Pengembangan anak Dhuafa malalui pendidikan non formal di yayasan mizan amanah

(1)

DI YAYASAN MIZAN AMANAH

NURDIANA RATNA SARI NIM: 106054002053

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

DI YAYASAN MIZAN AMANAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

Nurdiana Ratna Sari 106054002053

Di bawah bimbingan

Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP. 196007201991031001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(3)

PENDIDIKAN NON FORMAL DI YAYASAN MIZAN AMANAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Wati Nilamsari, M. Si M. Hudri M.A NIP: 197105201999632002 NIP: 197206061998031003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Sihabudin Noor, M.A Wati Nilamsari, M.Si NIP: 196902211997031001 NIP: 197105201999632002

Pembimbing

Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP: 196007201991031001


(4)

i ABSTRAK

Nurdiana Ratna Sari

PENGEMBANGAN ANAK DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN NON FORMAL DI YAYASAN MIZAN AMANAH

Yayasan Mizan Amanah ini berdiri untuk mengabdi dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayanan kesehatan terjangkau. Dua tahun kemudian didirikanlah asrama

yatim dan dhu’afa. Awalnya menyatuni dan membina puluhan anak di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan

terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.

Mizan amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’af.

Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan program Yayasan Mizan Amanah dalam melakukan Pengembangan

Anak Dhu’afa dalam Pendidikan Non Formal?. Dan apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal?

Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian Kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah adalah Yayasan Mizan Amanah sebagai mediator, fasilitator, dan pendidik anak-anak agar mereka menjadi anak-anak yang berguna bagi diri mereka sendiri, orang tua dan orang banyak. Selain menjadi pendidik dan mengayomi masyarakat Yayasan mizan Amanah melaksanakan tugas yang kini menjadi program di yayasan

tersebut yaitu “Pendidikan Nonformal” yaitu: Pengembangan Fisik, Pengembangan Intelektual, Pengembangan Emosi, Pengembangan Spiritual, Pengembangan Sosial.

Dengan demikian, Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah adalah untuk memandirikan anak dhuafa agar mereka dapat hidup tanpa adanya ketergantungan terhadap orang lain. Membangun, Mengembangkan, dan membina kehidupannya secara responsif (tanggung jawab) terhadap problem sosial apa pun yang tengah mereka hadapi.


(5)

ii

ﻢﻴﺣﺮﻠﺍﻦﻤﺣﺮﻠﺍﷲﺍﻢﺴﺑ

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Shalawat beriring salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan seluruh umatnya jalan keselamatan dan kemulian dunia akhirat.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitu pun dengan skripsi ini. Banyak keterbatasan dan kekurangan yang masih butuh kesempurnaan dan perbaikan di berbagai aspek. Namun, terselesaikannya skripsi ini merupakan suatu hasil kerja keras penulis dan bantuan dari berbagai pihak yang sebenarnya tidak cukup penulis balas kebaikannya hanya dengan ucapan terima kasih.

Mengingat akan jasa baik yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi, baik moril maupun materil, maka penulis menyampaikan terimakasih terutama kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Usman Ismail, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesesaian skripsi ini.


(6)

iii

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis, serta masukan dan motivasinya selama perkuliahan.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, serta Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya kepada bapak Andi terimakasih karena telah membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis dalam peminjaman buku. 7. Ketua Yayasan Mizan Amanah, Bapak Dede Rohayat dan Para Pengurus Yayasan Mizan Amanah, serta adik-adikku tercinta yang selalu mewarnai setiap perjalanan penulis hingga selesainya skripsi ini.

8. Untuk Papa dan Mamaku tercinta yang selalu memberikan support dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakakku tercinta, yang tidak pernah henti-hentinya memberikan perhatian yang diberikan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 10.Untuk Kekasihku tercinta yang selalu mendukung dan membantu penulis dari

awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

11.Untuk semua keluarga besar jurusan PMI, teman-teman seperjuanganku selama di perkuliahan khususnya PMI angkatan 2006. Lebih khususnya untuk para sahabat-sahabatku, Minarti dan Fitri Rachmawati. Terimakasih atas support dan doa yang diberikan sehingga penulis bisa terus bersemangat walaupun dalam jatuh dan bangunnya penulis dalam penyusunan skripsi.


(7)

iv

kekurangan dan kelebihan yang ada semoga skripsi ini dapat bermanfaat begi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amin Yaa Rabb al-‘Alamiin.

Jakarta, 18 Maret 2011 Penulis


(8)

v

Hal a man

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan ... 13

1. Pengertian Pengembangan ... 13

2. Tahapan Pengembangan... 14

3. Tujuan Pengembangan ... 16

4. Strategi Pengembangan ... 16

B. Anak ...11

1. Pengertian Anak ... 11

2. Anak sebagai fenomena biologis ... 12

3. Anak sebagai fenomena sosial...12

C. Fase Pengembangan Anak ... 17

D. Aspek Pengembangan Anak ... 20

E. Dhuafa ... 23

1. Pengertian Dhu’afa... 23

2. Ruang Lingkup Kaum Dhu’afa ... 24

3. Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa 25 F. Pendidikan Non Formal ... 27


(9)

vi

4. Syarat-Syarat Pendidikan Non Formal... 28

BAB III : GAMBARAN UMUM YAYASAN MIZAN AMANAH BINTARO SEKTOR 3 PONDOK BETUNG A. Sejarah Berdirinya Yayasan Mizan Amanah ... 30

B. Visi dan Misi Yayasan Mizan Amanah ... 32

C. Struktur Manajemen Yayasan Mizan Amanah ... 33

D. Program Pemberdayaan Yayasan Mizan Amanah ... 34

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS HASIL LAPANGAN A. Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah ... 35

B. Pengembangan Yang Dilakukan Yayasan Mizan Amanah Untuk Anak Dhu’afa ... 37

a. Pengembangan Fisik ... 38

b. Pengembangan Intelektual ... 40

c. Pengembangan Emosi ... 40

d. Pengembangan Spiritual... 41

e. Pengembangan Sosial... 43

C. Hambatan, Tantangan Dan Harapan Dalam proses Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal ... 43

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Perguruan Tinggi / Fakultas / Jurusan ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

vii

a. Tabel 1 Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah ... 33 b. Tabel 2 Sertifikat dan Penghargaan ... 32 c. Tabel 3 Data Pendidikan Formal Anak Asuh di Yayasan Mizan Amanah ... 37 d. Tabel 4 Perubahan Tingkat Tinggi Badan Sebelum dan Sesudah Masuk Yayasan Mizan Amanah ... 39 e. Tabel 5 Mata Pelajaran Pendidikan Non Formal TPA ... 42 f. Tabel 6 TPA SMP ... 42 g. Tabel 7 Nama Keseluruhan Anak Yatim Piatu Dan Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah ... 49


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di tengah suasana Bangsa yang penuh keprihatinan dengan hantaman badai krisis yang berkepanjangan, telah menjadikan negeri ini menjadi terpuruk. Namun negeri kini tengah berusaha semaksimal mungkin untuk keluar dari berbagai kesulitan. Krisis yang dirasakan amat hebat ini menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat luas baik Ideologi, Politik, Moral (Akhlak), Sosial, Ekonomi, dan Budaya.

Dalam bidang perekonomian khususnya, terlihat begitu jelas dengan kenaikan berbagai macam harga-harga kebutuhan pokok yaitu sembako. Fenomena ini telah menyebabkan naiknya tingkat kriminal atau kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kelompok demi mencukupi segala kebutuhan agar bisa tetap hidup. Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan:

ﺭﻘ ﻠ ﺩ ﻜ

نأ

ﺭ ﻜنﻭﻜﻴ

٠

“Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran.”(HR. Athabrani).1

Seperti contoh sepenggal hadits di atas yang telah menjelaskan tentang kemiskinan yang begitu berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa dan hati masyarakat. Sehingga seseorang itu menjadi kufur, tidak bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada manusia. Misalnya diberikan nikmat kepada Allah manusia tidak pernah bersyukur, diberikan harta kekayaan manusia tidak pernah bersyukur kepada

1

1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Dr. Muhammad Faiz Almath, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1995), Cet ke I, h. 98


(12)

Allah. Oleh karena itu sebagai seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada manusia.

Belum lagi berbagai macam musibah yang telah melanda negeri ini seperti Gempa Bumi, Tanah Longsor, Kebanjiran, Kebakaran Hutan, Tsunami yang merajalela bahkan semburan lumpur panas mendidih yang keluar dari perut bumi hingga saat ini belum dapat terselesaikan secara tuntas. Dengan adanya bencana alam semestinya menyadarkan kembali akan ajaran kemanusiaan yang mulia ini. Dari kesadaran inilah yang membuat kepedulian sosial menjadi lebih bermakna.

Dari berbagai problem ini telah nampak di hadapan, jutaan penduduk kehilangan mata pencaharian, banyak wanita menjadi janda, banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya, serta terpaksa keluar dari sekolah atau droop out dari sekolah karena ketidakmampuan mereka membayar iuran sekolah dan berapa banyak anak-anak yatim piatu dan dhu’afa yang terlantar. Sedangkan mereka yang masih memliki orang tua terkadang tidak mampu menghadapi hantaman krisis yang begitu hebat. Apalagi mereka anak-anak yatim piatu dan dhu’afa yang hidup di panti-panti asuhan. Mereka semua adalah anak-anak bangsa sekaligus aset berharga yang harus di berdayakan agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Maka dari pembahasan di atas sangat perlu sekali peran pemerintah dan Masyarakat Indonesia yang turut andil dalam program pemberdayaan kaum lemah lebih khususnya anak-anak terlantar (Duh’afa). Dengan adanya pemberdayaan maka kehidupan mereka sedikit demi sedikit dapat terbantu, bahkan menjadi lebih baik dari sebelumnya.


(13)

Pemberdayaan menurut Gunawan Sumohadiningrat adalah “upaya untuk membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong, memberikan

motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya”.2

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yaitu memberikan motivasi kepada anak-anak khususnya bagi anak dhu’afa tentang pentingnya potensi yang mereka miliki. Sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tanpa bergantung kepada orang lain. Serta menjadikan mereka mandiri, dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa khususnya untuk diri sendiri.

Oleh karena itu diperlukanlah lembaga pemerintah seperti yayasan dan panti sosial. Dengan adanya lembaga sosial ini semua masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan sedikit, demi sedikit akan terbantu, sekalipun tidak sesempurna yang diinginkan memberikan bantuan secara cuma-cuma, tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun. Adapun tujuan dari yayasan itu adalah untuk memandirikan masyarakat yang kurang mampu. Oleh karena itu, diberikan pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu agar dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, mereka akan dilepaskan ke masyarakat, tentunya dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan di lembaga sosial ini.

Dengan adanya permasalahan sosial seperti diatas ini penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang permasalahan apa saja yang terjadi di lembaga sosial tersebut. Dalam hal ini penulis akan meneliti lembaga atau Yayasan Mizan Amanah. Yayasan Mizan Amanah ini Sudah 14 tahun Mizan Amanah mengabdi

2

Gunawan Sumohadiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat, (Jakarta:Bina Rena Pariwira, 1997), h. 165.


(14)

dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayanan kesehatan terjangkau. Dua tahun kemudian

didirikanlah asrama yatim dan dhu’afa. Awalnya menyatuni dan membina

puluhan anak di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.3

Mizan amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial

kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’afa.4

19 juli 1995 dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan para mahasiswa dan aktivisis sosial, mizan amanah didirikan. Dengan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah keberadaan yayasan mizan amanah semakin dipandang oleh masyarakat. Dengan kata Mizan yang artinya timbangan dan Amanah yang berarti terpercaya, Mizan Amanah bangkit menjadi lembaga sosial kemanusiaan yang lebih amanah.5 Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengembangan Anak Dhua’fa Melalui Pendidikan Non Formal Di Yayasan Mizan Amanah”.

3

Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah daerah Bintaro Jaya Tangerang Selatan tgl: 12 Juni 2010, pkl: 13:00 di kantor Yayasan.

4

Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah tgl: 13 juni 2010, pkl: 08:00 di tempat belajar anak-anak

5

Hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengurus yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro jaya Tanggerang Selatan tgl: 13 Juni 2010 pkl: 12:00 di kantor Yayasan.


(15)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi masalah pada pengembangan apa yang dilakukan Yayasan Mizan Amanah dalam menjalankan program pendidikan non formal untuk anak dhuafa yang tinggal di lingkungan yayasan.

2. Perumusan Masalah

Kemudian setelah memberikan pembatasan untuk mempermudah peneliti dalam penulisan skripsi, penulis merasa perlu merumuskan masalah yang ada di Yayasan Mizan Amanah, yang perlu dirumuskan dalam pembahasan skripsi ini yaitu:

1. Bagaimana Yayasan Mizan Amanah dalam melakukan Pengembangan

Anak Dhu’afa dalam Pendidikan Non Formal?

2. Apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan apa yang ada di perumusan dan pembatasan masalah di atas, peneliti memiliki tujuan yang sama yaitu:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan program Yayasan Mizan

Amanah dalam melakukan Pengembangan Anak Dhu’afa dalam

Pendidikan Non Formal?

b. Apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal?


(16)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara akademis penting untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat Islam tentang pentingnya suatu lembaga seperti yayasan dalam pengembangan masyarakat yang lebih baik serta memandirikan masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Taylor penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.6

Sedangkan menurut Anselm Strauss penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lainnya dari pengukuran.7

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Yayasan Mizan Amanah Bintaro Jaya Tangerang Selatan. Yayasan Mizan Amanah adalah salah satu lembaga yang peduli terhadap anak-anak yang tidak mampu dalam bidang ekonomi, kehidupan orang-orang disekitarnya, adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

6

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) cet. Ke-1. h.3

7

H.M Djunaidi Ghani, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Prosedur. Teknik Dan Teori Grouned. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet, ke-1 h. 11.


(17)

a. Lokasi penelitian mudah di jangkau

b. Yayasan Mizan Amanah, adalah lembaga independen yang mempunyai hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan dan instansi.

c. Orientasi program menitikberatkan pada pengembangan dari pemberdayaan potensi anak dhuafa yang ada disekitar yayasan.

d. Dalam rangka melaksanakan program, selain melakukan pemberdayaan anak dhuafa dalam bentuk pendidikan nonformal. 2. Subyek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus yayasan yang melaksanakan program pendidikan nonformal. Adapun pengambilan sampel penelitian kualitatif ini adalah dengan teknik pengambilan sampel teoritis. Maksud sampel teoritis adalah pengambilan data dikendalikan oleh konsep-konsep (pemahaman teoritis) yang muncul dan berkembang sejalan dengan pengambilan data itu sendiri. Penelitian kualitatif cenderung terbuka dalam desain dan metodenya, dalam arti desain dan metode pengambilan data dapat dirubah dan disesuaikan dengan konteks dan setting saat penelitian berlangsung.8

8

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3S, UI, 1998),cet ke 1, h. 54


(18)

3. Teknik Pengambilan Data.

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam peneliti ini sebagai berikut :

a. Dokumentasi

Yaitu berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam penelitian melalui dokumentasi peneiti berusaha menyelidiki benda-benda yang tertulis seperti: buku-buku, data-data jurnal, notulen anggaran dana pendidikan dan lain-lain.9 Dengan menggunakan dokumentasi peneliti dapat mengumpulkan data yang tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengambil data tentang kegiatan panti asuhan terhadap masalah yang diteliti.

b. Observasi.

Yaitu alat pengamatan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.10 Dengan demikian penulis diharapkan dapat memperoleh data tentang Yayasan Mizan Amanah yang sesuai dengan penelitian.

c. Wawancara.

Yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara dilakukan kepada ketua yayasan, pengurus yayasan guna untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang yayasan terhadap masalah yang diteliti. Dengan

9

H.M Djunaidi Ghani, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Prosedur. Teknik Dan Teori Grouned. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet, ke-1 h. 133

10


(19)

demikian peneliti memperoleh informasi yang relevan tentang Yayasan Mizan Amanah pada khususnya masalah peranan yayasan dalam pengembangan masyarakat.

4. Sumber Data

Sumber data yang utama adalah subjek utama dalam meneliti masalah di atas untuk memperoleh data-data yang kongkrit. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Yaitu data yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi, wawancara dan dokumentasi Yayasan Mizan Amanah. 2. Data Sekunder

Yaitu buku-buku tertentu, internet, majalah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti buat.

5. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Yayasan Mizan Amanah dari bulan Juni sampai desember 2010.

6. Analisa Data

Yang dimaksud dengan analisa data adalah suatu proses pengumpulan data dan mengurutkan kedalam pola, pengelompokan data tersebut untuk kemudian di analisa agar mendapat kesimpulan berdasarkan data yang ada, yaitu dengan menggunakan data yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang aktifitas pengembangan masyarakat yang dilakukan pihak Yayasan Mizan Amanah


(20)

terhadap anak asuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.11

Pada saat menganalisa data hasil observasi peneliti menginterprestasikan catatan lapangan yang ada kemudian disimpulkan setelah itu, di olah kembali hasilnya untuk kemudian hasilnya di baca oleh penguji.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini disusun dan di analisis berdasarkan beberapa buku dan internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta data-data yang ditemukan di lapangan.

Penulis juga merujuk pada dua skripsi yang pernah membahas permasalahan tersebut yaitu skripsi yang berjudul: yang pertama “Peran Sekolah Alam Kandang Jurank Doank Dalam Pengembangan Kreatifitas Anak di Kelurahan Jurang Mangu” kemudian yang kedua “Peran Yayasan Ar-Rasyid

Dalam Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Di Sawangan Depok. Nama peneliti: Trijadi

Risnanto (0054020019), Reni Safitri (105054002052). Mahasiswa dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah: Bagaimana peran sekolah dalam

pengembangan kreativitas anak dan Bagaimana memberdayakan kaum dhu’afa.

Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis membahas tentang Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non formal di Yayasan Mizan Amanah.

11


(21)

F. Sistematika Penulisan

Pokok-pokok bahasan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi terdiri atas 5 bab, yang setiap bab terdiri dari sub bahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB II Landasan Teori : Pengertian Pengembangan, Pengertian Anak, Pengembangan Anak (Pengertian Anak, karakteristik dan Tahapan

Pengembangan Anak), Dhu’afa (Pengertian Dhu’afa, Ruang

Lingkup Dhu’afa, Usaha-Usaha Pengembangan Dhu’afa), dan Pengertian Pendidikan Non formal (Asas Pendidikan Non Formal, Tugas-Tugas Pendidikan Non Formal, Sifat-sifatnya dan Syarat-syarat Pendidikan Non Formal)

BAB III Gambaran Umum Yayasan Mizan Amanah Dalam Pengembangan Masyarakat di Bintaro Jaya 3 terdiri dari Latar Belakang berdirinya Yayasan, visi dan misi, struktur organisasi, Proses pengrekrutan anak, perolehan dan distribusi dana yayasan, keadaan yayasan, kegiatan yayasan.

BAB IV Analisis (Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah).

BAB V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.


(22)

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan

1. Pengertian Pengembangan

Secara etimologis, pengembangan berasal dari kata kembang yang mempunyai, proses, cara, perbuatan mengembangkan.1 Sedangkan, secara terminologis, pengertian pengembangan antara lain:

a. Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Personalia” berpendapat bahwa pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat-sifat kepribadian.2 b. Menurut Nanih Machendarawaty dan Agus Ahmad Syafei

“Pengembangan” adalah membina dan meningkatkan kualitas.3

c. Istilah pengembangan yang merupakan terjemahan dari kata development, sebenarnya mencakup banyak aspek. Jika ditinjau dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang mencakup bidang ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik. Namun semuanya akan selalu menuju kepada proses perubahan aspek kehidupan manusia, baik individu atau kelompok, menuju ke arah yang lebih positf.4

Pengembangan secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan mengembangkan diri sendiri adalah membuka

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1955), h. 44

2

T. Hani Handoko Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE, 1996), cet. Ke-10, h. 104

3

Nanih Machendarawaty Dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1, h. 29

4


(23)

lebar, membentangkan, menjadikan besar, menjadikan maju (baik, sempurna, dan sebagainya).5 Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan adalah proses menjadikan sesuatu agar lebih banyak dan baik.

Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, menyebutkan bahwa pengembangan bisa disebut juga pemberdayaan.Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan seuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatakan kepada perubahan.6

2. Tahapan Pengembangan

Secara sederhana, tahapan pengembangan dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:7

- Identifikasi program; tahap identifikasi program dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, pemda, tim dan lainnya. Dari hasil identifikasi program ini akan dihasilkan skala prioritas program dan sumber-sumber pendanaan yang disepakati secara bersama-sama pertahun anggaran atau selang waktu tertentu. Bentuk identifikasi ini dapat difasilitasi dengan lokakarya khususnya / regular meeting ataupun forum konsultasi yang diadakan secara periodic atau pun pertahun anggaran.

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9, h. 414

6

Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2000), cet. Ke-1, h. 32-33

7


(24)

- Perancangan program. Hasil dari identifikasi program tersebut kemudian digulirkan kepada publik. Kepada kelompok-kelompok masyarakat yang ingin terlibat diberikan guidelines / panduan tentang:

a. Proposal yang harus diajukan b. Pagu dana yang diberikan

c. Tipe-tipe program yang akan digulirkan

d. Skala waktu penerimaan proposal sampai dengan proposal yang disetujui.

- Rancangan program yang dibuat oleh kelompok masyarakat secara minimal haruslah sudah berisikan tentang:

a. Tujuan dari program itu

b. Aktivitas yang akan dilakukan c. Hasil yang diharapkan

d. Sumber daya yang akan digunakan termasuk persoalan pendanaan. - Penilaian program; penilaian program seyogianya dilakukan oleh sebuah

tim khusus yang diambil dari jaringan / forum. Penilaian yang dilakukan meliputi hal-hal yang terkait dengan rancangan program yang didasarkan kepada kriteria dan indikator tertentu seperti: pagu dana, keterkaitan usulan program dengan tema program yang disepakati, keterwakilan pelibatan masyarakat dalam program dan lain sebagainya. Hasil dari penilaian ini adalah rekomendasi yang akan diberikan kepada tim yang berisikan program-program yang dianggap layak untuk dijalankan

- Persetujuan; hasil dari penilaian itu adalah merupakan persetujuan bahwa program tersebut dapat disetujui untuk dijalankan termasuk di dalamnya


(25)

persetujuan tentang pendanaan dan lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam sharing pendanaan program jika ada.

3. Tujuan pengembangan

Secara umum, tujuan pengembangan adalah menciptakan lingkungan yang kondusif dan harmonis antara stakeholders, pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.Selain itu, juga memberikan nilai tambah secara sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar dan pemerintahnya.8

Adapun tujuan pengembangan adalah diarahkan pada terbentuknya masyarakat yang memiliki yang kuat, akhlak mulia dan sikap istiqamah dengan memiliki keahlian.9

4. Strategi Pengembangan

Sebagai sebuah praktik sosial dalam rangka membantu sebuah masyarakat menjadi berkembang dan memiliki kapasitas, maka pengembangan memerlukan strategi dalam penerapannya.Hal ini untuk mendukung keberhasilan program ini dalam pelaksanaan di lapangan.

Strategi ini terdiri dari perencanaan kegiatan yang terdiri di dalamnnya kajian potensi dan alternatif kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang di dalamnya terdiri dari sikap dan perilaku, kemudian pemantauan kegiatan yang di dalamnya terdiri monitoring perkembangan, evaluasi kegiatan yang di dalamnya meliputi kajian hasil akhir sebuah program, dan terakhir adalah penjagaan kebutuhan yang di dalamnya memuat kajian masalah dan kebutuhan.

8

Ibid: h. 41

9

Sulisyanto, Arah dan Tujuan Pengembangan Masyarakat Islam, dalam jurnal Pengembangan Islam, (Yogyakarta: UIN sunan Kalijaga, 2003), h. 38


(26)

B. Anak

1. Pengertian Anak.

Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan bakat dan kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak akan mampu mencapai taraf kemanusiaan yang normal, oleh karena itu anak membutuhkan figur seorang guru atau orang yang menjadi pacuan hidupnya dalam hal ini kedua orang tuanya yang menjadi cermin bagi seorang anak.

Sobur 1988, mengartikan anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.10 Sedangkan menurut Jhon Locke, anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.11 Augustinus mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa anak adalah pribadi yang sangat polos dalam arti anak mempunyai pikiran dan hati yang bersih serta sensitif terhadap rangsangan yang diterima oleh lingkungan di sekitarnya baik keluarga, teman serta lingkungan diluar rumah dan sekelilingnya. Dan

10

Agus sujanto, Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-7, h. 35.Sobur 1988

11

Tentang Pengertian Anak” www.duniapsikologi.dagdigdug.com diperbaharui tanggal 30 April 2010 pukul: 13:20


(27)

mempunyai kepekaan yang kuat sehingga orang tua harus selalu berhati-hati dalam perketaan dan perbuatan dengan anak-anak terutama bagi anak yang usianya masih labil.

2. Anak sebagai fenomena biologis

Secara biologis, anak adalah orang yang mengalami fase perkembangan masa kanak-kanak (childhood), yaitu fase antara balita dengan dewasa. Anak sebagai fenomena biologis, anak juga dapat diartikan sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan yang belum mencapai tingkat utuh. Kenyataan itu dapat ditandai dari kondisi fisik, organ reproduktif, kemampuan motorik, kemampuan mental dan psikososialnya yang dianggap masih belum terselesaikan. Memahami anak dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan yaitu masa bayi, balita, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir.

3. Anak sebagai Fenomena Sosial

Sebagai fenomena sosial, anak dianggap tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan tindak sosial tertentu, karena tingkat perkembangan mental dan psikososialnya yang kurang.

C. Fase Pengembangan Anak

Dalam hal ini penulis membagi pengembangan anak dari mulai bayi hingga dewasa serta proses pengembangan secara normal. Proses pengembangan secara normal itu akan menjadikan anak berkembang secara baik dan yang pastinya selalu diharapkan kepada setiap orang tua-orang tua lainnya.

Secara umum proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam pengembangan sesuatu, adapun yang dimaksud kata proses dalam


(28)

pengembangan anak adalah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang anak, baik yang besifat jasmani maupun rohani, tingkah laku yang baik maupun yang buruk.12

Tahap-tahap pengembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang.Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan pengembangan dalam pengertian periode atau fase pengembangan.

Klasifikasi periode pengembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.

Perkiraan rata-rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada setiap periode tahap tahap pengembangan manusia:

- Periode prakelahiran (prenatal period) ialah di awali dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan dalam periode 9 bulan.13

- Masa bayi (infacy) ialah periode pengembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta, Rosda, 2000), h. 48.

13

www.psikologizone.com fase-faseperkembangan manusia (Bandung diperbaharui, 18 Mei 2009) pukul: 21:15


(29)

sensorimotor, dan belajar sosial.

- Masa awal anak-anak (early chidhood) yaitu periode pengembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.

- Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode pengembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

- Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada


(30)

perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

- Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode pengembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa pengembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

- Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode pengembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

- Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode pengembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial baru.


(31)

D. Aspek pengembangan anak 3.1.Pengembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relativ seimbang.Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

3.2.Pengembangan Intelektual

Pengertian intelektual.Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya :

 Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991).

 Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru.

Jadi, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berfikir abstrak, menalar, bertindak secara efisien dan efektif, serta dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di lingkungan. Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu :


(32)

a. Periode sensori motorik (0-2 tahun) b. Periode pra operasional (2-7 tahun) c. Periode operasional konkrit (7-11 tahun) d. Periode operasional formal (11-16 tahun)

Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual.Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.

3.3.Pengembangan Emosi

Pengembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai: merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.

Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.

3.4.Pengembangan Spiritual

Menurut Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki.Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita


(33)

namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral.

Jadi berdasarkan arti spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan.

3.5.Pengembangan Sosial

Pengembangan Sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.

Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

E. Dhu’afa

1. Pengertian Dhu’afa

Makna dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk jamak dari

kata “dha’if”.Kata ini berasal dari akar kata “dha’afa atau dha’ufa-yadh’ufu

-dhu’fan atau dha’fan”14

yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan berlipat ganda.Menurut al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari

14

Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an tentang pemberdayaan dhu’afa (jakarta) h.11


(34)

quwwah yang berarti kuat.15

Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah kedua

berarti berlipat ganda seperti contoh ayat yang mengandung arti bertambah atau berlipat ganda. Yaitu dalam surat An-Nisa ayat 28, yaitu:

SURAT AN-NISA AYAT 28

ر

د

ﺄ ﷲ

ن

ڧڧ

ﻢﻜ

ۚ

و

ﺎﻔﻴ ﺿ ﺴ ﻹﺂ ﻖﻠﺧ

٢٨

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.”

2. Ruang Lingkup Kaum Dhu’afa

Timbulnya komunitas dhu’afa bukanlah timbul dengan sendirinya

fenomena ini merupakan pengejawean dari sunnatullah, layaknya sunnatullah seperti adanya siang dan malam.

Kondisi ini yang kerap mendapatkan perlakuan tak layak dikalangan masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa karena boleh jadi yang kita sekarang akan mendatangkan kebahagiaan. Al-qur’an ketika menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu’afa, yaitu:

- Orang Fakir

- Orang Miskin

- Anak Yatim

15


(35)

- Ibnu Sabil

- Tawanan Perang

- Kaum Cacat

- Al-Gharim / orang-orang yang berhutang

- Al-Abdu wa Al-Riqad / hamba sahaya dan budak

Pada dasarnya setiap individu yang lahir kedunia tidak ingin dilahirkan dalam keadaan miskin atau lemah, namun keduanya akan timbul melalui serentetan sebab musabab.

Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu sendiri, seperti: sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-lain.

b. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan yang terjadi berasal dari faktor luar individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya atau sistem ekonomi yang otoriter, yang hanya menguntungkan pemilik modal saja.

c. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas di tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari Tuhan.16

16

Syahrini Harahap, Islam : Konsep dan Implementasi pemberdayaan (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana. 1999), h. 86.


(36)

3. Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa

Kaum dhu’afa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah, menderita, sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah dalam ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama.Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan diperlakukan sewenang-wenang.

Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan dan pembelaan.Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah masalah dan

membantu kaum dhu’afa agar kehidupan mereka tidak lemah, sengsara dan

menderita. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan antara lain: Memberikan pendidikan, Bantuan Sosial, Memberikan Perlindungan Pemberdayaan dan Jaminan Sosial.

a. Memberikan Pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian juga bagi kaum dhu’afa untuk menanggulangi kebodohan dan keterbelakangan mereka.

Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk kepada

kaum dhu’afa.

b. Bantuan Pemberdayaan

Bantuan pemberdayaan perlu di beritakan bagi kaum dhu’afa agar mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada beberapa manfaat


(37)

yang akan mereka peroleh yaitu:

1. Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak bergantung kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.

2. Mengurangi dan bahkan dapat menghilangkan kelemahan, penderitaan, kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan mereka.

3. Agar mereka menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan.17

F. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak telalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.18

Dari pengertian diatas, Yayasan Mizan Amanah lebih menekankan kepada anak-anak asuhnya pada pendidikan Non Formal.Dan peneliti pun lebih mengarah kepada pendidikan Non Formal yang berada di Yayasan Mizan Amanah.

1. Asas pendidikan non formal

Seperti pendidikan formal, pendidikan non formal mempunyai asas-asas yang menjadi pedoman bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pendidikan ini.

1) Asas inovasi

2) Asas penentuan dan perumusan tujuan pendidikan non formal.

3) Asas perencanaan dan pengembangan program pendidikan non

17

MK muhsin, Menyayangi Dhu’afa (jakarta: Gema Insani Press, 1)h.146

18

Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke 1, h. 79


(38)

formal.19

2. Tugas-Tugas Pendidikan Non Formal.

Tugas pendidikan non formal adalah membantu kualitas dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan.20

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi dari pendidikan nonformal mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

3. Sifat-sifat Pendidikan Non Formal Sifat-sifat yang dimaksud adalah:

1) Pendidikan non formal lebih fleksibel

2) Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien untuk bidang-bidang pelajaran tertentu.

3) Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam waktu yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki kecakapan.

4) Pendidikan non formal sangat instrumental artinya pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat.

19

Sudjana SF, Djudju. (1983). Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-Azas), Theme, Bandung. Hal.4

20


(39)

4. Syarat-Syarat pendidikan non formal

Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal diatas, tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut dilaksanakan dan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan. Akan tetapi tidak demikian prakteknya, karena dalam pelaksanaan pendidikan non formal harus memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan sebagai berikut:

1) Pendidikan non formal harus jelas tujuannya.

2) Ditinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non formal harus menarik baik hal yang akan dicapai maupun cara-cara melaksanakannya.

3) Adanya integrasi pendidikan non formal dengan program-program pembangunan masyarakat.21

21

Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke 1, h. 85


(40)

30

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Mizan Amanah

Yayasan Mizan Amanah merupakan yayasan berdiri secara bertahap mempunyai cita-cita membahagiakan masyarakat yang kurang beruntung dalam arti yang kurang mampu baik dalam segi keuangan, serta kemampuan dalam berilmu yang amat sangat kurang sekali dalam kehidupannya.

Mizan Amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’afa.1

19 juli 1995 dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan para mahasiswa dan aktivisis sosial, mizan amanah didirikan. Dengan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah keberadaan Yayasan Mizan Amanah semakin exis. Dengan kata Mizan yang artinya timbangan dan Amanah yang berarti terpercaya, mizan amanah bangkit menjadi lembaga sosial kemanusiaan yang lebih amanah.2

Sudah 14 tahun Mizan Amanah mengabdikan dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayaanan kesehatan terjangkau dan dua tahun kemudian didirikanlah asrama yatim dan dhu’afa. Di awali dengan menyatuni dan membina puluhan anak,

1

Wawancara dengan bagian Pendidikan Yayasan Mizan Amanah pak Abdul Malik hari Sabtu tanggal 23-10-2010 di tempat belajar anak-anak Yayasan Mizan Amanah

2

Buku panduan Yayasan Mizan Amanah untuk para sumbangan di perbaharui tgl 19 january 2009, pukul: 08:05


(41)

sekarang di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.

Puncak kepercayaan masyarakat dan pemerintah kepada Yatim Piatu dan Dhuafa Mizan Amanah. Alhamdulillah pada tahun 2008 berturut-turut yayasan Mizan Amanah mendapat pengharagaan dari gubernur Jawa Barat dan Menteri Sosial RI sebagai orsos berprestasi tingkat Nasional.

Kami percaya bahwa segala bentuk perubahan untuk menuju ke arah yang lebih baik bisa kita lakukan dengan cara memberikan kontribusi nyata dan langsung dengan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita masing-masing.

Dari perjalanan atau sejarah berdirinya mizan amanah dapat disimpulkan bahwa yayasan mizan amanah berdiri secara bertahap dan tidak semudah membalik telapak tangan. Di awali dengan membuka klinik bersalin, sehingga pada akhirnya karena dengan niat yang tulus untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung dalam arti kurang mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehingga membutuhkan layanan atau uluran tangan dari masyarakat yang beruntung di kehidupannya, maka dari itu berdirilah sebuah yayasan yang mempunyai niat untuk membantu masyarakat yaitu Yayasan Mizan Amanah.


(42)

B. Visi dan Misi Yayasan Mizan Amanah 1. Visi Yayasan Mizan Amanah:

Menjadikan Mizan Amanah sebagai lembaga sosial kemanusiaan pengelola anak yatim dan kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional. Penjelasan singkat tentang visi mizan amanah sebagai berikut:

a. Mizan Amanah adalah lembaga sosial kemanusiaan yang bergerak dalam penyantunan dan pemberdayaan anak yatim dan kaum dhu’afa. b. Pengertian dhu’afa adalah anak yatim piatu, fakir ,miskin dan atau

yang tergolong kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. c. Lebih amanah artinya pelayanan yang dilakukan bersumber dari

nilai-nilai kepercayaan tanpa ada yang disembunyikan.

d. Terbaik tingkat nasional adalah menjadikan kaderbinaan yang mandiri dan berdaya saing tinggi dan diakui secara nasional.

2. Misi Yayasan Mizan Amanah:

a. Mengelola, mendidik dan menyantuni kaum dhua’fa sehingga menjadi muslim yang hakiki.

b. Menjadi fasilitator maliyah yang amanah dan melayani layanan amal shaleh yang professional

Penjelasan singkat tentang Misi Mizan Amanah sebagai berikut:

a. Mewujudkan kaderbinaan yang mandiri, kuat secara ilmu dan sehat secara fisik serta berjiwa ihsan.

b. Menjadi media terpercaya dalam penyaluran zakat, infak, shadaqah, wakaf dan amal shaleh lainnya yang akuntabel.


(43)

C. Struktur Manajemen Yayasan Mizan Amanah

Dewan Pembina : Aos Saepudin

: Dedi Effendi

Ketua Dewan Syariah : Ust. Fuad Hasyim Robbani

Direktur : Andri Yanto, SHI

Manager Keuangan : DeniWastiadi, SE Pelayanan dan Pemberdayaan : Dindin Suryanto

Fundraising : Nurdin Latif

Wakaf : Fuad HR

Manager Area : Dede Rohayat

Tabel 1

Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah Tahun 2010-20113

No Tingkat Jumlah

1. PraSekolah 4

2. SD 14

3. SMP 5

Jumah anak Yatim Piatu dan Dhuafa 23

3

Data Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah Tahun 2010-2011, data ini diambil tanggal 1 januari 2011


(44)

D. Program Pemberdayaan Yayasan Mizan Amanah Program Pemberdayaan kaum dhuafa melalui zakat produktif

 Dhuafa Bangkit Adalah program pemberdayaan bagi kaum dhuafa yang bertujuan untuk memberikan peluang kepada kaum dhuafa yang mempunyai motivasi untuk berubah dengan memberikan bantuan stimulant baik berupa motivasi, pengarahan dan bimbingan manajemen, pemberian bantuan permodalan bergulir, sehingga menghasilkan entrepreneur yang mandiri serta dapat menjadi motor penggerak ekonomi baik, bagi dirinya, keluarga dan masyarakat lainya.

Exelent training centre adalah program pendidikan dan latihan untuk pengembangan sumber daya manusia terkhusus dalam pengembangan pendidikan life skill yang diperuntukan untuk anak-anak yatim, kaum dhuafa serta para pengusaha kecil mandiri.


(45)

35

A. Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah

Yayasan Mizan Amanah berperan untuk membantu masyarakat yang sedang dalam keadaan sulit, baik dalam segi perekonomian serta kelanjutan hidup mereka kedepan dan yang lebih penting lagi untuk keberlanjutan hidup anak-anak mereka yang menjadi penerus masa depan kehidupan mereka yang lebih terang. Oleh karena itu Yayasan Mizan Amanah hadir untuk membantu mereka. Serta berusaha untuk memfasilitasi segala kebutuhan mereka.

Rumah yatim piatu dan dhuafa ini berdiri karena ingin membantu memfasilitasi layanan amal bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya di daerah bintaro. Bintaro adalah lingkungan yang statusnya rata-rata menengah ke atas, dan dari hasil survei pengurus yayasan Mizan Amanah hampir 80% status pendidikanya yaitu S1 ke atas. Tidak jauh dari bintaro seperti di daerah pondok ranji yang minus kumuh sekali, sehingga hampir tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Yayasan Mizan amanah hadir dalam rangka menjembatani antara kaum agnia dan kaum dhuafa.

Rencana awal Yayasan Mizan Amanah hanya membuka kantor cabang saja, namun karena seiring berjalannya waktu, seperti pengajuan anak-anak yatim salah satunya yaitu ada anak yang terlantar di masjid selama 5 hari, yaitu tepatnya berada di masjid An-nashr, kemudian salah satu warga datang ke Yayasan Mizan Amanah untuk meminta di tampung disini dan sampai saat ini sudah ada 17 anak yang statusnya berbeda-beda yaitu ada yang bapaknya meninggal, ibunya masuk rumah sakit jiwa, sementara keluarganya sangat minus dari ekonomi.


(46)

Dan untuk pertama kali buka pengurus Yayasan Mizan Amanah langsung melakukan uji coba ke warga sekitar Bintaro Jaya kemudian setelah melihat dari respon masyarakat di sini sangat baik dan kemudian kami mencoba membuka cabang baru Yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro Jaya.1

Oleh karena itu dengan adanya Yayasan Mizan Amanah diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar bintaro jaya lebih khususnya bagi perkembangan anak-anak yang berada di lingkungan tersebut, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti layaknya anak-anak yang sebaya dengan mereka.

Yayasan Mizan Amanah berdiri untuk anak-anak agar kreatifitas mereka dapat tersalurkan, sehingga mereka bebas untuk mengekspresikan diri disini namun tetap dalam batas-batas tertentu.Kemudian mereka juga diarahkan kearah yang baik, islami, serta berpengetahuan luas. Dan anak-anak di Mizan Amanah sama seperti anak-anak yang sebaya mereka tetap dapat bergaul dengan masyarakat di sekitar Bintaro, namun dengan waktu-waktu tertentu. Karena mereka dibatasi dengan jadwal-jadwal yang sangat padat, jadi waktu bermain pun mereka sangat sempit.

Kemudian dari segi pengrekrutan anak Yayasan Mizan Amanah memiliki prosedur persyaratan untuk layak atau tidakkah Anak tersebut masuk ke dalam Yayasan ini. Serta harus memenuhi standar persyaratan yang ada di Yayasan Mizan Amanah yaitu:

- Harus ada surat kematian orang tuanya

- Harus ada keterangan tidak mampu dari aparat setempat

- Dan ada bukti dari keluarga yang ditinggalkan, seperti ada Kartu Keluarga atau keterangan anak tersebut sekolah. Dan apabila persyaratan-persyaratan tersebut

1

Hasil wawancara peneliti dengan ketua yayasan Mizan Amanah Bintaro Jaya tgl: 19 Agustus 2010, pukul: 13:00, setelah sholat dzhuhur berjamaah.


(47)

terpenuhi, dan dari pengurus Yayasan Mizan Amanah mengkroscek ke lapangan apakah data yang diajukan sesuai dengan yang ada di lapangan.

Karena banyak ibu atau bapak yang datang ke Yayasan Mizan Amanah untuk meminta bantuan untuk anaknya, kemudian dengan alasan anaknya yatim dan anak yang dibawa tidak sedikit ada yang bawa dua, tiga atau bahkan lima anak yang mereka bawa. Dari Yayasan Mizan Amanah tidak dapat percaya hanya sebatas pengakuan lisan, tanpa ada dokumentasi bukti rujukan untuk kita bisa menerimanya, dan kalau semuanya sudah jelas dari sisi keluarga sudah tidak ada yang merawatnya sudah akan kami asramakan, tetapi kalau misalkan surat keterangan lengkap, dari keluarga yang tidak mampu, dan dari ibunya masih kelihatan sehat, masih bisa mengurus anaknya, dan kami sebagai pengurus Yayasan memberi saran untuk dirawat oleh ibunya sendiri, karena kasih sayang ibu tidak akan tergantikan oleh posisi kami sebagai pengurus, dari pengurus yayasan mizan amanah akan membantu untuk operasional sekolahnya setiap bulan dan sembako, untuk yang kasusnya sama 101 anak yang rutin kami santuni setiap bulan baik sembako, beras, dan lainnya. Serta uang dan transportasi untuk sehari-harinya 100 juta untuk 10 ribu binaan dan total keseluruhan dari jabodetabek 3.652 binaan.

Kemudian untuk masalah pendidikan formal atau sekolah mereka tetap melakukan aktivitas sebagaimana anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.Untuk sekolahnya itu mereka sendiri yang mencari sekolahnya, karena di Yayasan Mizan Amanah ini belum memfasislitasi sekolah untuk anak-anak.Yayasan Mizan Amanah hanya memfasilitasi rumah dhuafa untuk mereka singgah. Karena dari latar belakang mereka yang berbeda dan sekolah yang berbeda pula, namun bagi yang asal sekolahnya jauh mungkin akan di pindahkan ke sekolah yang lebih dekat agar mereka tidak sulit untuk melakukan kegiatan belajar.


(48)

Table 2

Data Pendidikan Formal Anak Asuh di Yayasan Mizan Amanah di tahun 2010-20112

No Kelas Umur

1. 6 SD 3 orang

2. 2 SMP 2 orang

3. 3 SD 6 orang

4. Pra Sekolah 4 orang

5. 2 SD 1 orang

6. 5 SD 3 orang

7. 1 SMP 3 orang

B. Pengembangan Yang Dilakukan Yayasan Mizan Amanah Untuk Anak Dhuafa

Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, menyebutkan bahwa pengembangan bisa disebut juga pemberdayaan.Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatakan kepada perubahan.3

2

Data Pendidikan Formal Anak Asuh di Yayasan Mizan Amanah di tahun 2010-2011, data ini diambil tanggal 1 januari 2011

3

Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2000), cet. Ke-1, h. 32-33


(49)

Dari pendapat Rukminto adi, tujuan dari Mizan Amanah yaitu untuk memberdayakan kehidupan mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri tanpa ada ketergantungan terhadap orang lain. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan Anak Yayasan Mizan Amanah dapat terangkum dan tersususn di sini yaitu:

a. Pengembangan Fisik

Melihat dari begitu pentingnya kesehatan untuk anak-anak asuh yang berada di Yayasan Mizan Amanah, dan mereka dalam tahap pertumbuhan.Oleh karena itu di yayasan ini mengadakan pembinaan fisik untuk anak-anak asuh.

Kegiatan pembinaan fisik yang sampai saat ini dilakukan adalah olah raga pagi seperti lari pagi sudah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan sebagai pembinaan fisik.Kemudian pembinaan olah raga renang juga menjadi kegiatan rutin dilakukan oleh anak-anak yang berada di Yayasan Mizan Amanah, tetapi dilakukannya seminggu sekali dan bergiliran dengan olah raga sepak bola Yayasan Mizan Amanah sengaja melakukan ini karena di khawatirkan mereka jenuh melakukan kegiatan ini.4

Kegiatan olahraga ini berguna untuk: - Menyehatkan tubuh mereka

- Memperbaiki pertumbuhan mereka sehingga menjadi lebih sehat - Menambah wawasan mereka akan dunia luar.

Dengan demikian pendidikan itu bukan hanya di dapatkan hanya di sekolah saja.Namun pendidikan dapat dilakukan dimana saja tanpa ada batasnya seperti mengembangkan intelektual, fisik, emosi, sosial serta spiritual anak pun harus di kembangkan dalam rangka memajukan anak bangsa yang cerah.

4

Hasil wawancara peneliti dengan ketua yayasan Mizan Amanah Pak Dede Rohayat, tempat wawancara di kantor Yayasan Mizan Amanah tgl: 3 Juli 2010, Pukul: 09:00


(50)

b. Pengembangan Intelektual

Di yayasan Mizan Amanah ini ditekankan pada pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, karena anak-anak disini fikirannya, serta gerak-geriknya itu masih sangat labil dalam arti masih sangat cepat menyerap apa yang dilakukan oleh orang lain jadi, kemungkinan mereka bisa cepat menangkap dan dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik.

Motifasi dari yayasan Mizan Amanah yang selalu mendorong anak didiknya menjadi lebih berguna untuk dirinya sendiri, masyarakat serta untuk meneruskan kelanjutan hidup mereka yang lebih baik.Jadwal keseharian anak Yayasan Mizan Amanah bagi yang sekolah SD. Mereka masuk sekolah pagi-pagi, seperti anak-anak sekolah lainnya.Mereka belajar dengan giat dan mendapatkan hasil yang memuaskan.Sedangkan untuk anak SMP belajar untuk sekolah setiap harinya, mereka dimulai dari siang hari sekitar pukul 12:00 sampai jam 05:00 sore.

c. Pengembangan Emosi

Hal yang penting dari pengembangan emosi yaitu, emosional digeneralisasi oleh para pendidik terutama guru, pembimbing, dan orang tua ternyata emosi dengan segala karakteristiknya dapat mempengaruhi tubuh dalam melakukan berbagai tindakan. Akibat dari kurangnya perhatian kasih sayang pada anak-anak ialah terjadi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak.

Emosi anak yang terlantar akan mempengaruhi perkembangan motorik anak diantaranya perkembangan kemampuan untuk duduk, berdiri, berjalan, serta perkembangan lain dalam diri anak menjadi terhambat. Keadaan ini cenderung menimbulkan keterlambatan apabila disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan anak menjadi tidak bahagia, bahkan sampaikan pada tahap pertumbuhan mereka sampai nanti dewasa.


(51)

Oleh karena itu dari pembahasan diatas yayasan mizan amanah membantu agar pertumbuhan anak sejak dini hingga nanti kedepan, akan menjadi manusia yang berguna. Di mizan amanah setiap subuh akan diadakan pembelajaran keagamaan yaitu: shalat, mengaji agar hati ini selalu di jaga dan selalu dilindungi oleh Allah SWT.

d. Pengembangan Spiritual

Kegiatan yang dilakukan Yayasan Mizan Amanah dalam pengembangan spiritual yang sampai saat ini dilakukan yaitu:

- Shalat tahajud berjamaah yang dilakukan setiap hari minggu, karena dikhawatirkan mereka lelah atau terkadang mereka tertidur saat waktunya belajar.

- Shalat subuh, zuhur, asar, magrib dan isya wajib berjamaah

Kemudian anak-anak di Mizan Amanah diberikan program bagi anak yang belum sekolah atau pra sekolah dalam tanda kutip masih kecil sekitar umur 3 atau 4 tahun biasanya masih diberikan kebebasan untuk bermain tetapi harus tetap belajar mengaji paling tidak mengenal huruf-huruf bahasa arab, sedangkan anak yang sudah masuk SD atau minimal anak SD

itu sudah harus hafal juz ‘amma, sedangkan anak SMP minimal hafal surat Al-Baqarah.

Pelajaran ini dimulai pada sore hari sekitar jam 16:00 sampai jam 17:00 sore. Ini dilakukan setelah mereka melakukan aktifitas belajar di sekolah mereka masing-masing

Tabel 3

Mata Pelajaran Pendidikan Non Formal TPA

No Hari Mata pelajaran

1 Senin Doa-Doa harian dan membaca Iqra 2 Selasa Fiqih dan membaca Iqra 3 Rabu Bahasa Arab dan membaca Iqra


(52)

4 Kamis Hafalan Juzama dan membaca Iqra 5 Jumat Permainan dan membaca Iqra 6 Sabtu Hadits dan membaca Iqra 7 Minggu Bahasa Inggris dan Berenang

Sedangkan untuk anak SMP belajar keagamaan dimulai pagi dari jam 08:00 sampai jam 09:00 pagi, sebelum mereka melakukan aktifitas belajar mereka sehari-hari. Untuk anak SMP ini di fokuskan untuk menghafal Al-Quran, dan pada saat ini sudah mencapai surat Al-Baqarah dari ayat pertama sampai ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Tabel 4 TPA SMP

No Hari Mata pelajaran

1 Senin Tahfidz Al-Quran

2 Selasa Tahfidz Al-Quran

3 Rabu Tahfidz Al-Quran

4 Kamis Tahfidz Al-Quran

5 Jumat Tahfidz Al-Quran

6 Sabtu Bahasa Arab

7 Minggu Bahasa Inggris dan Berenang

Di rangkaian ini kita dapat melihat perubahan-perubahan baik dari segi fisik, intelektual, emosi, social, spiritual, yang perubahannya pun semakin lama semakin membaik sehingga menjadi manusia-manusia yang berguna untuk keberlanjutan hidup mereka kedepan.


(53)

e. Pengembangan Sosial

Pengembangan Sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.

Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.5

Di yayasan mizan amanah ini anak-anak dididik selalu menjadi anak yang saling sayang menyayangi anatara yang lebih tua dengan yang lebih kecil harus saling bantu membantu dan tolong menolong antara sesama.

C. Hambatan, Tantangan Dan Harapan Dalam Proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal

Dalam proses perjalanan Yayasan Mizan Amanah dalam pengembangan anak hingga saat ini banyak tantangan dan hambatan yang harus di lalui, mengingat dari latar belakang mereka yang berbeda-beda serta dari pola hidup mereka yang tidak teratur. Sedangkan ketika masuk ke Yayasan Mizan Amanah ini sudah diatur sedemikian rupa, sehingga waktu untuk bermain, dan menonton televisi itu sangat jarang, kalau pun ada itu hanya sabtu dan minggu saja. Proses perubahan ini sangat berat sekali mereka lalui. Namun keinginan dari pengurus yayasan Mizan Amanah ini ingin merubah mereka menjadi anak-anak yang cerdas dan berkualitas itu sangat tinggi. Sehingga sampai saat ini mereka menjadi anak yang semua orang

5


(54)

harapkan, namun masih membutuhkan proses yang cukup panjang untuk menjadikan kader-kader yang berguna bagi kelangsungan hidup mereka. Hambatan yang mereka lalui yaitu:

1. Hambatan pemasukan keuangan yang kuarang terpenuhi sehingga pengurus pun terkadang kewalahan dengan pengeluaran yang sangat banyak.

2. Fasilitas sarana dan prasarana anak Yayasan Mizan Amanah untuk mengembangkan kreatifitas, skil mereka agar tersalurkan. Seperti komputer, arena permainan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya

Kemudian dari pengurus yayasan mempunyai ide untuk mengatasi ini semua. Mereka membuat kotak amal peduli anak-anak yatim dan dhuafa, kotak amal ini di letakan di toko-toko supermarket, swalayan serta di depan yayasan Mizan Amanah. Kotak amal ini dengan sengaja diletakkan agar mempermudah orang-orang untuk beramal, karena mungkin mereka tidak ada waktu untuk mengunjungi yayasan Mizan Amanah ini.Dengan adanya kotak amal ini untuk memudahkan para donatur untuk menyumbangkan hartanya di kotak amal ini.

Namun terkadang ada tantangan ketika dari pengurus yayasan meletakkan kotak amal ini ada yang tidak suka menerima kotak amal ini diletakkan di toko mereka dengan alasan dari pengurus Yayasan ini harus izin ke pak RT setempat dan harus izin ke pemilik toko ini.Kemudian ada juga yang membongkar kotak amal Yayasan mizan Amanah, seharusnya kotak amal ini milik anak-anak Yayasan Mizan Amanah untuk membantu kekurangan keuangan mereka.

Namun hingga saat ini kejadian seperti itu sudah tidak teulang lagi karena niat dari Yayasan Mizan Amanah ini baik yaitu untuk membantu menolong anak yang kurang


(55)

mampu.Sehingga kekurangan itu sudah ditutupi dengan adanya para donatur-donatur yang merelakan sedikit hartanya untuk Yayasan Mizan Amanah.6

6


(56)

46 A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan program Yayasan Mizan Amanah dalam melakukan Pengembangan

Anak Dhu’afa dalam Pendidikan Non Formal?. Dan apa hambatan dan tantangan

dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal? Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara akademis penting untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat Islam tentang pentingnya suatu lembaga seperti yayasan dalam pengembangan masyarakat yang lebih baik serta memandirikan masyarakat.

Sementara untuk menghadapi tantangan, hambatan serta harapan dalam proses pengembangan anak dhuafa melalui pendidikan non formal dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pengembangan Fisik b. Pengembangan Intelektual c. Pengembangan Emosi d. Pengembangan Spiritual e. Pengembangan Sosial

Hambatan, Tantangan Dan Harapan Dalam Proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal. Dalam proses perjalanan Yayasan Mizan Amanah dalam pengembangan anak hingga saat ini banyak tantangan dan hambatan yang harus di lalui, mengingat dari latar belakang mereka yang


(57)

berbeda-beda serta dari pola hidup mereka yang tidak teratur. Sedangkan ketika masuk ke Yayasan Mizan Amanah ini sudah diatur sedemikian rupa, sehingga waktu untuk bermain, dan menonton televisi itu sangat jarang, kalau pun ada itu hanya sabtu dan minggu saja. Hambatan yang mereka lalui yaitu:

- Hambatan pemasukan keuangan yang kuarang terpenuhi sehingga pengurus pun terkadang kewalahan dengan pengeluaran yang sangat banyak.

- Fasilitas sarana dan prasarana anak Yayasan Mizan Amanah untuk mengembangkan kreatifitas, skil mereka agar tersalurkan. Seperti komputer, arena permainan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya

Kemudian dari pengurus yayasan mempunyai ide untuk mengatasi ini semua. Mereka membuat kotak amal peduli anak-anak yatim dan dhuafa, kotak amal ini di letakan di toko-toko supermarket, swalayan serta di depan yayasan Mizan Amanah. Kotak amal ini dengan sengaja diletakkan agar mempermudah orang-orang untuk beramal, karena mungkin mereka tidak ada waktu untuk mengunjungi yayasan Mizan Amanah ini.Dengan adanya kotak amal ini untuk memudahkan para donatur untuk menyumbangkan hartanya di kotak amal ini.

B. Perguruan Tinggi/ Fakultas/ Jurusan

Lebih memperbanyak literatur serta buku referensi yang berhubungan dengan bidang pengembangan masyarakat, dan buku-buku yang membahas tentang pengembangan anak dhuafa melalui pendidikan non formal.


(58)

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: LP FEUI, 2000).

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, metodologi penelitian.(Jakarta: Bumi Aksara. 1999). h. 70

Data (tabel) anak dhuafa dalam program pengembangan fisik di Yayasan Mizan Amanah dimulai dari tahun 2009 sampai 2010

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9,

Djudju, Sudjana SF, . (1983). Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-Azas), Theme, Bandung.

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3S, UI, 1998),cet ke 1, h. 54

Ghani, H.M Djunaidi, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Prosedur. Teknik Dan Teori Grouned. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet, ke-1 h. 11.

Handoko, T. Hani Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE, 1996), cet. Ke-10, h. 104

Harahap, Syahrini Islam : Konsep dan Implementasi pemberdayaan (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana. 1999), h. 86.

Hadits, 1100 Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Dr. Muhammad Faiz Almath, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1995), Cet ke I,

Irawan, Elly, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), Ismail, Asep Usman. Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa.

Jakarta : Dakwah Press, 2008.

Joesoef, Soelaiman , Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke 1, h. 79

Machendrawaty, Nanih Dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1,

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. Ke-23.

Muhsin, MK, Menyayangi Dhu’afa (jakarta: Gema Insani Press, 1)h.146

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta, Rosda, 2000), h. 48.


(59)

Media Pratama, 2006.

Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988).

Noerdin, Edriana dkk. Potret Kemiskinan Perempuan. Jakarta: Women Research Institute, 2006.

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI, 2005. Cet. ke-3.

Sujanto, Agus , Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-7, h. 35.Sobur 1988

Sulisyanto, Arah dan Tujuan Pengembangan Masyarakat Islam, dalam jurnal Pengembangan Islam, (Yogyakarta: UIN sunan Kalijaga, 2003), Soelaiman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), Cet ke I.

Sumodiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwira, 1997.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1955), h. 44

Tentang Pengertian Anak” www.duniapsikologi.dagdigdug.com diperbaharui tanggal 30 April 2010 pukul: 13:20

Wawancara dengan bagian Pendidikan Yayasan Mizan Amanah pak Abdul Malik hari Sabtu tanggal 23-10-2010 di tempat belajar anak-anak Yayasan Mizan Amanah

Wawancara Peneliti dengan Ketua Yayasan Mizan Amanah 21-12-2010 pukul 16:00 WIB

Wawancara dengan bagian Pendidikan Yayasan Mizan Amanah pak Abdul Malik hari Sabtu tanggal 23-10-2010 di tempat belajar anak-anak Yayasan Mizan Amanah

Buku panduan Yayasan Mizan Amanah untuk para sumbangan di perbaharui tgl 19 january 2009, pukul: 08:05

Hasil wawancara peneliti dengan ketua yayasan Mizan Amanah Bintaro Jaya tgl: 19 Agustus 2010, pukul: 13:00, setelah sholat dzhuhur berjamaah.

www.psikologizone.com fase-fase perkembangan manusia (Bandung diperbaharui, 18 Mei 2009) pukul: 21:15


(60)

Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah tgl: 13 juni 2010, pkl: 08:00 di tempat belajar anak-anak

Hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengurus yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro jaya Tanggerang Selatan tgl: 13 Juni 2010 pkl: 12:00 di kantor Yayasan.


(61)

penghargaan 1 Yayasan sosial terbaik tingkat Kota

Cimahi

2008 Walikota Cimahi

2 Yayasan Sosial terbaik juara 1 Tingkat Prop. Jawa Barat

2008 Gubernur Jawa Barat

3 Yayasan Berprestasi Tingkat Nasional

2008 Menteri Sosial RI


(62)

Pedoman wawancara

Nama : Dede Rohayat

Tempat wawancara : Kantor Yayasan Mizan Amanah Bintaro Utama Tanggal : 27 November 2010

Jam : 17.15

Jabatan : Manager Jabodetabek di Yayasan Mizan Amanah

1. Bagaimana tentang sejarah berdirinya Yayasan Mizan Amanah Bintaro?

Jawab: Rumah yatim piatu dan dhuafa atau Yayasan Mizan Amanah ini berdiri karena ingin membantu memfasilitasi layanan amal bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya di daerah bintaro. Bintaro adalah lingkungan yang statusnya rata-rata menengah ke atas, dan dari hasil survei hampir 80% status pendidikanya yaitu S1 ke atas. Tidak jauh dari bintaro seperti di daerah pondok ranji yang minus kumuh sekali. Yayasan Mizan amanah hadir dalam rangka menjembatani antara kaum agnia dan kaum dhuafa. Rencana awal Yayasan Mizan Amanah hanya membuka kantor cabang saja, namun karena seiring berjalannya waktu, seperti pengajuan anak-anak yatim salah satunya yaitu ada anak yang terlantar di masjid selama 5 hari, yaitu tepatnya berada di masjid An-nashr. Kemudian salah satu warga datang ke Yayasan Mizan Amanah untuk meminta di tampung disini dan sampai saat ini sudah ada 17 anak yang statusnya berbeda-beda yaitu ada yang bapaknya meninggal, ibunya masuk rumah sakit jiwa, sementara keluarganya sangat minus dari ekonomi. Dan untuk pertama kali buka kita langsung melakukan uji coba ke warga sekitar Bintaro Jaya kemudian setelah melihat dari respon masyarakat di sini sangat baik dan kemudian kami mencoba membuka cabang baru Yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro Jaya. Dan Alhamdulillah mempunyai respon yang sangat baik dari masyarakat disekitar Bintaro dengan adanya yayasan ini.


(1)

SANTRI MIZAN AMANAH

Pedoman wawancara

Nama :

Tempat wawancara :

Tanggal :

Jabatan :

12.Apa harapan anda masuk ke Yayasan Mizan Amanah?

13.Prestasi apa yang sudah anda perolah disini (Yayasan Mizan Amanah)? 14.Setelah lulus nanti sebagai alumni apa yang akan anda lakukan?

15.Kemudian dari segi perkembangan fisik mereka bagaimana?apakah anak-anak disini sehat semua, serta terawatt?

16.Bagamana dari segi perkembangan intelektual, bagaimana perubahan mereka dari awal masuk yayasan Mizan Amanah hingga sekarang ada perubahan dari segi intelektual? 17.Bagaimana dari segi perkembangan emosi? Apakah ada perubahan menjadi lebih baik? 18.Bagaimana dari segi perkembangan spiritual?apakah ada perubahan menjadi lebih baik? 19.Bagaimana dari segi perkembangan sosial?apakah ada perubahan menjadi lebih baik?


(2)

SANTRI MIZAN AMANAH

Pedoman wawancara

Nama :

Tempat wawancara :

Tanggal :

Jabatan :

20.Apa harapan anda masuk ke Yayasan Mizan Amanah?

21.Prestasi apa yang sudah anda perolah disini (Yayasan Mizan Amanah)? 22.Setelah lulus nanti sebagai alumni apa yang akan anda lakukan?

23.Kemudian dari segi perkembangan fisik mereka bagaimana?apakah anak-anak disini sehat semua, serta terawatt?

24.Bagamana dari segi perkembangan intelektual, bagaimana perubahan mereka dari awal masuk yayasan Mizan Amanah hingga sekarang ada perubahan dari segi intelektual? 25.Bagaimana dari segi perkembangan emosi? Apakah ada perubahan menjadi lebih baik? 26.Bagaimana dari segi perkembangan spiritual?apakah ada perubahan menjadi lebih baik? 27.Bagaimana dari segi perkembangan sosial?apakah ada perubahan menjadi lebih baik?


(3)

Fotoanak-anaksetelahbelajarngaji di YayasanMizanAmanah

MengikutilombabalapKarung 17 Agustus 2010, walaupundalamkeadaanpuasamerekatetapsemangat


(4)

Ibuasramasertapengurusasramadansantri-santrisedangmembuatkreatifitasdankerajinantangandi depanasrama.

Sebelumberaktifitasbelajarmengajar


(5)

Kunjunganketaksi blue bird


(6)