Karya-karya Muhidin M. Dahlan Gambaran Tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur”

Berbekal kesadaran dan pencerahan yang diperolehnya, ia mulai melakukan otokritik. Namun, Muhidin tidak hendak menyatakan kritiknya itu dengan ramai- ramai demonstrasi di jalan. Ia memanfaatkan kekuatan dan ketajaman pena sebagai medium penggugah kesadaran dan penyebar daya otokritik. Muhidin menggugat dengan sastra, dengan tulisan, salah satu cara yang elegan dalam berpolemik. Dengan segala kontroversinya, kehadiran Muhidin dengan karya-karya alternatifnya itu layak diapresiasi. Di tengah-tengah masyarakat yang lebih suka memaksakan “kaca buram” untuk melihat dan menilai diri sendiri, Muhidin membawakan semangkuk “air sastra” nan jernih yang bisa dipakai untuk berkaca dan mengkritisi diri. 2

B. Karya-karya Muhidin M. Dahlan

Beberapa buku yang ditulis Muhidin M. Dahlan dan pernah diterbitkan antara lain, yaitu: 1. Sosialisme Religius Kreasi Wacana, 2000. 2. Postkolonial: Sikap Kita Terhadap Imperialisme Jendela, 2001. 3. Amnesti: Antologi Cerpen 12 Nobelis dan 2 Begawan Sastra Lainnya Jalasastra, 2002. 4. Mencari Cinta Pustaka Sufi, 2002. 5. Di Langit Ada Cinta Pustaka Sufi, 2003. 6. Aku, Buku dan Sepotong Sajak Cinta Scripta Manent, 2003. 7. Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur Scripta Manent, 2003. 2 Edy Zaques, Muhidin M. Dahlan: Saya adalah Nabi Kegelapan, artikel diakses pada 11 April 2010 dari http:ezonwriting.wordpress.com 8. Terbang Bersama Cinta Melibas, 2004. 9. Adam Hawa Scripta Manent, 2005. 10. Kabar Buruk dari Langit Scripta Manent, 2005. Berikut ini adalah buku-buku yang ditulis bersama penulis lainnya: 1. Pledoi Sastra: Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung Kipanjikusmin Melibas, 2004. 2. Laporan dari Bawah: Sehimpunan Cerita Pendek Lekra 1950-1965 Merakesumba, 2007. 3. Tanah Air Bahasa: Seratus jejak Pers Indonesia Blora Institute, 2007. 4. Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra 1950-1965 Merakesumba, 2008 5. Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965 Merakesumba, 2008. 6. Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku Indonesia Buku, 2009.

C. Gambaran Tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur”

Ini kisah perempuan bernama Nidah Kirani. Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk salat, baca Al-Qur’an, dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya menonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu: untuk menjadi muslimah yaang beragama secara kaffah. Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecawaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkan ber-Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali digugatnya kondisi itu, tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya. Dalam keadaan kosong itulah ia terjerembab dalam dunia hitam. Ia melampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obatan terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan, kan kutuntaskan pemberontakan pada-Mu” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuil pun raut sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap topeng- topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya ―baik aktivis sayap Kiri maupun sayap Kanan Islam—yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen Kampus Matahari Terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata merupakan anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia. Jika dilihat dari isinya novel ini tentu mengalami banyak kontroversi dan menyulut reaksi yang berlebihan dari berbagai kalangan. Ada yang mengatakan bahwa Muhidin berusaha menyudutkan gerakan Islam tertentu. Ada pula yang mengatakan dia kafir dan mengusung ide-ide kufur yang sangat Marxis dengan derajat kebencian terhadap agama yang luar biasa besarnya. 3 3 Muhidin M. Dahlan, Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur, Yogyakarta: Scripta Manent, 2006, cet. ke-9, h. 255. Namun di sisi lain ada juga yang memberikan kritik yang proposional dan tak disertai dengan kemarahan yang meluap-luap sebab buku ini tak ada apa- apanya dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi di sekeliling kita. Ada yang berpendapat bahwa buku ini roman teologis yang memberi ajar dan memberitahu satu hal bahwa beragama harus ikhlas supaya tidak ditimpa kekecewaan sebagaimana yang dialami oleh tokoh yang ada dalam buku ini. Seorang psikologi yang turut membedah buku ini bahkan mengatakan bahwa buku ini telah memerkaya khasanah dunia psikologi ihwal kejiwaan seorang manusia ketika bersentuhan dengan agama. 4 4 Muhidin M. Dahlan, Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur, h. 259.

BAB IV PESAN-PESAN DAKWAH