Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah menggunakan sarana media cetak tentunya membutuhkan bakat mengarang, karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan. Selain bersifat keterampilan praktis, pendekatan ini bisa juga disebut sebagai seni. Lebih jauh lagi, ukuran keberhasilan seorang jurnalis Muslim dalam menorehkan penanya terletak pada adanya perubahan sikap dan perilaku sasaran dakwah. Oleh karena itu, da’wah bil qalam juga dimaksudkan untuk menghantar pembaca menjadi mahir dan efektif dalam hal menyampaikan gagasan dakwah, khususnya dalam bahasa tulis-menulis atau mengarang. 1 Jalaluddin Rahmat dalam karyanya, Islam Aktual, mengatakan bahwa da’wah bil qalam adalah dakwah melalui media cetak. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan teknologi informasi. 2 Sejalan dengan perkembangan jaman, kini kita telah memasuki abad 21 akan tetapi, perkembangan informasi yang masuk ke rumah-rumah penduduk melalui televisi dan gelombang suara menyebabkan menurunnya minat membaca buku-buku keagamaan. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah informasi yang muncul lewat radio dan televisi sebagian besar merupakan informasi yang 1 Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Bandung: Teraju, 2004, h. 12. 2 Ibid, h. 120. 1 mengarah kepada konsumerisme dan hedonisme. Sehingga menjadi tantangan besar bagi para da’i untuk bisa mengambil perhatian masyarakat. 3 Bagi seorang da’i yang memiliki komitmen dengan dakwah, kondisi di atas akan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Menulis buku-buku bernuansa dakwah adalah pilihan yang sudah selayaknya untuk dilakukan. Agar buku-buku menjelma fungsinya sebagai pencerdas dan pencerah umat. 4 Berdakwah tidak harus berceramah, dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen cerita pendek, cerbung cerita bersambung, cergam cerita bergambar dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah di dalamnya. Beberapa penulis juga sudah melakukan hal ini. Bahkan sekarang pun beberapa ustadz juga telah menulis buku, hal ini tentunya juga sebagai suatu media dakwah. Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda- beda. 5 Saat ini masih banyak orang yang membaca sebuah karya sastra sekedar menikmatinya sebagai hiburan saja, tanpa berusaha untuk merenungkan apa pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggali isi pesan yang terdapat dalam sebuah novel atau karya sastra. 3 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, Bandung: Media Qalbu, 2004, h. 7. 4 Ibid, h. 29. 5 Nugraha Sumaryadi Ramadhan, Media Dakwah Islam, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http:noe2xpoenya.blogspot.com200905media-dakwah-islam.html . Novel yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan ini diadaptasi dari sebuah pengalaman nyata, yang mengisahkan seorang perempuan bernama Nidah Kirani, muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Kecintaannya pada agama membuat dia memilih untuk hidup yang sufistik. Dan keinginannya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang beragama secara kaffah. Semangatnya dalam beragama seperti gayung bersambut ketika ia menerima doktrin-doktrin bahwa Islam yang ada di Indonesia sekarang ini tidak murni. Yang murni hanya ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dengan tafsiran, Islam itu bukan agama. Islam itu Dien atau sistem yang hukum- hukumnya ditata dalam syariat. Singkatnya ia ikut tergabung dalam organisasi itu, Organisasi dimana jemaahnya ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Setelah sekian lama tergabung dalam organisasi itu, ia merasa tidak ada kemajuan dalam organisasinya. Sistem yang tidak transparan yang di dalamnya terdapat kepalsuan dan kebohongan. Ia merasa sangat kecewa. Belum lagi banyak masalah yang timbul akibat keaktifannya dalam organisasi itu. Bukannya segera bertobat dan kembali ke jalan Allah. Ia malah justru merasa kecewa dengan Allah. ia merasa tidak ada intervensi dari Allah padahal ia telah sebegitu berjuangnya selama menegakkan agama. Di saat kondisinya yang galau, ia justru melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan free sex. Disini pengarang menjelaskan bahwa semua yang tergoda oleh Nidah Kirani untuk melakukan free sex adalah pria-pria yang merupakan aktivis Islam. Mereka adalah orang-orang munafik pikir Nidah. Akhirnya ia pun menjual dirinya pada para pria. Pelacur, pilihan yang dia pikir lebih menguntungkan ketimbang hanya sekedar free sex dengan teman-teman kampusnya. 6 Novel ini memberikan pesan kepada kita para pembaca, khususnya para orang tua agar memperhatikan pentingnya memupuk pemahaman agama Islam yang benar sejak dini, juga pentingnya keyakinan akan pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang dirundung konflik. Meski novel ini disinyalir mengundang kontroversi dan kecaman keras dari berbagai kalangan, namun ada juga yang memberikan pujian karena buku ini telah memulai suatu pengungkapan beberapa hal yang tak terungkap, menerobos tabu-tabu di mana banyak orang yang menghindarinya. Satu hal yang paling penting adalah membongkar kemunafikan dari sejumlah manusia yang bersembunyi di balik topeng-topeng perjuangan agama, ideologi, dan atas nama nilai-nilai kebajikan. 7 Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas karya Muhidin M. Dahlan ini dengan mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” Karya Muhidin M. Dahlan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah