Analisis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF) di Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional-I Medan

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN

INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN

TESIS

Oleh

FALMER SIUS LUMBAN GAOL

097024071/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN

INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FALMER SIUS LUMBAN GAOL 097024071/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN

Nama Mahasiswa : FALMER SIUS LUMBAN GAOL

Nomor Pokok : 097024071

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Subhilhar, Ph.D)

Ketua Anggota

(Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 19 Desember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Subhilhar, Ph.D

Anggota

: 1. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

2. Drs. Ermansyah, M.hum

3. Drs. Kariono, M.Si


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF)

DI BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2011

Penulis,


(6)

ABSTRAK

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF) yang dilaksanakan oleh balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kompetensi PTK-PNF di wilayah kerja regional I yang meliputi Provinsi NAD, Sumut, Riau, Kepri, Sumbar, Jambi, dan Sumatera Selatan, tenaga pendidik PNF meliputi Tutor, Pamong belajar, dan widyaiswara, sedangkan tenaga kependidikan PNF seperti penilik, penyelenggara, dan pengelola satuan PNF, judul tesis ini adalah: “Analisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan”

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh peneliti melalui penyebaran angket kepada responden yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk menggambarkan hasil penelitian, data juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan key informant.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, 1). pelaksanaan dan jenis diklat di BP-PNFI regional I Medan lebih mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat daripada memperhatikan keperluan dan kebutuhan di daerah di mana pelaksanaan diklat belum menerapkan inventarisasi atau survey jenis diklat yang diperlukan atau training need assessment (TNA), 2). Perencanaan jadwal diklat terutama tenggang waktu surat undangan dengan pelaksanaan diklat sering terlalu berdekatan, 3). evaluasi dan seleksi terhadap peserta diklat belum dilakukan secara baik, 4). penyediaan bahan-bahan diklat masih perlu diperbaiki dan dilengkapi, 5). kebersihan dan kelengkapan kamar tidur terutama kebersihan kamar mandi/WC masih sangat memprihatinkan, 6). sikap petugas konsumsi di ruang makan dan di aula juga belum baik, 7). kemampuan fasilitator/nst yang menyampaikan materi sudah baik, 8). Ketersediaan obat-obat generik belum lengkap dan kesehatan peserta belum maksimal mendapat perhatian dari panitia/penyelenggara. (penelitian dilaksanakan di BP-PNFI Regional I Medan)

Kata Kunci : Analisis, Pendidikan dan Pelatihan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal


(7)

ABSTRACT

Providing education and training for teachers and non-formal education (PTK-PNF) are implemented by non-formal education development centers and informal (BP-PNFI) regional I Field is an effort to improve the quality and competence of PNF on the PTK-work areas region I, which includes the province of Aceh, North Sumatra, Riau, Riau Islands, West Sumatra, Jambi and South Sumatra, educators PNF include Tutor, Civil learn, and lecturer, whereas PNF educational personnel such as supervisors, organizers, and managers of units of PNF, the title of this thesis is: "Analysis of the implementation of education and training of teachers and non-formal education in the civic development of non-formal and informal education (BP-PNFI) regional I Field".

This type of study is a descriptive to a quantitative approach, the data obtained through the dissemination of research questionnaires to the respondents who had attended education and training in regional PNFI BP-I Field, which is then processed and analyzed to illustrate the results of the study, data were also obtained through direct interviews with key informants.

The results showed that, 1). implementation and the type of training in regional PNFI BP-I Field rather refer to the policy of the central government rather than pay attention to the needs and requirements in areas where the implementation of the training has not implemented an inventory or survey type of training is required or training need assessment (TNA), 2). Planning training schedules, especially the grace period letter of invitation to the implementation of training is often too close together, 3). evaluation and selection of training participants have not done well, 4). provision of training materials still need to be repaired and equipped, 5). hygiene and sanitary fittings, especially bedrooms bathroom / WC is still very poor, 6). staff attitudes and consumption in the dining room in the hall also not good, 7). ability of the facilitator / NST that conveys the material is good, 8). Availability of generic drugs is not yet complete and the health of the participants have not been up to the attention of the committee / organizers. (Study carried out in BP-I Field Regional PNFI)

Keywords: Analysis, Education and Training, Education and Non Formal Education Personnel


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena berkat dan lindungan-Nyalah laporan penelitian/Tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan sekolah Pasca Sarjana Program Magister Studi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF) di Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional-I Medan”

Penulisan Tesis ini mendapat masukan dan dukungan berharga dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Prof. Subhilhar, M.A, Ph.D. selaku pembimbing utama yang disela kesibukannya meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si selaku pembimbing Pendamping yang selalu sabar memberi masukan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

Selama proses perkuliahan sampai dengan penyelesaian penulisan tesis ini, penulis menerima banyak bantuan, dukungan, arahan, dan motivasi dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang setulusnya juga penulis sampaikan kepada :


(9)

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), SP.A (K), Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A Selaku Ketua Program Studi Magister Studi Pembangunan FISIP USU.

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi Pembangunan FISIP USU.

5. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum dan Bapak Drs. Kariono, M.Si sebagai penguji yang banyak memberi masukan, koreksi, dan gagasan berharga terutama dalam penulisan tata kalimat yang baik dan perbaikan isi tesis ini.

6. Unsur Pimpinan BP-PNFI Regional I Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan pengumpulan data dalam rangka penyelesaian tesis ini.

7. Yang terhormat orang tua dan mertua penulis yang memberi motivasi dan kasih sayangnya kepada penulis selama menempuh perkuliahan di Magister Studi Pembangunan FISIP USU.

8. Teristimewa kepada keluarga kecilku, Istri dan anak-anakku yang memberi inspirasi, dukungan dan keteguhan mulai dari awal sampai dengan penyelesaian perkuliahan, hingga berakhirnya pendidikan penulis di Program Studi Magister Studi Pembangunan FISIP USU.


(10)

9. Bapak/Ibu staff pengajar dan pegawai di Program Studi Magister Studi Pembangunan FISIP USU, Rekan-rekan Mahasiswa program MSP angkatan XVII tahun 2009 yang telah banyak membantu selama dalam proses perkuliahan dan penelitian. Semoga hubungan kekeluargaan dan persahabatan kita tetap terpelihara pada masa yang akan datang.

10. Sahabat-sahabat sejawat di BP-PNFI Regional I Medan yang memberi dukungan nyata selama masa perkuliahan dan penyelesaian penelitian. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan penulisan dimasa depan. Akhirnya penulis berharap, penelitian dan penulisan tesis ini dapat memberi manfaat dan kontribusi bagi pembangunan masyarakat secara umum, dan peningkatan mutu dan kualitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara khusus. Semoga Tuhan Yesus memberkati dan melindungi kita semua.

Medan, 17 Oktober 2011 Penulis,

Falmer Sius Lumban Gaol 097024071/SP


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Falmersius Lumban Gaol

NIM : 097024071

Tempat/ Tanggal Lahir : Bonandolok, 6 Mei 1977

Alamat : Jln. Parang II No. 36 P. Bulan Medan Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : 1. SD Negeri No.174549 Bonandolok (1989) 2. SLTP Negeri No.1 Bonandolok (1992) 3. SLTA Negeri No.8 Medan (1995) 4. SI Sosiologi FISIP USU (2002)


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

RIWAYAT HIDUP...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAL GAMBAR...xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...11

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakekat Pendidikan ... ...13

2.2 .Hakekat Pelatihan... ...13

2.3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... ...24

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis/Desain Penelitian ... ..26

3.2. Lokasi Penelitian ... ..29

3.3. Populasi dan Sampel...29


(13)

3.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...32

3.6. Teknik Analisis/interprestasi Data ... 35

3.7. Jadwal Penelitian ...36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil BP-PNFI Regional I Medan ...37

4.2. Hasil Penelitian ... ..43

4.2.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...43

4.2.1.1. Analisis Data Responden ... 43

4.2.1.2. Analisis Variabel Penelitian...46

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...82

5.2. Saran ...84


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Sebaran Sampel Penelitian... 31

2 Defenisi Operasional Variabel-variabel Penelitian……….. 34

3 Struktur Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Jabatan... 41

4 Jenis Kelamin Responden... 43

5 Jenis Pekerjaan dan Jabatan Responden... 44

6 Pendidikan Responden... 45

7 Perencanaan Jadwal Pendidikan dan Pelatihan... 46

8 Kesesuaian Materi dengan Tujuan Kegiatan... 47

9 Kesesuaian Waktu yang Disediakan untuk Materi dengan Tujuan Kegiatan... 48

10 Manfaat Praktis Materi Kegiatan... 49

11 Penguasaan Materi... 51

12 Kemampuan Menyajikan Materi... 52

13 Pengelolaan Kelas... 53

14 Penggunaan Metode Pembelajaran... 53

15 Penggunaan Alat Bantu/media Mengajar... 54

16 Kemampuan Menggunakan Bahasa dan Berkomunikasi... 55

17 Penampilan Fasilitator/NST... 56


(15)

19 Penyediaan ATK... 57

20 Ketersediaan Bahan Ajar dalam Pelaksanaan Diklat... 58

21 Penyediaan Bahan Ajar Lainnya (media, modul, PP, Permendiknas, dan APE yang berhubungan dengan materi diklat)... 59

22 Pelayanan Informasi oleh Petugas (Panitia)... 61

23 Sikap Petugas (panitia terhadap peserta)... 61

24 Hand Out yang Disediakan Sesuai dengan Materi... 62

25 Kebersihan Kamar Tidur... 64

26 Kebersihan Kamar Mandi dan Toilet... 65

27 Ketenangan dan Ketertiban Asrama... 66

28 Fasilitas Air... 67

29 Fasilitas Penerangan... 67

30 Penataan Ruang Belajar... 69

31 Kebersihan Ruang Belajar... 69

32 Ketenangan dan Kenyamanan Ruang Belajar... 70

33 Kelengkapan Ruang Belajar (papan tulis, OHP, Infocus, meja, dan kursi)... 71

34 Luas Ruang Belajar... 72

35 Pengaturan Makan dan Snack... 73

36 Gizi Makanan yang Disediakan... 74

37 Kesegaran Hidangan... 75

38 Variasi Makanan dan Snack... 76


(16)

40 Kebersihan Ruang Makan... 77

41 Ketenangan dan Kenyamanan Ruang Makan... 78

42 Kelengkapan Peralatan Makan... 79


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Model Skema Pelaksanaan Diklat... 23


(18)

ABSTRAK

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF) yang dilaksanakan oleh balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kompetensi PTK-PNF di wilayah kerja regional I yang meliputi Provinsi NAD, Sumut, Riau, Kepri, Sumbar, Jambi, dan Sumatera Selatan, tenaga pendidik PNF meliputi Tutor, Pamong belajar, dan widyaiswara, sedangkan tenaga kependidikan PNF seperti penilik, penyelenggara, dan pengelola satuan PNF, judul tesis ini adalah: “Analisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan”

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh peneliti melalui penyebaran angket kepada responden yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk menggambarkan hasil penelitian, data juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan key informant.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, 1). pelaksanaan dan jenis diklat di BP-PNFI regional I Medan lebih mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat daripada memperhatikan keperluan dan kebutuhan di daerah di mana pelaksanaan diklat belum menerapkan inventarisasi atau survey jenis diklat yang diperlukan atau training need assessment (TNA), 2). Perencanaan jadwal diklat terutama tenggang waktu surat undangan dengan pelaksanaan diklat sering terlalu berdekatan, 3). evaluasi dan seleksi terhadap peserta diklat belum dilakukan secara baik, 4). penyediaan bahan-bahan diklat masih perlu diperbaiki dan dilengkapi, 5). kebersihan dan kelengkapan kamar tidur terutama kebersihan kamar mandi/WC masih sangat memprihatinkan, 6). sikap petugas konsumsi di ruang makan dan di aula juga belum baik, 7). kemampuan fasilitator/nst yang menyampaikan materi sudah baik, 8). Ketersediaan obat-obat generik belum lengkap dan kesehatan peserta belum maksimal mendapat perhatian dari panitia/penyelenggara. (penelitian dilaksanakan di BP-PNFI Regional I Medan)

Kata Kunci : Analisis, Pendidikan dan Pelatihan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal


(19)

ABSTRACT

Providing education and training for teachers and non-formal education (PTK-PNF) are implemented by non-formal education development centers and informal (BP-PNFI) regional I Field is an effort to improve the quality and competence of PNF on the PTK-work areas region I, which includes the province of Aceh, North Sumatra, Riau, Riau Islands, West Sumatra, Jambi and South Sumatra, educators PNF include Tutor, Civil learn, and lecturer, whereas PNF educational personnel such as supervisors, organizers, and managers of units of PNF, the title of this thesis is: "Analysis of the implementation of education and training of teachers and non-formal education in the civic development of non-formal and informal education (BP-PNFI) regional I Field".

This type of study is a descriptive to a quantitative approach, the data obtained through the dissemination of research questionnaires to the respondents who had attended education and training in regional PNFI BP-I Field, which is then processed and analyzed to illustrate the results of the study, data were also obtained through direct interviews with key informants.

The results showed that, 1). implementation and the type of training in regional PNFI BP-I Field rather refer to the policy of the central government rather than pay attention to the needs and requirements in areas where the implementation of the training has not implemented an inventory or survey type of training is required or training need assessment (TNA), 2). Planning training schedules, especially the grace period letter of invitation to the implementation of training is often too close together, 3). evaluation and selection of training participants have not done well, 4). provision of training materials still need to be repaired and equipped, 5). hygiene and sanitary fittings, especially bedrooms bathroom / WC is still very poor, 6). staff attitudes and consumption in the dining room in the hall also not good, 7). ability of the facilitator / NST that conveys the material is good, 8). Availability of generic drugs is not yet complete and the health of the participants have not been up to the attention of the committee / organizers. (Study carried out in BP-I Field Regional PNFI)

Keywords: Analysis, Education and Training, Education and Non Formal Education Personnel


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan melalui upaya peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan nasional. Dalam pembangunan sektor pendidikan Indonesia, Kementerian pendidikan nasional telah membuat 5 (lima) prioritas program tahun 2010 – 2014, yakni:

1. Peningkatan akses dan mutu pendidikan

2. Penuntasan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu

3. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)

4. Peningkatan akses dan relevansi pendidikan menengah dan vokasi 5. Peningkatan akses dan daya saing perguruan tinggi.

Berbagai program pendidikan diselenggarakan oleh banyak pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun organisasi sosial, yang ditujukan untuk pengembangan berbagai potensi yang dimiliki setiap warga negara agar dapat memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Harapan yang begitu besar terhadap pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang disandarkan pada dunia pendidikan merupakan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seluruh komponen bangsa dengan tetap memperhatikan rambu-rambu yang ditetapkan untuk


(21)

memudahkan upaya sistematis dan terarah dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan. Bahkan pada setiap Repelita, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya, peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan lain-lain selalu dilakukan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut banyak hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah upaya meningkatkan mutu dan relevansi tenaga pendidik melalui pendidikan dan pelatihan. Lynton & Pareek (1992) menyatakan bahwa pelatihan bertujuan melakukan perbaikan terus menerus dalam pekerjaan. Notoatmodjo (1998) menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pelatihan juga merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu. Melalui pelatihan, suatu lembaga akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan kecakapan individual yang pada gilirannya akan memberikan perkembangan yang lebih baik terhadap lembaga secara menyeluruh (Marzuki, 1993). Namun demikian, kenyataan


(22)

menunjukkan bahwa meskipun seseorang telah belajar satu keterampilan baru (mengikuti pelatihan) tidaklah menjamin terwujudnya dalam tindakan, meningkatkan kinerja. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain dukungan dari lingkungan sekitar dan kebutuhan lembaga.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 13 ayat 1, dengan jelas menyebut bahwa pendidikan nasional terdiri dari 3 (tiga) jalur yakni pendidikan formal, non formal dan informal, dengan teknis penyelenggaraan yang diatur dalam berbagai bentuk peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diuraikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah dan akan terus merencanakan serta melaksanakan pengembangan program pendidikan baik jumlah, sasaran, bentuk, dan jenis program yang disiapkan untu menjawab kebutuhan belajar masyarakat. Tanggung jawab penyelenggaraan dan upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan sekolah (Formal) maupun melalui jalur pendidikan non formal dan informal (PNFI).

Peningkatan pendidikan menjadi salah satu solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah melalui tiga jalur yaitu : pendidikan formal, non formal dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya. Melalui jalur pendidikan non formal, pemerintah juga melakukan berbagai upaya peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal. Salah satu upaya


(23)

untuk mewujudkan dan menciptakan PTK-PNF yang berkualitas adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara berjenjang, komprehensif dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan struktural maupun pendidikan dan pelatihan fungsional. Pelatihan merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh tantangan. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu kegiatan yang pokok dan yang tidak dapat diabaikan terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengembangan program PNF yang bermutu dan bermanfaat membutuhkan aksi nyata dan menyeluruh yang disusun secara terencana dan sistematis dengan tetap memberikan penekanan pada kegiatan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan menuju terwujudnya program pendidikan nonformal yang berorientasi pada perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta govermance, akuntabilitas dan pencitraan publik sebagai pilar pembangunan pendidikan nasional dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek lain yang turut mempengaruhi pencapaian aksi tersebut.

Dalam implementasinya, keberhasilan penyelenggaraan berbagai program pendidikan yang diindikasikan dengan pertambahan nilai dan kemanfaatan program bagi peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut, maka ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan ketenagaan yang handal dalam mengimplementasikan program, merupakan faktor utama


(24)

(dominant factor) dalam menentukan hasil program pendidikan yang diselenggarakan. Selain faktor internal kelembagaan yang turut memberi warna keberhasilan program, pengaruh faktor eksternal seperti partisipasi dalam bentuk kemitraan dengan organisasi pemerintah, Orsos, maupun organisasi lainnya yang menaruh perhatian terhadap isu dan program. Program dan pelaksanaan pendidikan yang masih lemah dan banyak memiliki kelemahan perlu terus dikembangkan baik dalam hal bentuk maupun jangkauan kemitraan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.

Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan, sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal, dalam melaksanakan pengkajian dan pengembangan program dan fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan nonformal, senantiasa melakukan upaya untuk pengembangan berbagai program pada jalur pendidikan nonformal, yang berkenaan langsung dengan program PNFI seperti : pemberantasan buta aksara, program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, program pendidikan anak usia dini, pendidikan kecakapan hidup, maupun program peningkatan mutu kelembagaan dan ketenagaan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kondisi budaya dan karakteristik masyarakat dan taraf pendidikan masyarakat pada wilayah kerja BP-PNFI regional I Medan yang beragam dan heterogen sering membentuk kecenderungan minat yang berbeda-beda terhadap program pendidikan. Kondisi ini, memberikan pengaruh terhadap perencanaan program pendidikan yang senantiasa berorientasi pada kebutuhan belajar masyarakat yang relatif beragam. Kenyataan ini,


(25)

menuntut adanya kemauan serta kemampuan PTK-PNF bersikap responsif untuk mengenal dan memahami kondisi sosial, budaya, dan ekonomi kelompok masyarakat sebagai bagian dari pijakan dalam upaya melahirkan sejumlah program alternatif untuk menyahuti kebutuhan belajar masyarakat sehingga benar-benar dapat memberikan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat peserta sasaran/program. Untuk menggerakkan kegiatan dalam rangka mencapai target sasaran dan waktu yang ditetapkan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PNF harus tetap diberdayakan melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan baik pelatihan teknis maupun pelatihan fungsional.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pendidik dan tenaga kependidikan PNF dituntut pula untuk mampu mengikuti setiap perkembangan mutakhir di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan dengan topik-topik tentang pendidikan, instruksional studi sosial dan ekonomi termasuk di dalamnya psikologi sosial serta bidang lainnya yang berhubungan erat dengan pelaksanaan tugas di bidang penelitian dan pengembangan model program PNF.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 tahun 2007, Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) regional I beralih menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BP-PNFI) regional I dengan wilayah koordinasi meliputi 7 provinsi yakni Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Jambi, dan Sumatera Selatan.


(26)

Tugas dan Fungsi BP-PNFI Regional I adalah: a. Tugas :

Melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi pengembangan sumber daya pendidikan non formal dan informal berdasarkan kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional.

b. Fungsi :

1. Pengkajian dan pelaksanaan program PNFI 2. Pengembangan program PNFI

3. Fasilitasi pengembangan sumber daya PNFI sesuai kebutuhan daerah 4. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi

5. Pemberian bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program PNFI 6. Pelaksanaan urusan ketatalaksanaan BP-PNFI

Berdasarkan tugas dan fungsi tersebut, BP-PNFI regional I, sejak tahun 2003 telah menghasilkan produk-produk pengembangan model pendidikan non formal, pelatihan, dan pengajaran, peningkatan mutu serta kompetensi PTK-PNF di lingkungan BP-PNFI regional I.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu tugas pokok dan fungsi BP-PNFI regional I Medan, adalah peningkatan mutu dan kompetensi PTK-PNF, oleh karena itu dari tahun 2003 sampai dengan 2008, BP-PNFI regional I telah melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran sebanyak 50 kegiatan yang dilaksanakan dalam 64 angkatan yang memfasilitasi 4.301 orang peserta. Pendidikan dan Pelatihan tersebut dilaksanakan pada tingkat Regional I dan


(27)

tingkat Provinsi Sumatera Utara (Daftar diklat terlampir). Disamping melalui pendidikan dan pelatihan serta pembelajaran, upaya peningkatan mutu dan kompetensi PTK-PNF, BP-PNFI regional I sejak tahun 2003 sampai 2008, juga telah memberikan kesempatan kepada pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal untuk mendapat program bantuan beasiswa yang dananya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), tahun 2003 dan 2004 bersumber dari DIPA PLS, tahun 2005 dari DIPA BP-PNFI regional 1, tahun 2006 s/d 2008 bersumber dari dana bantuan direktorat PTK-PNF Ditjen PM-PTK Kementerian Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh PTK-PNF pada umumnya adalah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai tenaga PTK-PNF serta peningkatan kualifikasi pendidikan. Sampai dengan tahun 2008 jumlah PTK-PNF yang memperoleh bantuan pendidikan adalah sebanyak 151 orang dengan perincian Jenjang Pendidikan S-1 berjumlah 137 orang dan jenjang S-2 berjumlah 14 orang. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, upaya peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PNF yang dilaksanakan dari tahun 2003 sampai dengan 2008 oleh BP-PNFI regional I Medan adalah sebanyak 50 kegiatan yang diselenggarakan dalam 64 angkatan dan memfasilitasi 4.301 orang peserta. Dengan jumlah peserta yang begitu banyak, peningkatan kompetensi dan proses kegiatan pendidikan nonformal sudah seharusnya berjalan dengan baik. Namun dalam kenyataannya banyak kegiatan dan tugas-tugas pokok PNF yang kurang berjalan dengan baik misalnya kegiatan belajar-mengajar yang belum sesuai standar pelayanan minimal


(28)

(SPM). Sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan PNF di banyak lembaga/satuan PNF tidak memiliki kompetensi dan kurang sesuai dengan kualifikasi seperti tujuan pelaksanaan Diklat PNF. Minimnya tingkat kompetensi PTK-PNF antara lain diketahui dari dalam pembuatan bahan belajar atau media, penyusunan SOP, penyusunan silabus dan RPP, kemampuan mengajar yang belum standar yang dapat diiketahu melalui pengamatan ketika materi praktek mengajara atau mikro teaching, serta penguasaan materi PNF yang masih rendah.

Ketimpangan kompetensi PTK-PNF pasca mengikuti pendidikan dan pelatihan terutama dalam mengaplikasikan materi Diklat yang telah didapatnya sangat tampak pada ketidakcakapan sebagian besar PTK-PNF dalam pembuatan bahan-bahan ajar seperti penyusunan silabus dan RPP mata pelajaran yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sebagai contoh, pada tahun 2010, diadakan workshop penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pendidikan kesetaraan tingkat regional sebanyak 14 angkatan dengan jumlah peserta lebih dari 1400 orang. Workshop ini diperuntukkan bagi tenaga pendidik nonformal seperti tutor dan pamong belajar agar para tenaga pendidik PNF tersebut memiliki kemampuan untuk menyusun bahan ajar yakni kurikulum, modul dan media belajar lainnya. Selain itu, pelaksanaan workshop dan Diklat KTSP tersebut dimaksudkan agar dalam penyusunan proposal pengajuan dana bantuan operasional penyelengaraan (BOP) pendidikan kesetaraan, maka pihak penyelangara PNF seperti Sanggar kegiatan belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan satuan PNF lainnya mampu menyusun kurikulum sendiri yang dikenal dengan KTSP yang


(29)

penyusunannya mengacu pada Permendiknas No.17 tahun 2007 tentang standar isi (SI) Pendidikan Kesetaraan. Pelaksanaan workshop (Diklat) KTSP itu juga dimaksudkan, agar setiap satuan PNF memiliki kurikulum sendiri yang dikenal dengan KTSP. Hal itu merupakan sebuah keharusan, karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah mewajibkan bahwa setiap satuan PNF mulai tahun 2008 untuk menerapkan dan menggunakan KTSP. Sesuai dengan tujuan workshop KTSP tersebut, maka dalam proses penilaian proposal BOP yang diajukan satuan PNF dan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dipublikasikan, antara lain disyaratkan untuk mencantumkan berkas KTSP. Namun didapati sebagian besar satuan PNF tersebut tidak mencantumkan lampiran KTSP. Kalaupun ada yang melampirkan,bentuk dan isinya sangat tidak sesuai dengan KTSP yang sesunggunya. Dalam kenyataannya, banyak berkas kurikulum yang dikirimkan itu yang masih mengutip contoh-contoh kasus dari kasus di kota-kota lain, yang mungkin karena mengutip dari buku lain, padahal esensi KTSP adalah itu adalah pemberian kebebebasan kepada penyusun untuk mencantumkan contoh yang sesuai dengan potensi dan kearifan lokal daerah setempat. Ketidakcakapan penguasaan materi itu juga terlihat ketika ada peserta diklat atau workshop yang sudah pernah ikut sebuah materi dan kemudian ikut kembali kegiatan dengan materi yang sama

Kenyataan tersebut tidak hanya dalam penyelenggaraan workhsop penyusunan KTSP, namun juga terjadi dalam penyelenggaraan diklat atau workshop bidang lainnya seperti diklat bidang pendidikan anak usia dini (PAUD), diklat penguatan manajemen lembaga kursus dan pelatihan (LKP), dll. Setelah pelaksanaan diklat


(30)

penguasaan peserta diklat terhadap materi diklat dirasa masih belum maksimal, terlihat dari unjuk kerja dan dan produk yang dihasilkan oleh PTK yang pernah mengikuti Diklat atau workshop masih belum sesuai dengan tujuan pelaksanaan diklat yang diikutinya. Kejadian dan kenyataan tersebut kemudian menimbulkan permasalahan dan pemikiran tentang adanya sesuatu yang kurang efektif dalam penyelenggaraan workshop penyusunan KTSP secara khusus dan pelaksanaan Diklat-Diklat lainnya di BP-PNFI regional I Medan secara umum.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan rumusan masalah yang diajukan yaitu Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di BP-PNFI regional I Medan ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik dan kependidikan pendidikan non formal di BP-PNFI regional I Medan

b. Mengetahui hambatan, kelemahan, dan kekurangan dalam pelaksanaan Diklat dan mencari solusi demi efektifitas pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian


(31)

a. Manfaat Ilmiah/Akademis

Meningkatkan pemahaman penulis tentang pelaksanaan Diklat terutama Diklat PTK-PNF dengan membandingkan antara teori dan praktek di lapangan.

b. Manfaat Praktis

1) Mengetahui proses pelaksanaan Diklat PTK-PNF di Regional I Medan terhadap meningkatnya kompetensi tenaga PTK-PNF se-regional I.

2) Mengetahui kelemahan dan kekurangan pelaksanaan Diklat dan selanjutnya memberi solusi dan rekomendasi untuk memecahkan kelemahan pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan. c. Bagi program studi pembangunan Pasca Sarjana USU.

Menjadi bahan studi pembanding dan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.


(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakekat Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pasal 13 ayat 1 disebutkan, bahwa pelaksanaan sistem pendidikan nasional Indonesia dikenal 3 jalur yakni jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Sedangkan jenjang pendidikan nasional terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.


(33)

Sedangkan defenisi pendidikan menurut beberapa ahli antara lain:

a. John Dewey, Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia b. Van Cleve Morris, berpendapat bahwa pendidikan adalah studi filosofis yang

pada dasarnya bukan hanya alat untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, melainkan juga merupakan agent (lembaga) yang berugas melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangannya mencapai hari yang lebih baik.

c. Dr. Omar Muhammad Al Toumy al Syaebani, mengartikan pendidikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individual (orang per orang) dalam kehidupan pribadinya, dalam kehidupan sosial (kemasyarakatan) – nya dan dalam kehidupan di lingkungan alam sekitar melalui suatu proses.

d. M.J. Longeveled, Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anaka agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

e. Rousseau, Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.

f. Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.


(34)

g. GBHN, Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

2.2. Hakekat Pelatihan

Pelatihan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan agar mampu melaksanaakaan tugas pokok dan fungsinya secara profesional. Profesionalisme dapat diukur melalui aktivitasnya dalam mengimplementasikan tugas pokok dan fungsi di lapangan sehingga program yang dijalankan lebih bermutu, inovatif dan layak dicontoh oleh masyarakat. Pelatihan merupakan salah satu upaya dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui suatu proses membantu orang lain guna memperoleh pengetahuan agar dapat memperbaiki kemampuan dan ketrampilannya.

Sudjana, D (1993:13) menyatakan bahwa didalam meningkatkan mutu kemampuan para anggota kelompok, perkumpulan, dan organisasi serta untuk membina dan mengembangkan keahlian para petugas dan pekerja, dilakukan pembelajaran yang dikenal dengan istilah pelatihan. Rivai (2004:226) berpendapat bahwa pelatihan merupakan suatu proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan kinerja dimasa mendatang. Sedangkan menurut Notoadmodjo (1998:26) mengungkapkan bahwa penekanan pelatihan lebih berkaitan dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Pelatihan terdiri dari program-program yang dirancang


(35)

untuk meningkatkan kinerja pada level individu, kelompok, dan/atau organisasi. Kinerja yang meningkat pada gilirannya menyiratkan bahwa terdapat perubahan yang dapat diukur dalam pengetahuan, keahlian, sikap dan perilaku seseorang. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan secara nyata dapat memberikan sumbangan yang besar pada proses pelaksanaan program sehingga mencapai hasil yang optimal. Pelaksanaan pelatihan (Training), semakin penting bagi organisasi atau lembaga dalam upaya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia tersebut perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi atau lembaga. Robinson (1981:12) menyatakan bahwa pelatihan adalah pengajaran dan atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (Pengetahuan, ketrampilan, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Selanjutnya James R. Davis (1998:44) mengatakan bahwa pelatihan merupakan proses untuk mengembangkan ketrampilan peserta, menyediakan informasi dan membentuk sikap agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Dari keseluruhan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, pelatihan mengandung makna yang tidak jauh berbeda yaitu menunjukkan bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan yang direncanakan secara sistematis yang didalamnya terdapat kegiatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan atau ketrampilan serta sikap, sehingga akhirnya karyawan tersebut memiliki peningkatan kinerja. Dapat juga rangkum, bahwa Pelatihan adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan


(36)

standar. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai yang diberikan kepada pegawai atau jika ada hal-hal baru dalam pekerjaan.

Pelatihan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan terus menerus dalam rangka pembinaan ketenagaan dalam suatu organisasi (Hamalik, 2001:10). Secara spesifik, proses pelatihan itu, merupakan serangkaian tindakan/upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Tiap proses pelatihan harus terarah untuk mencapai tujuan terkait dengan upaya pencapaian tujuan organisasi. Gaspersz (1997: 228-229) menyatakan pendidikan dan pelatihan merupakan elemen penting untuk pengembangan manajemen kualitas. Seluruh anggota organisasi mulai manajemen puncak sampai karyawan terendah harus memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya. Pada dasarnya pendidikan bertujuan mendidik seluruh anggota organisasi tentang mengapa sesuatu aktifitas dilakukan, sedangkan pelatihan bertujuan melatih seluruh anggota organisasi tentang bagaimana melakukan aktivitas kegiatan itu.

2.2.1. Faktor-faktor Penyusunan Program Pelatihan

Program pelatihan sebaiknya persiapkan secara matang, ada 7 (tujuh) faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam penyusunan program pelatihan. 7 (tujuh) faktor tersebut adalah:

1. Kebutuhan pelatihan

2. Cara Penyelenggaraan pelatihan 3. Biaya pelatihan


(37)

4. Hambatan-hambatan pelaksanaan pelatihan 5. Peserta pelatihan

6. Sarana-prasarana/ Fasilitas pelatihan 7. Fasilitator/Pengawas pelatihan

2.2.2. Unsur-unsur Program Pelatihan

Secara umum pelatihan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. Struktur Program

b. Metode c. Strategi d. Media

e. Pelaksanaan Program f. Peserta

g. Fasilitator h. Biaya i. Panitia

j. Hasil yang diharapkan

Namun secara sederhana, Program pelatihan minimal memiliki unsur-unsur: a. Peserta Pelatihan

Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan proses pelatihan yang pada gilirannya turut menentukan efektifitas pelatihan. Karena itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk memperoleh peserta baik, berdasarkan kriteria, antara lain:


(38)

1. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian

2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3. Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.

4. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaan.

5. Pribadi, yang menyangkut aspekm moril dan sifat-sifat yang diperlukan dalam pekerjaan tersebut.

6. Intelektual, tingkat berfikir dan pengetahuan diketahui melalui tes seleksi.

b. Pelatih (Instruktur)

Pelatih/instruktur pada kegiatan pelatihan memegang peranan penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya, perlu dipilih pelatih yang ahli dan kompeten dibidangnya masing-masing. Ada beberapa syarat penentuan pelatih (Instruktur) antara lain:

1. Memiliki kompetensi dan kapabilitas di bidangnya masing-masing, yang dibuktikan dengan adanya sertifikat kompetensi.

2. Memiliki kepribadian baik yang menunjang profesinya sebagai pelatih.

3. Pelatih (Instruktur) yang berasal dari lingkungan/organisasi sendiri lebih baik dibandingkan dari luar.


(39)

c. Waktu (Lamanya pelatihan)

Masa atau lamanya pelatihan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal dibawah ini, yakni:

1. Jumlah materi yang akan disampaikan, semakin banyak beban materi yang akan disampaikan maka akan memerlukan waktu yang lebih banyak dan sebaliknya.

2. Tingkat kesulitan dari materi-materi yang akan dipelajari, tingkat kesulitan/kemudahan materi akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan.

3. Tingkat kemampuan peserta pelatihan, kesiapan dan tingkat kemampuan para peserta didik akan berdampak pada kurun waktu pelatihan yang dibutuhkan.

4. Media pembelajaran yang tersedia. Media pembelajaran ada saat diklat akan sangat membantu efektivitas pelaksanaan diklat.

2.2.3. Pelatihan dan Peningkatan Mutu SDM

Pelatihan memiliki kontribusi terhadap mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui pelatihan, suatu lembaga akan memperoleh manfaat berupa peningkatan kecakapan individual para pesertanya yang pada gilirannya nanti akan memberikan perkembangan secara lebih baik terhadap lembaga secara menyeluruh (Marzuki, 1993). Terdapat suatu hal yang penting dan perlu untuk diperhatikan apakah suatu pelatihan dapat memberikan pengaruh atau kontribusi baik terhadap individu maupun


(40)

lembaga. Apabila terdapat kontribusi yang baik terhadap individu maupun lembaga, maka pelatihan tersebut dapat dikatakan pelatihan yang efektif.

Keberhasilan peserta yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan belum tentu dapat meningkatan kinerja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor fisik, faktor organisasi, faktor manusia dan faktor eksternal lainnya. Dalam hubungan ini sebaiknya pemimpin lembaga maupun kolega memberi dorongan atau ikut serta menciptakan suasana yang memberikan motivasi agar mereka dapat menerapkan hasil-hasil pelatihan. Adanya dukungan moral maupun fasilitas lainnya yang dapat membangkitkan semangat mereka agar kreatif untuk usaha pembaharuan di lembaganya. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pelatihan akan sia-sia apabila tidak disertai dengan penciptaan kondisi yang kondusif bagi pengembangan kecakapan-kecakapan baru. Dharma (1998 : 5) mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah : Pegawai itu sendiri, pekerjaan, mekanisme kerja, dan lingkungan kerja. Dengan demikian perlakuan pasca pelatihan sangat berperan dalam menunjang keberhasilan dalam suatu pelatihan.

2.2.4. Diklat sebagai sebuah Sistem

Pelaksanaan Diklat merupakan sebuah sistem, cara berfikir dengan menggunakan konsep sistem disebut pendekatan sistem (the system approach). Pendekatan sistem dapat diartikan sebagai suatu cara berfikir dengan mempergunakan konsep sistem dalam obyek yang ditelaah dideskripsikan secara sistematik.


(41)

Ada 4 karakteristik dari pendekatan sistem yaitu:

(1) Mempergunakan konsep sistem, yakni melihat semua permasalahan yang dihadapi sebagai suatu kesatuan dan saling tergantung antara yang satu dengan yang lain,

(2) Kerangka berfikir kesisteman berupa komponen-komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dan dapat berfungsi melalui prosedur mulai dari input, proses transformasi dan output,

(3) Sebagai akumulasi dari berbagai pemikiran ilmiah sebelumnya, maka dalam menganalisis dengan cara berfikir kesisteman sangat terbuka untuk menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang telah ada sebelumnya,

(4) berorientasi pada output dalam pemecahan masalah.

Secara sederhana model berfikir kesisteman untuk menggambarkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat digambarkan dengan skema berikut


(42)

Gambar 1. Model Skema Pelaksanaan Diklat

INPUT INSTRUMENTAL

MANUSIA METODE MATERIAL

L I N G K U N G A N P E N G A J A R A D M I N I S T R A T U R K U R I K U L U M S A R A N A P R A S A R A N A K E U A N G A N I N P U T

PROSES DIKLAT


(43)

2.3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

2.3.1. Pendidik

adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan.

2.3.2. Tenaga Kependidikan

Adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, pustakawan, laboran, dan lainnya.

2.3.3. Pendidikan Non Formal

Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki 3 jalur yakni formal, non formal, dan informal. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar


(44)

masyarakat (PKBM), majelis taklim, serta berbagai satuan pendidikan sejenis yang dikelola oleh masyarakat.

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP).

Dengan memperhatikan jenis, fungsi dan peranan yang diemban jalur pendidikan non formal yang sangat banyak dan beragam, maka sudah saatnya semua pihak baik pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat umum untuk memperhatikan dan memberdayakan keberadaan jalur pendidikan non formal dan kemudian mendudukkannya pada posisi dan tempat yang setara dengan jalur pendidikan formal sesuai dengan amanat dari UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ilmiah, pemilihan metode merupakan salah satu tahap yang sangat perlu. Metode penelitian menjadi pedoman dalam memecahkan berbagai masalah yang akan diungkapkan. Penggunaan metode sangat membantu penulis untuk berfikir secara tepat dan meningkatkan sifat obyektifitas dalam mencari kebenaran pengetahuan. Hadi (1981:63) mengatakan bahwa penelitian (research) merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. John Dewey (Notoatmojo, 1993:19) mengartikan bahwa metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Selanjutnya Almack (1939) mendefenisikan bahwa metode penelitian adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian, maka penelitian pada dasarnya adalah proses penerapan metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu dan kebenaran.

3.1. Jenis/Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni menganalisis pelaksanaan diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan, maka akan dianalisis melalui pendekatan kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis pelaksanaan diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan dan


(46)

untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan Diklat PTK-PNF terhadap peningkatan kompetensi PTK-PNF.

Dalam penelitian ini, juga digunakan pendekatan kualitatif dengan model penelitian kasus dan penelitian lapangan (case study and field research) sebagai pendekatan pendukung (less dominant) dan pendekatan kuantitatif sebagai utama (dominant). Menurut Sumadi suryabrata (2002 : 80) Penelitian kasus dan penelitian lapangan bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial yakni individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat. Salah satu ciri penelitian kasus adalah penelitian dilakukan secara mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut, penelitian kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.

Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan. Sesuai dengan konsep yang disampaikan Moleong (1997: 5), bahwa penggunaan metode atau pendekatan kualitatif dalam penelitian memperhatikan pertimbangan-pertimbangan, antara lain,

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda,

2. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden,


(47)

3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pendekatan Kuantitatif menjadi pendekatan utama (dominant) karena penelitian ini bertujuan mengetahui secara mendalam pelaksanaan Diklat PTK-PNF, dan berupaya menganalisis proses pelaksanaan mulai perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan dan menganalisis bagaimana hubungan-hubungan ini berlangsung, dan sekaligus mengetahui dampak pelaksananaa diklat yang telah dilakukan terhadap peningkatan kompetensi PTK-PNF di wilayah regional I.

Untuk pendekatan kualitatif digunakan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi dilakukan untuk melihat dan mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Diklat di BP-PNFI Regional I Medan dalam kurun waktu 2003 - 2008 dan kendala-kendala yang dihadapi. Pengumpulan data juga dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan teknik kuisioner dan pengamatan (observasi). Penyusunan kuisioner didasarkan pada hipotesa, bahwa terdapat ketimpangan antara pelaksanaan Diklat dengan kompetensi PTK-PNF. Dengan demikian pendekatan kuantitatif berfungsi untuk melihat secara sederhana tentang dampak pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI Regional I Medan terhadap peningkatan kompetensi PTK-PNF.


(48)

3.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan di Jalan Kenanga Raya No.64 Tanjung Sari Medan. BP-PNFI merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional. BP-PNFI regional I Medan memiliki tugas dan fungi antara lain memfasilitasi upaya peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Pendidikan Non Formal dan Informal (PTK-PNFI).

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2004 : 72). Jumlah populasi diambil dari para stakeholder di BP-PNFI regional I Medan, Kasi FSD (Fasilitasi Sumber daya), Kepala SKB Se-Sumut, pimpinan lembaga-lembaga satuan PNF, tenaga pendidik PNF seperti pamong belajar, tutor, dan tenaga kependidikan PNF yakni penyelenggara dan penilik pendidikan luar sekolah (PLS) yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada konteks ini, untuk memudahkan menentukan sampel kuantitatif yang akan diambil sebagai responden maka penulis menggunakan purposive sampling.


(49)

Seperti yang disebutkan diatas, pada penelitian ini, pemilihan/informan akan dilakukan dengan teknik Purposive sampling. Menurut Maxwell (1996 : 70) bahwa Purposive sampling merupakan strategi dimana situasi, orang-orang atau peristiwa-peristiwa dapat diseleksi (dipilih dengan sengaja). Dengan demikian, maka yang menjadi dalam penelitian ini adalah yang memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain unsur pimpinan-pimpinan lembaga PNF, pamong belajar, tutor, penilik, dan penyelenggara pada satuan PNF yang berdomisili di Provinsi Sumatera Utara. Responden diharapkan akan memberikan jawaban dan informasi penting yang tidak dapat diperoleh sebaik pilihan-pilihan yang lain. Dengan demikian responden ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan beberapa karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai tenaga pendidik dan kependidikan pada satuan PNF dan yang sudah pernah mengikuti diklat/workshop PNF di BP-PNFI regional I Medan minimal 2 kali.

Responden dalam penelitian ini adalah pimpinan lembaga/unit PNF, tutor dan pamong belajar, dan penilik dengan jumlah sebanyak 30 Orang.


(50)

Tabel 1. Daftar Sebaran Sampel Penelitian

No Status responden Jumlah

1 Kepala BP-PNFI 1

2 Kasi FSD 1

3 Kepala SKB 2

4 Pamong belajar 10

5 Pimpinan LKP/PKBM/satuan PNF 6

6 Tutor 5

7 Penilik 5

Total responden 30

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memenuhi kebutuhan terhadap data penelitian, maka digunakan beberapa jenis data yang dikumpulkan yakni:

a. Data Primer, yang dikumpulkan melalui:

1. Angket (Kuisioner) yakni responden dalam hal ini adalah pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal seperti tutor, pamong belajar, pengelola PNF, penilik. Angket disebar ketika para responden mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BP-PNFI regional I Medan tahun 2011.

2. Wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan kunci (Key informan) yang mengetahui fenomena yang ingin diketahui yakni Kepala BP-PNFI, Kasi FSD, Ka.BPKB/SKB, dan koordinator pamong belajar. Wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga. Teknik wawancara terstruktur, namun


(51)

membuka kesempatan bagi nara sumber untuk menjawab sesuai persepsi atau pandangannya yang dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan tetap yang disiapkan terlebih dahulu.

3. Observasi (Pengamatan) yaitu melihat langsung fakta-fakta yang ada di lokasi penelitian dan memantau peningkatan kerja para pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh berdasarkan dokumen-dokumen dan data tertulis yang telah diterbitkan oleh pemerintah maupun Balai Pengembangan Pendidikan Non formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan pengadaan pertanyaan melalui pembuatan kuisioner dan pedoman wawancara.

3.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

3.5.1. Defenisi konsep

a. pendidikan dan pelatihan adalah upaya secara sistematis dan terstruktur untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan dalam bidang tertentu. b. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non formal


(52)

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

c. Tenaga pendidik pendidikan non formal yakni tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai pamong belajar, tutor, dan widyaiswara serta masyarakat umum yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

d. Tenaga kependidikan non formal dan informal anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan seperti penilik, penyelenggara dan pengelola pada satuan pendidikan non formal.

e. Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan seseorang yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.


(53)

3.5.2. Defenisi Operasional

Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

Variabel Indikator

I. Struktur program a. Kesesuaian materi dengan tujuan kegiatan b. Kesesuaian waktu yang disediakan untuk

masing-masing materi dengan tujuan kegiatan

c. Manfaat praktis materi kegiatan II. Pelayanan

kesekretariatan

a. Penyediaan ATK

b. Pelayanan informasi oleh petugas (panitia) c. Sikap petugas (panitia terhadap peserta) d. Hand out yang disediakan sesuai dengan

materi

III. Asrama a. Kebersihan kamar tidur

b. Kebersihan kamar mandi dan toilet c. Ketenangan dan ketertiban asrama d. Fasilitas air

e. Fasilitas penerangan IV. Ruang belajar a. Penataan ruang belajar

b. Kebersihan ruang belajar

c. Kenyamanan dan ketenangan ruang belajar d. Kelengkapan ruang belajar (papan

tulis/white board, OHP, Infocus, meja dan kursi.

e. Luas ruang belajar

V. Konsumsi a. Pengaturan makan dan snack b. Gizi makanan yang disediakan c. Kesegaran hidangan

d. Variasi makanan dan snack e. Sikap petugas konsumsi f. Kebersihan ruang makan

g. Ketenangan dan kenyaman ruang makan h. Kelengkapan peralatan makan


(54)

3.6. Teknik Analisis/interpretasi Data

Penelitian ini pada dasarnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif. Ciri khas dari penelitian ini mencerminkan data dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan instrumen. Salah satu keuntungan pendekatan ini diarahkan pada latarbelakang dan individu secara holistik menggunakan metode deskriptif sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai realitas sosial yang kompleks mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di BP-PNFI regional I Medan antara tahun 2003 - 2008.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif exploratif. Motode Deskriptif adalah suatu penelitian untuk mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa adanya yang bersifat untuk mengungkapkan fakta (fact finding). Sedangkan penelitian exploratif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menemukan masalah-masalah baru yang ditemukan dan selanjutnya dibahas dan diselidiki secara cermat melalui kegiatan penelitian lanjutan. (Nawawi : 1995).

Penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk melukiskan dan menjelaskan secara terperinci fenomena sosial yang ada. Pendekatan deskriptif ini menggambarkan keadaan secara nyata pada saat penelitian, menganalisis, dan menginterpretasikan dengan pendekatan kualitatif. Tujuan dalam penelitian deskriptif ini adalah untuk melukiskan, menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ditemukan berupa data berbentuk penjabaran maupun berupa data statistic serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki yang


(55)

berbentuk situasi, hubungan yang terjadi, maupun proses atau kejadian yang sedang berlangsung. Dalam penelitian melalui pendekatan deskriptif ini diharapkan mampu memberi gambaran mengenai kebijakan pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan terhadap peningkatan kompetensi PTK-PNF se-regional I.

Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan rumusan masalah adalah analisis deskriptif presentase. Data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti baik berupa data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan metode dan prosedur analisis deskriptif dengan mengembangkan kategori yang relevan dengan berpedoman pada teori-teori yang sesuai. Di samping itu, data yang diperoleh pada saat melakukan wawancara dan penyebaran angket diolah (dibaca, dipelajari, dan ditelaah) kemudian dirangkumkan.

3.7. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 Bulan pada bulan Juli, Agustus, September, Oktober 2011. Dalam melaksanaan penelitian terdapat beberapa kendala seperti pada tahap pengumpulan data. Kendala tersebut muncul disebabkan jadwal pelaksanaan Diklat yang sering mundur dari jadwal yang direncanakan. Dengan mundurnya pelaksanaan Diklat maka juga berpengaruh terhadap kegiatan pengumpulan data penelitian.


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil BP-PNFI Regional - I Medan

4.1.1. Sejarah Pendirian

Diawal berdirinya, lembaga ini bernama Balai Pengembangan Masyarakat (BPM) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang pendidikan masyarakat kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara. Pada tahun 1991 BPM beralih menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Medan, dengan wilayah kerja Provinsi Aceh (NAD), Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1997 beralih menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Sumatera Utara. Kemudian, setelah memasuki era otonomi daerah, dengan keputusan Mendiknas No. 115/0/2007, berubah menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI) Regional I dengan wilayah kerja Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau (Kepri). BP-PNFI Regional I Medan beralamat di Jalan Kenanga Raya No. 64 Tanjung Sari Medan (20132) Telepon/Faks 061-8213254, Email: contact@bpplsp-reg-1.go.id

4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan memiliki tugas pokok yakni melaksanakan pengkajian program


(57)

PNFI dan fasilitasi pengembangan sumber daya PNFI berdasarkan kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional. Sedangkan fungsi utama adalah:

1. Pengkajian pelaksanaan PNFI 2. Pengembangan program PNFI

3. Fasilitasi pengembangan sumber daya PNFI sesuai kebutuhan daerah 4. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi PNFI

5. Pemberian bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program PNFI 6. Pelaksanaan urusan ketatalaksanaan BP-PNFI

4.1.3. Visi dan Misi

a. Visi : ”Terwujudnya layanan pendidikan non formal dan Informal berbasis masyarakat luas yang demokratis, berkualitas dan bermakna”.

b. Misi :

1) Mewujudkan model program PNFI yang bermanfaat dan berbasiskan kebutuhan masyarakat dan pasar

2) Mewujudkan model peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan PNFI yang profesional sesuai kebutuhan belajar masyarakat dan pengembangan IPTEK

3) Memfasilitasi terwujudnya sarana dan media belajar PNFI yang relevan 4) Mewujudkan peningkatan mutu layanan informasi PNFI melalui


(58)

5) Memfalitasi penguatan peran masyarakat dalam pengelolaan program PNFI

6) Mewujudkan pelayanan bantuan teknis terhadap satuan PNFI

7) Mewujudkan BP-PNFI menjadi labsite program PNFI yang inovatif, kreatif, dan produktif

4.1.4. Program dan Kemitraan a. Program

1) Diklat Teknis dan Fungsional bagi PTK-PNF

2) Kelompok bermain (Kober), yakni layanan bermain sambil belajar untuk anak-anak usia 2 - 4 tahun

3) Produksi alat permainan edukatif (APE) 4) Pengembangan media dan model PNF 5) Pengembangan SIM PNF

6) Penyuluhan dan penyebaran informasi PNF 7) Temu konsultasi dan Koordinasi

8) Koordinasi PNF Se-Regional I

9) Bantuan Pendidikan dan tenaga kependidikan PNF

10) Dana blockgrant ke BPPLS/BPKB/BP3PNF/SKB/ Mitra binaan b. Kemitraan

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, BP-PNFI regional-I Medan, menjalin kemitraan dengan instansi pemerintah, badan internasional, dan LSM, seperti:


(59)

1) USU 2) UNIMED

3) GAN/PIMANSU

4) BP2TKI (Kemenakertran)

5) Dinas Pendidikan Tkt I dan II se-regional I

6) Lembaga kursus dan pelatihan se-regional I Medan 4.1.5. Struktur Organisasi

Gambar 2. Stuktur Organisasi Kepala BP-PNFI

Eselon III A

Kasubbag Tata Usaha Eselon IV A

Kasi Fasilitasi sumber daya Eselon IV A

Kasi Program Eselon IV A

Kasi Informasi Eselon IV A

Kelompok Jabatan Fungsional Koordinator


(60)

4.1.6. Ketenagaan

Tabel 3. Struktur Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Jabatan

No Tingkat Pendidikan Status jabatan Jumlah

Struktural Fungsional

1 S-3 1 1

2 S-2 5 12 17

3 S-1 29 28 57

4 D-3 1 - 1

5 SMA/Sederajat 11 - 11

Jumlah 47 39 86

Sumber : hasil penelitian, 2011

4.1.7 Sarana dan Prasarana

Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan memiliki Sarana dan Prasarana seperti:

a. Ruang kerja pejabat Struktural : 2 Buah b. Ruang kerja tenaga Fungsional : 1 Ruangan c. Ruang pertemuan serba guna : 1 Ruangan

d. Ruang Aula : 1 Ruangan

e. Ruang Rapat VIP : 1 Ruangan f. Penginapan VIP : 10 Kamar g. Kamar tidur AC : 100 Kamar h. Kamar Tidur Fan : 28 Bed

i. Ruangan makan : 1 Ruangan


(61)

k. TV-E

l. Radio Komunitas ”Suara PNF” 107,6 FM m. Pusat layanan Informasi

n. Layanan akses internet bagi masyarakat o. Lab. Komputer dan multimedia

p. Micro Teaching

q. Labsite kober Kenanga r. Musholla

4.1.8. Kegiatan dan tugas lainnya

Selain melakukan tugas – tugas pokok seperti diuraikan diatas, BP-PNFI regional I Medan, juga mempunyai beberapa tugas lainnya, seperti:

a. Penyusunan bahan-bahan dan media pembelajaran PNF

b. Melaksanakan visitasi kelayakan program PNF pada BPKB, SKB, LKP, PKBM dan satuan PNF lainnya.

c. Melaksanakan monitoring pelaksanakan PNF pada BPKB, SKB, LKP, PKBM dan satuan PNF lainnya.

d. Melaksanakan evaluasi dan monitoring PNF pada BPKB, SKB, LKP, PKBM dan satuan PNF lainnya.

e. Melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan program PNFI dan menilai kelembagaan PNFI seperti BPKB dan SKB.


(62)

f. Melaksanakan kerjasama dan kemitraan dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan PNF

4.2. Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sebanyak 30 orang responden yang masing-masing dipilih dari beberapa unit kerja di daerah yang merupakan unit binaan BP-PNFI regional I Medan sebagai lokasi penelitian, maka dapat diperoleh hasil penelitian yang dideskripsikan dalam paparan berikut.

4.2.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Tabel 3 sampai dengan tabel 4 berikut adalah analisis data responden. Data tabel 7 sampai dengan setrusnya mengemukakan data variabel penelitian dan penganalisaan dalam bentuk tabel tunggal melalui data deskriptif yaitu membagi variabel-variabel secara kategoris dan analisa melalui frekuensi dan presentase.

4.2.1.1. Analisis Data Responden

Tabel 4. Jenis Kelamin Responden

No Uraian F %

1 Laki-laki 15 50,0

2 Perempuan 15 50,0

Total 30 100


(63)

Dari data tabel 4.2 di atas diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (50,0 %) dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (50,0 %). Hal itu menunjukkan bahwa peserta pelatihan yang pernah mengikuti diklat di BP-PNFI regional I cenderung berimbang jumlahnya. Dalam pemanggilan calon peserta diklat tiap-tiap satuan PNF diharuskan mengirimkan peserta sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dengan harapan agar materi diklat yang disampaikan sesuai dengan bidang tugas pokok dan fungsi peserta didik.

Tabel 5. Jenis Pekerjaan dan Jabatan Responden

No Uraian F %

1 Kepala SKB/BPKB 3 10,0

2 Pamong Belajar 10 33,3

3 Tutor PNF 10 33,3

4 Penilik 2 6,67

5 Penyelenggara/Pengelola PNF 5 16,67

Total 30 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Data Tabel 5 di atas menunjukkan, bahwa jabatan responden yang paling banyak yakni sebanyak 10 orang (33,3 %) adalah pamong belajar yang bekerja di BP-PNFI regional I, pamong belajar BPKB provinsi, dan pamong belajar pada SKB kabupaten/kota yang merupakan UPTD pendidikan non formal. Tutor PNF Juga selaku tenaga pendidik pada PNF sebanyak 10 orang (33,3 %). Kedua profesi/jabatan ini menjadi responden terbesar, karena memang intensitas atau jumlah pelaksanaan diklat untuk kedua profesi ini, juga yang paling sering dilakukan. Kemudian unsur penyelengara/pengelola satuan PNF seperti pimpinan PKBM, pimpinan LKP, dan


(64)

pimpinan PAUD sebanyak 5 peserta ( 16,6 %), Kepala SKB/BPKB sebanyak 3 orang (10,0 %), dan unsur penilik PNF pada UPTD dinas pendidikan sebanyak 2 orang (6,67 %).

Tabel 6. Pendidikan Responden

No Uraian F %

1 Magister/Strata-2 5 16,7

2 Sarjara/S-1 22 73,3

3 SMA/Sederajat 3 10,0

Total 30 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Data pada Tabel 6 menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan para responden yang pernah mengikuti diklat di BP-PNFI regional I, yang paling banyak adalah tingkat Sarjana/S-1 sebanyak 22 orang (73,3 %). Tingkat Magister/S-2 sebanyak 5 orang (16,6 %), dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 3 orang (10,0 %). Tingkat pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan PNF, didominasi pendidikan Sarjana/S-1, hal tersebut berhubungan dengan adanya kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional yang mewajibkan bahwa tingkat pendidikan para tenaga pendidikan PNF minimal Sarjana/S-1. Kebijakan Kemendiknas yang mengharuskan tingkat pendidikan PTK-PNF minimal sarjana, kemudian didukung dengan penyediaan dana bantuan pendidikan atau beasiswa kepada para PTP-PNF se-regional – I untuk menyelesaikan pendidikannya. Penyediaan bantuan pendidikan bagi PTK-PNF mulai dilakukan tahun 2008 dan telah memberi bantuan kepada 151 orang dan sebagian besar telah menyelesaikan pendidikannya dan/atau telah berada pada semester akhir. Upaya peningkatan pendidikan terhadap PTK-PNF diharapkan dapat


(65)

berdampak terhadap peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan nonformal secara umum.

4.2.1.2. Analisis Variabel Penelitian I. Stuktur program

Struktur program diklat menjadi bagian yang sangat menentukan dalam pelaksanaan diklat. Dengan melaksanakan semua item dalam bagian ini, maka persiapan diklat untuk kemudian dilanjutkan ke tahap pelaksanaan akan semakin lebih mudah. Beberapa item dalam bagian struktur program antara lain perencanaan jadwal diklat, Kesesuaian materi dengan tujuan kegiatan, Kesesuain waktu yang disediakan untuk masing-masing materi dengan tujuan kegiatan, dan manfaat praktis materi kegiatan. Masing-masing jawaban responden pada setiap item akan ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Perencanaan Jadwal Pendidikan dan Pelatihan

Nilai Sekor Indikator F %

>90 A Sangat Baik/Sangat Setuju 7 23,3

80 – 89 B Baik/Setuju 15 50,0

70 – 79 C Cukup/Ragu-ragu 5 16,7

60 - 69 D Kurang/Tidak Setuju 3 10,0

Total 30 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Dari data pada tabel 7 diketahui bahwa sebanyak 7 responden (23,3 %) menyatakan bahwa perencanaan jadwal pelaksanaan diklat yang dilakukan oleh BP-PNFI regional I Medan, sudah sangat bagus, dalam arti bahwa tenggang waktu yang dimiliki oleh para peserta pelatihan untuk mempersiapkan diri mengikuti diklat sudah


(66)

sangat memadai. Menurut beberapa responden bahwa surat undangan kegiatan diklat sudah sampai di tempat atau kantor tujuan antara 10 sampai 14 hari sebelum kegiatan. Responden yang menjawab sangat puas terhadap perencanaan jadwal diklat umumnya adalah yang berdomosili di sekitar Provinsi Sumatera Utara dan berada di kota – kota besar dimana akses informasi dan surat sudah sangat memadai. Responden yang setuju sebanyak 15 responden (50,0 %), yang berarti tenggang waktu yang dimiliki peserta diklat untuk mempersipkan diri sudah memadai, dimana menurut responden waktu yang memadai antara 7 sampai 10 hari. Kemudian sebanyak 5 orang responden (16,7 %) menyebutkan bahwa surat undangan yang mereka terima, memiliki waktu yang cukup yakni antara 4 sampai 7 hari, dan sebanyak 3 responden (10,0 %), menyebutkan bahwa tenggang waktu surat undangan yang mereka terima dengan pelaksanaan diklat sering terlambat atau waktu kurang memadai. Para responden mengeluhkan jika waktu yang dimiliki hanya berkisar 3 sampai 5 hari sebelum kegiatan diklat.

Tabel 8. Kesesuaian Materi dengan Tujuan Kegiatan

Nilai Sekor Indikator F %

>90 A Sangat Baik/Sangat Setuju 4 13,3

80 – 89 B Baik/Setuju 12 40,0

70 – 79 C Cukup/Ragu-ragu 6 20,0

60 - 69 D Kurang/Tidak Setuju 8 26,6

Total 30 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Pada tabel 8 diatas sebanyak 4 responden (13,3 %) menyatakan bahwa materi yang disampaikan ketika diklat dengan tujuan diklat sudah sangan baik, ini berarti bahwa materi yang mereka dapat sangat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi


(67)

oleh PTK-PNF dilapangan. Sebanyak 12 responden (40,0 %) menyatakan baik, 6 orang responden (20,0 %) menyatakan cukup sesuai, dan 8 responden (26,7 %) menyatakan bahwa materi yang disampaikan ada yang tidak sesuai dengan tujuan kegiatan. Ketidaksesuaian tersebut antara lain pada diklat pendidikan anak usia dini (PAUD), dimana materinya sering tidak dapat diterapkan dilapangan dikarenakan karena ketidaksesuaian karakteristik anak dan budaya masyarakat di daerah. Pada diklat Pendidikan kesetaraan, responden memberi masukan, agar materi diklat yang disampaikan fasilitator pusat dengan daerah tidak tumpang tindih. Misalnya ada materi diklat tentang penyusunan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), kemudian terdapat lagi materi tentang Silabus, dan RPP, padahal materi silabus dan RPP, merupakan bagian dari materi tentang KTSP. Dengan demikian materi yang disampaikan oleh fasilitator dan yang diperoleh peserta diklat menjadi berulang. Tabel 9. Kesesuaian Waktu yang Disediakan untuk Materi dengan Tujuan

Kegiatan

Nilai Sekor Indikator F %

>90 A Sangat Baik/Sangat Setuju 2 6,6

80 – 89 B Baik/Setuju 10 33,3

70 – 79 C Cukup/Ragu-ragu 4 13,3

60 – 69 D Kurang/Tidak Setuju 14 46,6

Total 30 100

Sumber : Hasil Penelitian, 2011

Data dari tabel 9 dapat diketahui bahwa hanya 2 responden (6,67 %) yang mengatakan bahwa waktu yang disediakan untuk materi diklat sangat mencukupi, dan 10 responden (33,3 %) yang menyatakan baik. Dilain pihak ada 4 responden (13,3 %) yang menyatakan waktu yang tersedia cukup, dan bahkan ada 14 responden (46,0 %)


(1)

ANGKET/KUISIONER PENELITIAN

“ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI BP-PNFI

REGIONAL I MEDAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA: FALMER SIUS L.GAOL NIM : 097024071/SP

SEKOLAH PASCA SARJANA MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lampiran : 1 (satu) berkas Medan, ….September 2011

Perihal : Mohon pengisian Angket/ Kepada Yth.

Kuisioner penelitian tesis Bapak/Ibu alumni Diklat yang diselenggarakan oleh BP-PNFI Regional I Medan

Dengan hormat,

Dalam rangka tahap penyelesaian pendidikan pada program pasca sarjana di Universitas Sumatera Utara, dimana salah satu syaratnya adalah melalukan penelitian dan kemudian penulisan karya ilmiah berupa tesis. Maka dalam rangka itu penelitian ini telah menetapkan topik yakni “Analisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal di BP-PNFI Regional I Medan. Untuk itu mohon kepada bapak/ibu sekalian yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini, kiranya berkenan mengisi angket/kuesioner pada lampiran surat ini.

Angket ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan diklat PTK-PNF yang telah dan yang sedang dilaksanakan oleh BP-PNFI Regional I Medan, dan angket ini murni untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan bukan untuk mencari kesalahan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan diklat tersebut. Penulis akan menjaga kerahasiaan dari jawaban responden sekalian. Dengan demikian diharapkan agar bapak/ibu dapat mengisi angket terlampir dengan jawaban yang jujur dan benar sesuai kondisi yang sedang dialami saat ini dan selama mengikuti diklat di BP-PNFI Regional I Medan.

Setiap jawaban yang bapak/ibu berikan sangat berarti dan berguna secara khusus bagi penelitian ini dan secara umum bagi pengembangan pelaksanaan diklat di BP-PNFI Regional I Medan pada masa yang akan datang. Atas perhatian dan jawaban yang bapak/ibu berikan, saya mengucapkan banyak terima kasih.


(3)

Falmer Sius L.Gaol 1. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET:

a. Mohon seluruh pertanyaan dijawab

b. Berikan tanda silang (X) untuk pilihan jawaban yang anda pilih pada kolom yang disediakan

c. Pilihan jawaban berupa angka yang telah dikonversikan sesuai variable d. Penilaian bapak/ibu adalah terhadap semua diklat yang sudah pernah diikuti

2. NILAI JAWABAN TIAP BUTIR INSTRUMEN

No Nilai/ Sekor Keterangan

1 >90 4 Sangat baik/Sangat setuju

2 80 - 89 3 Baik/Setuju

3 70 - 79 2 Cukup/Ragu-ragu

4 60 - 69 1 Kurang/Tidak setuju

3. DAFTAR PERTANYAAN

INSTRUMEN EVALUASI PENYELENGGARAAN DIKLAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI

BP-PNFI REGIONAL I MEDAN

No. Unsur yang dinilai

Nilai

60-69/ 70-79/ 80-89/ >90/

I STRUKTUR PROGRAM

a. Perencanaan jadwal diklat terencana dengan baik

b. Kesesuaian materi dengan tujuan kegiatan


(4)

masing-masing materi dengan tujuan kegiatan d. Manfaat praktis materi kegiatan

II FASILITATOR a. Penguasaan materi

b. Kemampuan menyajikan materi c. Pengelolaan kelas

d. Penggunaan metode pembelajaran e. /Penggunaan alat bantu/media mengajar

f. Kemampuan menggunakan bahasa dan berkomunikasi

g. Penampilan h. Disiplin

III PELAYANAN KESEKRETARIATAN a. Penyediaan ATK

b. Ketersediaan bahan ajar dlm pelaksanaan diklat

c. Ketersediaan Bahan Lainnya (Media, Modul, PP, Permendiknas yang berhubungan dengan materi diklat)

d. Pelayanan informasi oleh petugas (panitia) e. Sikap petugas (panitia terhadap peserta) f. Hand out yang disediakan sesuai dgn materi IV ASRAMA


(5)

a. Kebersihan kamar tidur

b. Kebersihan kamar mandi dan toilet c. Ketenangan dan ketertiban asrama d. Fasilitas air

e. Fasilitas penerangan V RUANG BELAJAR

a. Penataan ruang belajar b. Kebersihan ruang belajar

c. Kenyamanan dan ketenangan ruang belajar d. Kelengkapan ruang belajar (papan tulis, OHP,

Infocus, meja dan kursi). e. Luas ruang belajar VI KONSUMSI

a. Pengaturan makan dan snack b. Gizi makanan yang disediakan c. Kesegaran hidangan

d. Variasi makanan dan snack e. Sikap petugas konsumsi f. Kebersihan ruang makan

g. Ketenangan dan kenyaman ruang makan h. Kelengkapan peralatan makan


(6)

VII PELAYANAN KESEHATAN a. Ketersediaan obat-obat Generik

Saran……… ……… ……… ……… ……… ………..

Nama responden :

Jabatan :

Pendidikan : Jenis Kelamin : Alamat /HP :