingnya potensi yang mereka miliki. Sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tanpa bergantung kepada orang lain. Serta menjadikan mereka mandiri, dan berkembang menjadi manusia- manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa khususnya untuk diri sendiri. Oleh karena itu diperlukanlah lembaga pemerintah seperti yayasan dan panti sosial. Dengan adanya lembaga sosial ini semua masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan sedikit, demi sedikit akan terbantu, sekalipun tidak sesempurna yang diinginkan memberikan bantuan secara cuma- cuma, tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun. Adapun tujuan dari yayasan itu adalah untuk memandirikan masyarakat yang kurang mampu. Oleh karena itu, diberikan pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu agar dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, mereka akan dilepaskan ke masyarakat, tentunya dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan di lembaga sosial ini. Dengan adanya permasalahan sosial seperti diatas ini penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang permasalahan apa saja yang terjadi di lembaga sosial tersebut. Dalam hal ini penulis akan meneliti lembaga atau Yayasan Mizan Amanah. Yayasan Mizan Amanah ini Sudah 14 tahun Mizan Amanah mengabdi 2 Gunawan Sumohadiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat, Jakarta:Bina Rena Pariwira, 1997, h. 165. dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayanan kesehatan terjangkau. Dua tahun kemudian didirikanlah asrama yatim dan dhu’afa. Awalnya menyatuni dan membina puluhan anak di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhuafa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan. 3 Mizan amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional merupakan sebuah organisasi sosial non-profit yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum dhu’afa. 4 19 juli 1995 dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan para mahasiswa dan aktivisis sosial, mizan amanah didirikan. Dengan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah keberadaan yayasan mizan amanah semakin dipandang oleh masyarakat. Dengan kata Mizan yang artinya timbangan dan Amanah yang berarti terpercaya, Mizan Amanah bangkit menjadi lembaga sosial kemanusiaan yang lebih amanah. 5 Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengembangan Anak Dhua’fa Melalui Pendidikan Non Formal Di Yayasan Mizan Amanah ”. 3 Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah daerah Bintaro Jaya Tangerang Selatan tgl: 12 Juni 2010, pkl: 13:00 di kantor Yayasan. 4 Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah tgl: 13 juni 2010, pkl: 08:00 di tempat belajar anak-anak 5 Hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengurus yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro jaya Tanggerang Selatan tgl: 13 Juni 2010 pkl: 12:00 di kantor Yayasan.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah