Analisis isi pesan Dakwah dalam novel Tuhan izinkan aku menjadi pelacur karya Muhidin M.Dahlan

(1)

PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Sisilia Yuliaty Hariputri NIM: 106051001885

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./ 2010 M.


(2)

KARYA MUHIDIN M. DAHLAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Sisilia Yuliaty Hariputri NIM: 106051001885

Dibawah Bimbingan:

Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 1 006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H./ 2010 M.


(3)

Skripsi yang berjudul ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 11 November 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua, Sekertaris,

Dr. H. Arief Subhan, M.A. Hj. Umi Musyarrofah, M.A. NIP: 19660110 199303 1 044 NIP: 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. Drs. Sunandar, M.A. NIP: 19610422 199003 2 001 NIP: 19620626 199402 1 002

Pembimbing

Drs. Jumroni, M.Si NIP: 19630515 199203 1 006


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 November 2010


(5)

Sisilia Yuliaty Hariputri

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”

Islam memerintahkan penyebaran ilmu pengetahuan atau menyebarkan dakwah dengan cara dan bentuk apapun, baik tulisan maupun visual, termasuk di dalamnya mencetak, menjual dan mengedarkannya. Maka novel merupakan salah satu pilihan untuk dijadikan sarana penyebaran agama Islam, mengingat banyak diminati oleh berbagai kalangan. Berbeda dengan karya sastra lainnya, novel ini dikemas secara unik, penuh dengan hal-hal kontradiktif dan kontroversi. Meski demikian novel ini sarat akan pesan dakwah dan telah memberi tahu satu hal, bahwa beragama haruslah didasari dengan rasa ikhlas agar tidak mengalami kekecewaan seperti yang dialami oleh tokoh dalam novel ini.

Oleh karena itu yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!? dan pesan dakwah apa yang cenderung mendominasi isi novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!?.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Berelson analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dalam teknik analisis data dibuat kategorisasi pesan dakwah yang terdapat pada paragraf dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. Kemudian membuat lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya, hasil kesepakatan tim juri dijadikan sebagai koefisien reabilitas dan terakhir melakukan penghitungan prosentase mengenai pesan dakwah yang dominan.

Dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! terdapat 11 sub judul, namun yang dijadikan objek penelitian hanya 4 sub judul. Kategori pesan dakwahnya adalah akidah, syariah, dan akhlak. Setelah dilakukan penghitungan maka dapat diketahui bahwa pesan dakwah yang paling dominan dalam novel ini adalah pesan akhlak dengan perolehan data sebanyak 0,44%, diikuti pesan syariah sebanyak 0,40%, kemudian pesan akidah sebanyak 0,16%.


(6)

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini selesai.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan moril maupun spiritual dari berbagai pihak. Untuk semua itu tidak ada balasan yang sanggup penulis berikan kecuali ucapan terima kasih dari hati sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.

3. Ibu Hj. Umi Musyarrofah, M.A., sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Mas Muhidin M. Dahlan yang telah bersedia memberikan informasi atas novel yang ditulisnya.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama mengikuti perkuliahan.

6. Ibu dan Bapak (Alm) tercinta yang dengan tulus memberikan kasih sayang dan dukungan tiada henti. Chessy, Catura, Fachru (kakak), dan Farid (adik) yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

untuk kuliah. Kebersamaan kita akan selalu dirindukan.

8. Sahabat-sahabatku, yang dengan setia memotivasi, membantu dan memberi informasi-informasi penting sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.

9. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Seluruh kerabat dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna baik untuk masa kini dan di kemudian hari bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi penulis pribadi. Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu mohon maaf atas segala kekurangan, tak lupa mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga Allah SWT., selalu melindungi kita semua. Amin.

Jakarta, 11 November 2010

Penulis


(8)

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……… vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

1. Tujuan Penelitian………. 5

2. Manfaat Penelitian………... 6

D. Metodologi Penelitian……… 6

E. Tinjauan Pustaka……… 10

F. Sistematika Penulisan………. 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Analisis Isi ………... 13

B. Pesan Dakwah……… 14

1. Akidah……….. 15

2. Syariah………. 17

3. Akhlak……….. 18

C. Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya………. 20

D. Novel Sebagai Media Dakwah………...23

BAB III SEKILAS TENTANG MUHIDIN M. DAHLAN DAN KARYA-KARYANYA A. Riwayat Hidup Muhidin M. Dahlan……….. 25

B. Karya-karya Muhidin M. Dahlan………... 27

C. Gambaran tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”………. 28


(9)

DAHLAN

A. Pesan-pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan……….. 31

1. “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”………... 32

2. “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”……….. 35

3. “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”…... 38

4. “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”………... 40

B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”……….. 43

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan………. 45

B.Saran………... 46

DAFTAR PUSTAKA………... 48

LAMPIRAN……….. 50


(10)

vi

Tabel 1 Kategori Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku

Menjadi Pelacur!”………... 31

Tabel 2 Sub Judul yang Diteliti dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”………... 32

Tabel 3 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 32

Tabel 4 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”………... 33

Tabel 5 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 35

Tabel 6 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”………... 36

Tabel 7 Koefisien Reabilitas Kesepakatan………... 38

Tabel 8 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”………... 39

Tabel 9 Koefisien Reabilitas Kesepakatan……….. 40

Tabel 10 Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”………. 41

Tabel 11 Tingkat Kesepakatan antar Juri………... 51

Tabel 12 Rincian Kategori Pesan Akidah……….. 57

Tabel 13 Rincian Kategorisasi Pesan Syariah………... 63


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Berdakwah menggunakan sarana media cetak tentunya membutuhkan bakat mengarang, karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan. Selain bersifat keterampilan praktis, pendekatan ini bisa juga disebut sebagai seni.

Lebih jauh lagi, ukuran keberhasilan seorang jurnalis Muslim dalam menorehkan penanya terletak pada adanya perubahan sikap dan perilaku sasaran dakwah. Oleh karena itu, da’wah bil qalam juga dimaksudkan untuk menghantar pembaca menjadi mahir dan efektif dalam hal menyampaikan gagasan dakwah, khususnya dalam bahasa tulis-menulis atau mengarang.1

Jalaluddin Rahmat dalam karyanya, Islam Aktual, mengatakan bahwa

da’wah bil qalam adalah dakwah melalui media cetak. Mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan teknologi informasi.2

Sejalan dengan perkembangan jaman, kini kita telah memasuki abad 21 akan tetapi, perkembangan informasi yang masuk ke rumah-rumah penduduk melalui televisi dan gelombang suara menyebabkan menurunnya minat membaca buku-buku keagamaan. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah informasi yang muncul lewat radio dan televisi sebagian besar merupakan informasi yang

1

Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, (Bandung: Teraju, 2004), h. 12.

2

Ibid, h. 120.


(12)

mengarah kepada konsumerisme dan hedonisme. Sehingga menjadi tantangan besar bagi para da’i untuk bisa mengambil perhatian masyarakat.3

Bagi seorang da’i yang memiliki komitmen dengan dakwah, kondisi di atas akan dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Menulis buku-buku bernuansa dakwah adalah pilihan yang sudah selayaknya untuk dilakukan. Agar buku-buku menjelma fungsinya sebagai pencerdas dan pencerah umat.4

Berdakwah tidak harus berceramah, dakwah juga bisa dilakukan melalui sebuah tulisan seperti cerpen (cerita pendek), cerbung (cerita bersambung), cergam (cerita bergambar) dan bahkan novel bisa disisipkan nilai-nilai dakwah di dalamnya. Beberapa penulis juga sudah melakukan hal ini. Bahkan sekarang pun beberapa ustadz juga telah menulis buku, hal ini tentunya juga sebagai suatu media dakwah. Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Sehingga diharapkan dakwah yang berupa nasehat ajakan untuk kemaslahatan umat bisa sampai kepada seluruh lapisan golongan masyarakat yang memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang berbeda-beda.5

Saat ini masih banyak orang yang membaca sebuah karya sastra sekedar menikmatinya sebagai hiburan saja, tanpa berusaha untuk merenungkan apa pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggali isi pesan yang terdapat dalam sebuah novel atau karya sastra.

3

Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah Dengan Menulis Buku, (Bandung: Media Qalbu, 2004), h. 7.

4

Ibid, h. 29. 5

Nugraha Sumaryadi Ramadhan, Media Dakwah Islam, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http://noe2xpoenya.blogspot.com/2009/05/media-dakwah-islam.html.


(13)

Novel yang berjudul Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan ini diadaptasi dari sebuah pengalaman nyata, yang mengisahkan seorang perempuan bernama Nidah Kirani, muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Kecintaannya pada agama membuat dia memilih untuk hidup yang sufistik. Dan keinginannya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.

Semangatnya dalam beragama seperti gayung bersambut ketika ia menerima doktrin-doktrin bahwa Islam yang ada di Indonesia sekarang ini tidak murni. Yang murni hanya ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dengan tafsiran, Islam itu bukan agama. Islam itu Dien atau sistem yang hukum-hukumnya ditata dalam syariat. Singkatnya ia ikut tergabung dalam organisasi itu, Organisasi dimana jemaahnya ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Setelah sekian lama tergabung dalam organisasi itu, ia merasa tidak ada kemajuan dalam organisasinya. Sistem yang tidak transparan yang di dalamnya terdapat kepalsuan dan kebohongan. Ia merasa sangat kecewa. Belum lagi banyak masalah yang timbul akibat keaktifannya dalam organisasi itu. Bukannya segera bertobat dan kembali ke jalan Allah. Ia malah justru merasa kecewa dengan Allah. ia merasa tidak ada intervensi dari Allah padahal ia telah sebegitu berjuangnya selama menegakkan agama.

Di saat kondisinya yang galau, ia justru melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan free sex. Disini pengarang menjelaskan bahwa semua yang tergoda oleh Nidah Kirani untuk melakukan free sex adalah pria-pria yang merupakan aktivis Islam. Mereka adalah orang-orang munafik pikir Nidah. Akhirnya ia pun menjual dirinya pada para pria. Pelacur, pilihan yang dia pikir


(14)

lebih menguntungkan ketimbang hanya sekedar free sex dengan teman-teman kampusnya.6

Novel ini memberikan pesan kepada kita para pembaca, khususnya para orang tua agar memperhatikan pentingnya memupuk pemahaman agama Islam yang benar sejak dini, juga pentingnya keyakinan akan pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya yang sedang dirundung konflik. Meski novel ini disinyalir mengundang kontroversi dan kecaman keras dari berbagai kalangan, namun ada juga yang memberikan pujian karena buku ini telah memulai suatu pengungkapan beberapa hal yang tak terungkap, menerobos tabu-tabu di mana banyak orang yang menghindarinya. Satu hal yang paling penting adalah membongkar kemunafikan dari sejumlah manusia yang bersembunyi di balik topeng-topeng perjuangan agama, ideologi, dan atas nama nilai-nilai kebajikan.7

Dari pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas karya Muhidin M. Dahlan ini dengan mengangkat judul skripsi: Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarah penelitian ini dibatasi pada empat sub judul dari sebelas sub judul pembahasan yang ada dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan yang diterbitkan oleh Scripta Manent 2006.

6

Hadi, Bedah Buku Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya : Muhidin M Dahlan, artikel diakses pada 24 Oktober 2009 dari http://hadi.staff.uns.ac.id.

7

Muhidin M. Dahlan, Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!, (Yogyakarta: Scripta Manent, 2006), cet. ke-9, h. 259.


(15)

Yakni, Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangan Cinta-Mu!, Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia, Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan, dan Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

a. Apa isi pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan?

b. Apa pesan dakwah yang mendominasi isi novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam novel

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam Pengakuan Kesatu, Pengakuan Kedua, Pengakuan Keempat, dan Pengakuan Kedelapan pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.

2) Memperoleh data tentang pesan dakwah yang mendominasi novel tersebut.


(16)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat menjadi sebuah kajian yang menarik dalam menempatkan novel sebagai salah satu media dakwah dan menambah khazanah serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang komunikasi dan penyiaran Islam. Disamping itu, kita juga dapat menemukan pesan-pesan dakwah yang ada pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menambah wawasan untuk Islam, mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta para praktisi dakwah dan menunjukkan bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam mengembangkan tugas dakwah melalui tulisan, salah satunya dengan hasil karya sastra seperti novel.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau disebut juga dengan content analysis yang bersifat kuantitatif. Metode tersebut adalah untuk mengkaji pesan-pesan dalam novel yang akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang kecenderungan isi, tema dan lain sebagainya. Menurut Berelson dan Kerlinger, analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap


(17)

pesan yang nampak.8 Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini adalah paragraf-paragraf yang ada pada empat sub judul pembahasan terpilih dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

karya Muhidin M. Dahlan. Sedangkan objek penelitiannya adalah isi pesan yang ada pada empat sub judul pembahasan terpilih dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu dengan membaca dan mengamati setiap paragraf dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.

b. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan variabel berupa catatan, buku-buku penelitian, dakwah, komunikasi, artikel, serta data lainnya tentang novel tersebut yang didapat dari internet.

4. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap paragraf yang masuk kedalam tiga kategori pesan dakwah, kemudian dianalisis untuk mencari isi pesan dakwah apa yang terkandung didalamnya.

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam menganalisa data:

a. Melakukan kategorisasi terhadap paragraf-paragraf dalam novel

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!. Menurut Moch. Ali Aziz dalam

8

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2007), cet. ke-2, h. 228.


(18)

bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah, pesan dakwah terdiri dari tiga aspek yakni akidah, syariah dan akhlak. Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1) Akidah, yaitu tulisan-tulisan yang membahas tentang keyakinan, kepercayaan, keimanan yang termasuk dalam rukun iman.

2) Syariah, yaitu tulisan-tulisan yang memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah SWT dan Rasulullah SAW dalam hal ibadah dan mua’amalah. Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan mu’amalah berkenaan dengan hidup antara sesama manusia seperti pernikahan, kewarisan, pidana, peradilan, ekonomi, sosial, dan budaya.

3) Akhlak, yaitu tulisan-tulisan yang membahas tentang etika, moral, budi pekerti manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya.

b. Memasukkan data kedalam lembar koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

c. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori-kategori isi novel dimintakan pengujian kategori kepada tiga koder atau juri untuk mengisi lembar koding dengan beberapa kategori yang telah ditentukan.

d. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas dihitung dengan rumus Holsty9, yaitu:

9

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 76.


(19)

Koefisien Reabilitas: 2M N1 + N2

Keterangan:

2M = Nomor keputusan yang sama antar juri N1, N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri

Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri (komposit reabilitas), dengan menggunakan rumus:

Komposit Reabilitas: N (x antar juri)

1 + (N-1) (x antar juri)

Keterangan: N = Jumlah juri

X = Rata-rata koefisien reabilitas antar juri

e. Kemudian dilakukan penghitungan prosentase mengenai pesan dakwah yang dominan yang terdapat dalam novel ini, selanjutnya menganalisa data. Prosentase pesan dakwah yang dominan dihitung dengan rumus:

P = F x 100%

N

Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan mengacu pada buku Pedoman Penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim


(20)

Penulis: Hamid Nasuhi dkk, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Ciputat: CeQDA, 2007).

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skiripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah dan Komunikasi maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut pengamatan penulis, terdapat banyak skripsi yang membahas tentang analisis isi tetapi sampai saat ini hanya menemukan adanya judul yang serupa dengan judul yang penulis ajukan, seperti:

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer, ditulis oleh Toni Sultoni, 2007. Secara garis besar ia membahas tentang pesan dakwah dan moral yang terdapat dalam novel Gadis Pantai. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Ia juga menggunakan 3 koder atau juri. Dengan kategori akidah, syariah dan akhlak. Selain itu, Toni Sultoni juga membahas pesan dakwah yang paling dominan dimana akidah menjadi urutan tertinggi dengan perolehan data sebanyak 38,1%, akhlak 28,6% dan syari’ah 11,2%.

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Nomik (Novel Komik) Karya Ali Muakhir, ditulis oleh Syajarotul Juhriyah, 2007 membahas tentang pesan dakwah yang terdapat dalam nomik (novel komik) yaitu akidah, syariah dan akhlak, metode yang digunakan adalah kualitatif. Novel ini pemaparannya agak berbeda dengan yang lain karena menggunakan gambar komik. Dakwah yang disampaikan dalam nomik (novel komik) ini menggunakan bahasa remaja sehari-hari. Selain


(21)

itu, ia membahas pesan dakwah yang paling dominan yaitu akidah sebanyak 52,8%, akhlak 33,10% dan syariah 23,1%.

Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Novel Di Atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy, ditulis oleh Zakiyah Fiddin, 2008. Skripsi ini membahas tentang novel karya Habiburrahman El-Shirazy yaitu Di Atas Sajadah Cinta yang terdapat 38 pembahasan, namun yang diteliti hanya dari sampel bilangan ganjil dari 38 pembahasan maka yang diteliti hanya 19 pembahasan. Ia menganalisisnya per bab dan per dialog. Dalam kategori pesan, Zakiyah Fiddin membagi 3 kategori yaitu akidah, akhlak dan syariah. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Dalam skripsi ini ia membahas pesan dakwah yang paling dominan dalam novel Di Atas Sajadah Cinta yaitu akidah dengan perolehan data sebanyak 52,63%, akhlak 26,31% dan syariah 5,26%.

Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah tidak satu pun penulis menemukan skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! karya Muhidin M. Dahlan. Dapat disimpulkan penulis ialah orang pertama yang mengangkat novel ini sebagai subjek penelitian. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Karya Muhidin M. Dahlan.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih sistematis sehingga tampak adanya gambaran yang terarah, logis dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka penulisan skripsi ini disusun ke dalam 5 bagian:


(22)

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori yang terdiri dari pengertian analisis isi, pesan dakwah, pengertian novel dan jenis-jenisnya, novel sebagai media dakwah.

BAB III : Sekilas tentang Muhidin M. Dahlan dan karya-karyanya yang terdiri dari riwayat Muhidin M. Dahlan, karya-karyanya, dan gambaran tentang novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.

BAB IV : Pesan-pesan dakwah dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!, terdiri dari Pengakuan Kesatu, Kedua, Keempat, Kedelapan, dan pesan dakwah yang dominan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!.


(23)

A. Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.1 Analisis isi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik penelitian terhadap isi atau makna pesan komunikasi berdasarkan data-data yang tersedia untuk dibuat kesimpulannya. Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik dan relevan secara sosiologis, uraian analisisnya boleh saja menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif bahkan keduanya sekaligus.2

Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.3

Berelson (1952) mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang objektif, sistematik, dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Sedangkan definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu: analisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.4

1

Bambang Setiawan dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), Modul 1-9, edisi ke-2, h. 7.9.

2

Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1993), Modul 1-9, edisi ke-2, h. 2.13.

3

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Perdana Media Group, 2007), cet. ke-2, h. 228.

4

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 164 dan 171.


(24)

“Dari beberapa definisi yang telah diungkapkan di atas maka muncullah prinsip analisis isi:

1. Prinsip sistematik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.

2. Prinsip objektif

Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda.

3. Prinsip kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.

4. Prinsip isi yang nyata

Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak…”5

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita, radio, televisi, iklan maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik metodologi penelitian.6

B. Pesan Dakwah

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu simbol-simbol. Dalam literatur berbahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al-da’wah. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis. Oleh sebab itu, apabila sebuah pesan dakwah bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis tidak dapat

5

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 229. 6


(25)

disebut sebagai pesan dakwah. Semua orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat Al-Qur’an sekalipun. Namun, jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atau dasar bagi kepentingan nafsu semata, maka yang demikian itu bukan termasuk pesan dakwah. Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan penunjang (selain Al-Qur’an dan hadis).7

Pesan dakwah menurut Toto Tasmara adalah “Semua pernyataan yang bersumberkan Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut”.8 Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Banyak klasifikasi yang diajukan para ulama dalam memetakan Islam. Endang Saifuddin Anshari, membagi pokok-pokok ajaran Islam menjadi tiga bagian, yakni akidah, syariah, dan akhlak.9

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pesan-pesan dakwah yang harus disampaikan kepada objek dakwah (mad’u) mencakup beberapa aspek, sebagai berikut:

1. Akidah

Menurut bahasa, akidah diambil dari kata al-‘Aqd, yaitu mengikat, menguatkan, teguh dan mengukuhkan. Menurut istilah, akidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan berupa tauhid (meng-Esakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir baik dan buruknya, dan mengimani semua cabang dari

7

Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 318-319. 8

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. ke-2, h. 43.

9


(26)

pokok-pokok keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa prinsip-prinsip agama.10

Secara khusus akidah bersifat keyakinan bathiniyah yang mencakup rukun iman, namun pembahasannya tidak tertuju pada masalah yang wajib diimani saja tetapi juga masalah yang dilarang oleh Islam.11 Misalnya, meminta bantuan kepada selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisaa’ ayat 48:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.”12

Akidah merupakan dasar bagi setiap muslim untuk memberikan arah bagi kehidupan manusia. Akidah menjadi tema dakwah Nabi Muhammad SAW ketika beliau pertama kali melakukan dakwah di Mekkah. Oleh karena itu, akidah merupakan materi yang wajib disampaikan oleh para da’i, dengan memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang keyakinan kaum muslim terhadap keberadaan Allah SWT dengan segala ke-Maha Kuasaan-Nya, maka akan menambah kecintaan para objek dakwah terhadap Tuhannya, sehingga terlahir

10

Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), cet. ke-1, h. 3.

11

Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 49. 12

Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Mujamma’ Malik Fahd Li Thiba’at al Mush haf Assyarif, 1990), h. 126.


(27)

pribadi-pribadi muslim yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.

2. Syariah

Secara bahasa syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang. Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Namum demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari akidah sebagai fondasi dan akhlak yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.13

Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya begitu pula pergaulan hidup dengan sesama manusia.14 Ketetapan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, sedangkan ketetapan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya disebut muamalah.

a. Ibadah

Ibadah secara umum meliputi segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.15 Termasuk didalamnya thaharah, shalat, puasa, zakat, dan haji.16

13

Forum Studi Islam, Syariah, artikel diakses pada 08 September 2010 dari http://soni69.tripod.com/Islam/syariah.htm

14

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 61.

15

Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, h. 41.

16


(28)

b. Muamalah

Muamalah berarti aturan-aturan (hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, kebudayaan, dan sebagainya.17

3. Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata

khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi, Abuddin Nata mendefinisikan akhlak adalah “Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi sebuah kepribadiannya”.18

Imam Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua bagian, yaitu akhlak yang yang terpuji (akhlaqul mahmūdah) dan akhlak yang tercela (akhlaqul madzmūmah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan amanah misalnya termasuk kedalam akhlak yang terpuji. Sedangkan berbuat dzalim, berdusta, pemarah, pendendam, kikir, dan curiga termasuk kedalam akhlak yang tercela. Maka tentu saja akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT.19

Berdasarkan ruang lingkupnya, akhlak mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Pencipta. Berkenaan dengan akhlak

17

Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), edisi 1-3, h. 2.

18

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4. 19

Aribowo, Akhlak, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http://mediasauna.multiply.com/journal.


(29)

kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yakni menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

Sedangkan akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan seseorang terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti fisik, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya. Kemudian jika bertemu saling mengucapkan salam, berkata baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, mendo’akan, serta saling membantu.

Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lainnya. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengadung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.20

20


(30)

C. Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya 1. Pengertian Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.21

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan.22

Menurut Abdullah Ambary novel adalah “Cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya”.23 Sedangkan menurut Suprapto, “Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku”.24

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa novel sebagai salah satu bentuk dari karangan fiksi yang menceritakan kejadian luar

21

Wikipedia, Pengertian Novel, artikel diakses pada 4 Maret 2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Novel.

22

Novel, artikel diakses pada 24 Oktober 2009 dari http://sobatbaru.blogspot.com. 23

Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia, (Bandung: Djantika, 1983), h. 61. 24

Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, (Surabaya: Indah, 1993), h. 53.


(31)

biasa dalam kehidupan seseorang dan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak setiap tokoh yang ada.

2. Jenis-jenis Novel

Menurut Mochtar Lubis yang dikutip oleh Umar Yunus, jenis-jenis novel terdiri dari:

a. Avontur, pada jenis novel ini dipusatkan pada seorang tokoh utama, pengalaman tokoh dimulai dari penglaman pertama diteruskan pada pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang dari rintangan satu ke rintangan lainnya, untuk mencapai tujuan. Biasanya novel ini mempunyai sifat romantis yang diperankan oleh seorang wanita, juga memiliki cerita yang kronologis.

b. Psikologis, jenis novel ini lebih mengutamakan pemeriksaan seluruhnya dari pikiran-pikiran pelaku. Berisi kupasan tentang watak, bakat, karakter para pelakunya serta kemungkianan perkembangan jiwa.

c. Detektif, novel jenis ini melukiskan penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian untuk membongkar suatu kejahatan. Dalam novel jenis ini dibutuhkan bukti-bukti agar dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya.

d. Sosial, dalam novel ini perilaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari persoalan orang-orang sebagai individu, tetapi ditinjau melingkupi persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap pelaku golongan terhadap


(32)

masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.

e. Kolektif, jenis novel ini melukiskan tentang semua aspek kehidupan yang ada atau semua jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita. Novel seperti ini tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja, tetapi juga ada pemeran pendukung.25

Sedangkan menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1986:29), jenis novel adalah sebagai berikut:

a. Novel Percintaan

Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara seimbang bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. b. Novel Petualangan

Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita. Jika wanita disebut dalam novel ini maka penggambarannnya kurang berkenan. Jenis novel ini adalah bacaan pria. Karena tokoh-tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak masalah untuk laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan wanita.

c. Novel Fantasi

Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini menggunakan karakter yang tidak realistis, setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penelitinya.26

25

Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), h. 883. 26

Perpustakaan Bahasa Plus, Jenis-jenis Novel, artikel diakses pada 25 juni 2010 dari http://elmubahasa.wordpress.com/2009/12/06/jenis-jenis-novel


(33)

D. Novel Sebagai Media Dakwah

Berdakwah di era informasi seperti saat ini tidak cukup jika hanya disampaikan melalui lisan tanpa bantuan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers (percetakan), radio, televisi, atau film. Karena kata-kata yang terucapkan dari manusia hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, sedang alat-alat komunikasi itu jangkauannya tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu.

Novel adalah alat atau media tulisan yang digunakan juru dakwah dalam penyampaian pesan-pesan dakwah yang berbentuk karya sastra. Allah SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 27:

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”27

Dalam sebuah karya, utamanya novel selalu terdapat apa yang disebut dengan pesan moral. Novel yang ceritanya berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan akan lebih komunikatif dengan para pembacanya, mereka seolah-olah ikut berada dalam cerita tesebut. Bila sedang membaca terlebih lagi kisah yang dibaca mempunyai kesamaan dengan apa yang dialaminya, maka ia akan menangis dan tertawa sendiri. Dalam hal ini sesuai dengan makna dari kata amar

27


(34)

ma’ruf nahi munkar, dengan mempengaruhi orang lain agar timbul dalam dirinya pengertian, pengahayatan dan pengamalan ajaran agama Islam.

Dengan media dan sarana yang tersedia, maka para da’i dituntut untuk mempunyai kemampuan berdakwah melalui berbagai aspek. Mengingat kecenderungan umat saat ini yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, dengan kemampuan seorang da’i untuk menggunakan media yang ada, artinya kegiatan dakwah tidak harus selalu diadakan dengan cara tatap muka secara langsung. Sebagaimana kita ketahui sudah banyak orang-orang yang mampu memanfaatkan karya sastra, terutama fiksi, sebagai media dakwah atau sarana untuk menyampaikan atau mengekspresikan ajaran-ajaran keislaman (dakwah). Semua itu biasanya mengandung nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dan kita pelajari yang kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


(35)

DAN KARYA-KARYANYA

A. Riwayat Hidup Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan. Biasa disapa Gus Muh. Lahir pada tengahan 1978. Pernah aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Muhidin M. Dahlan adalah anak muda yang berani berikrar bahwa menulis adalah pilihan hidup. Gagal kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (Teknik Bangunan) dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Sejarah Peradaban Islam) membuatnya harus mengganti orientasi hidupnya. Akhirnya keterampilan menulis artikel maupun resensi buku di sejumlah media massa membuatnya bisa untuk mempertahankan hidup atau untuk sekadar membeli buku.

Secara terus terang, ketika pertama kali menulis untuk buletin di organisasinya, Pelajar Islam Indonesia (PII), Muhidin hanya memindahkan tulisan orang lain. Praktis tulisan pertamanya itu adalah hasil rangkuman dari sejumlah buku. Seperti penulis pemula lainnya, saat tulisan dimuat ia sangat bangga. Beberapa istilah yang sebenarnya tidak dimengerti pun menghiasi tulisannya sebagai bentuk gagah-gagahan. Aktivitas dan energi menulis Muhidin terus bergelora hingga saat kuliah di Yogyakarta.

Setelah sibuk mengelola buletin kampus yang jatuh bangun karena keterbatasan dana dan penuh intrik, Muhidin mulai merambah media massa nasional. Tulisan pertamanya yang berupa tanggapan atas tulisan orang lain dimuat di halaman empat koran nasional terbesar di Indonesia. Padahal, halaman


(36)

empat koran tersebut disebut-sebut kalangan penulis sebagai halaman “angker” karena kalau mengirimkan artikel untuk halaman itu harus siap-siap untuk menerima jawaban khasnya: “Maaf kami kesulitan tempat untuk memuat tulisan Anda yang berjudul ... .”

Menulis adalah setali dengan aktivitas membaca. Gila baca sejak di udik adalah dasar berharga dalam perkembangan kegiatan kreatif Muhidin. Bahkan saat mendapatkan honor tulisan hanya sebagian kecil saja untuk biaya makan sebagian besar dialokasikan untuk membeli buku. Cinta dan komitmennya kepada tulis menulis dan buku menjadikan Muhidin sangat kuat menahan lapar dan derita. Anak pelaut yang cukup pintar, nekat pergi ke kota dan berproses dengan pergulatan kehidupan kota Pelajar. Gagal menjadi sarjana, dan menemukan buku sebagai pelabuhan hidupnya. Maka ia pun bergumul dengan buku sejadinya. Hingga lahir anak-anak mengagumkan yang selalu menjadi kembang perbincangan di dunia buku. Dari tangan mudanya terlahir Mencari Cinta (2002), Di Langit Ada Cinta (2003), Terbang Bersama Cinta (2003).

Namanya mulai diperhitungkan ketika ia memilih judul yang mendobrak: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! (2003). Novel tentang pencarian seorang perempuan muda akan Tuhannya itu yang kemudian menyeretnya ke beberapa “persidangan” umum dengan caci maki yang meruntuhkan nyali. Buku itu di

bakar sekelompok ormas Islam dan dilarang beredar.1

Muhidin sendiri sebenarnya adalah “alumni” dari komunitas yang sangat membenci Pancasila dan menganggap membom gereja adalah sebuah prestasi. Tapi, ia berhasil memerdekakan diri dari belenggu indoktrinasi semacam itu.

1

Yayat R., Muhidin M. Dahlan: Anak Laut Itu Menggiring Buku, artikel diakses pada 4 Maret 2010 dari http://indonesiabuku.com


(37)

Berbekal kesadaran dan pencerahan yang diperolehnya, ia mulai melakukan otokritik. Namun, Muhidin tidak hendak menyatakan kritiknya itu dengan ramai-ramai demonstrasi di jalan. Ia memanfaatkan kekuatan dan ketajaman pena sebagai medium penggugah kesadaran dan penyebar daya otokritik. Muhidin menggugat dengan sastra, dengan tulisan, salah satu cara yang elegan dalam berpolemik.

Dengan segala kontroversinya, kehadiran Muhidin dengan karya-karya alternatifnya itu layak diapresiasi. Di tengah-tengah masyarakat yang lebih suka memaksakan “kaca buram” untuk melihat dan menilai diri sendiri, Muhidin membawakan semangkuk “air sastra” nan jernih yang bisa dipakai untuk berkaca

dan mengkritisi diri.2

B. Karya-karya Muhidin M. Dahlan

Beberapa buku yang ditulis Muhidin M. Dahlan dan pernah diterbitkan antara lain, yaitu:

1. Sosialisme Religius (Kreasi Wacana, 2000).

2. Postkolonial: Sikap Kita Terhadap Imperialisme (Jendela, 2001).

3. Amnesti: Antologi Cerpen 12 Nobelis dan 2 Begawan Sastra Lainnya

(Jalasastra, 2002).

4. Mencari Cinta (Pustaka Sufi, 2002).

5. Di Langit Ada Cinta (Pustaka Sufi, 2003).

6. Aku, Buku dan Sepotong Sajak Cinta (Scripta Manent, 2003).

7. Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! (Scripta Manent, 2003).

2

Edy Zaques, Muhidin M. Dahlan: Saya adalah Nabi Kegelapan, artikel diakses pada 11 April 2010 dari http://ezonwriting.wordpress.com


(38)

8. Terbang Bersama Cinta (Melibas, 2004).

9. Adam Hawa (Scripta Manent, 2005).

10. Kabar Buruk dari Langit (Scripta Manent, 2005).

Berikut ini adalah buku-buku yang ditulis bersama penulis lainnya:

1. Pledoi Sastra: Kontroversi Cerpen Langit Makin Mendung

Kipanjikusmin (Melibas, 2004).

2. Laporan dari Bawah: Sehimpunan Cerita Pendek Lekra 1950-1965

(Merakesumba, 2007).

3. Tanah Air Bahasa: Seratus jejak Pers Indonesia (Blora Institute, 2007).

4. Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra 1950-1965 (Merakesumba,

2008)

5. Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan

Harian Rakjat 1950-1965 (Merakesumba, 2008).

6. Para Penggila Buku: Seratus Catatan di Balik Buku (Indonesia Buku,

2009).

C. Gambaran Tentang Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”

Ini kisah perempuan bernama Nidah Kirani. Dia seorang muslimah yang taat. Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar. Hampir semua waktunya dihabiskan untuk salat, baca Al-Qur’an, dan berdzikir. Dia memilih hidup yang sufistik yang demi ghirah kezuhudannya kerap dia hanya menonsumsi roti ala kadarnya di sebuah pesantren mahasiswa. Cita-citanya hanya satu: untuk menjadi muslimah yaang beragama secara kaffah.


(39)

Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecawaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam di Indonesia yang diidealkannya bisa mengantarkan ber-Islam secara kaffah, ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali digugatnya kondisi itu, tapi hanya kehampaan yang hadir. Bahkan Tuhan yang selama ini dia agung-agungkan seperti “lari dari tanggung jawab” dan “emoh” menjawab keluhannya.

Dalam keadaan kosong itulah ia terjerembab dalam dunia hitam. Ia melampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengonsumsi obat-obatan terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan, kan kutuntaskan pemberontakan pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuil pun raut sesal. Dari petualangan seksnya itu tersingkap

topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya―baik aktivis

sayap Kiri maupun sayap Kanan (Islam)—yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas. Bahkan terkuak pula sisi gelap seorang dosen Kampus Matahari Terbit Yogyakarta yang bersedia menjadi germonya dalam dunia remang pelacuran yang ternyata merupakan anggota DPRD dari fraksi yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia.

Jika dilihat dari isinya novel ini tentu mengalami banyak kontroversi dan menyulut reaksi yang berlebihan dari berbagai kalangan. Ada yang mengatakan bahwa Muhidin berusaha menyudutkan gerakan Islam tertentu. Ada pula yang mengatakan dia kafir dan mengusung ide-ide kufur yang sangat Marxis dengan

derajat kebencian terhadap agama yang luar biasa besarnya.3

3

Muhidin M. Dahlan, Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!, (Yogyakarta: Scripta Manent, 2006), cet. ke-9, h. 255.


(40)

Namun di sisi lain ada juga yang memberikan kritik yang proposional dan tak disertai dengan kemarahan yang meluap-luap sebab buku ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi di sekeliling kita. Ada yang berpendapat bahwa buku ini roman teologis yang memberi ajar dan memberitahu satu hal bahwa beragama harus ikhlas supaya tidak ditimpa kekecewaan sebagaimana yang dialami oleh tokoh yang ada dalam buku ini. Seorang psikologi yang turut membedah buku ini bahkan mengatakan bahwa buku ini telah memerkaya khasanah dunia psikologi ihwal kejiwaan seorang manusia ketika

bersentuhan dengan agama.4

4


(41)

DALAM NOVEL “TUHAN, IZINKAN AKU MENJADI PELACUR!” KARYA MUHIDIN M. DAHLAN

A. Pesan-Pesan Dakwah dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” Karya Muhidin M. Dahlan

Kategori pesan dakwah yang terkandung dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! adalah akidah, syariah dan akhlak. Sedangkan pada setiap kategori dibagi dalam beberapa sub kategori. Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini:

Tabel 1

Kategori Pesan Dakwah

dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”

No. Kategori Sub Kategori

1. Akidah

a. Iman Kepada Allah

b. Iman Kepada Malaikat

c. Iman Kepada Kitab

d. Iman Kepada Rasul

e. Iman Kepada Hari Kiamat

f. Iman Kepada Qadha dan Qadar

2. Syariah a. Ibadah

b. Muamalah

3. Akhlak a. Mahmudah

b. Madzmumah

Pada novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! ini terdapat 11 sub judul, namun yang dijadikan objek penelitian hanya 4 sub judul. Berikut ini adalah sub judul yang diteliti:


(42)

Tabel 2

Sub Judul yang Diteliti dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!” No. Urutan

Sub Judul Sub Judul Cerita

Jumlah Pargaraf

1. 1 Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku

dalam Hangat Cinta-Mu! 62

2. 2

Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum

Tuhan di Indonesia

49

3. 4 Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan

Imanku Disiakan 35

4. 8 Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah

adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu 26

Dari semua sub judul di atas diteliti pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam setiap sub judul tersebut dengan kategori dan sub kategori yang telah dibuat, dan narasi yang diteliti dalam novel tersebut berbentuk paragraf.

Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori isi pesan dakwah dalam Pengakuan Kesatu, Pengakuan Kedua, Pengakuan Keempat, dan Pengakuan Kedelapan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!, diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih dari orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penilaian secara objektif. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai koefisien reabilitas. Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul pertama:

1. “Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!” Tabel 3

Koefisien Reabilitas Kesepakatan

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Ke 1 & 2 62 53 9 0,85

Ke 1 & 3 62 60 2 0,97


(43)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,85 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,97 (itu berarti menunjukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,85 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,96, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.

Setelah dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik

kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalamsub judul Pengakuan Kesatu:

Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!. Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:

Tabel 4

Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul

“Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!”

No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase

1. Akidah 11 0,18

2. Syariah 34 0,55

3. Akhlak 17 0,27


(44)

Dalam sub judul yang pertama ini pesan syariah memperoleh hasil tertinggi sebanyak 0,55%, selanjutnya pesan sebanyak akhlak 0,27% dan urutan terakhir pesan akidah sebanyak 0,18%.

Pada sub judul ini mengisahkan tentang seorang wanita muslimah yang ghirah keagamaannya sedang tumbuh. Cita-citanya hanya satu, yakni menjadi muslimah yang memeluk Islam secara kaffah. Keinginannya seolah terjawab dengan kehadiran sosok laki-laki yang bernama Dahiri, ia adalah salah seorang teman dalam kelompok pengajiannya. Dari temannya yang bernama Dahiri inilah Nidah mengetahui bahwa ada satu jemaah yang mempunyai misi suci, yaitu menyelamatkan akidah keislaman umat Islam di Indonesia dan membuatkan wadah yang suci bagi kemaslahatan hidup mereka.

Singkat cerita, setelah beberapa pertemuan mendengarkan penjelasan dari temannya yang baru dikenal itu akhirnya Nidah memutuskan untuk ikut bergabung dalam jemaah tersebut. Rupanya Nidah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan mulia ini, setiap hari aktivitasnya diisi dengan beribadah. Ia pun dengan segala ketotalan hatinya memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah, ayat-ayat-Nya, hukum-hukum-Nya, di bawah pimpinan seorang khalifah.

Berikut ini adalah salah satu kutipan pargraf yang ada pada sub judul Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu!:

Setotal doktrin yang ia semburkan ke wajah ke hatiku, setotal itu pula aku berubah. Aku seperti duplikat Mbak Rahmi di Pondok Ki Ageng. Sehari-hari dalam aktivitasku kuisi dengan membaca Alquran lengkap dengan terjemahannya. Kujalani ritual salat dengan mantap. Hampir seluruh waktuku kuhabiskan untuk salat. Bukan Cuma yang wajib, tapi juga yang sunat, seperti rawatib dan lain sebagainya. Paginya aku dipastikan menghadap Allah dalam salat dhuha sambil menunggu dzuhur menjelang. Malamnya kudirikan tulang-tulangku dalam tahajud kepada-Nya. Bermalam-malam begitu yang membuat mataku sembab oleh tangis ibadah dan kerinduan kepada Allah. (h. 41, prg. 34)


(45)

Dari paragraf di atas tokoh utama dari novel ini memahami betul bagaimana seharusnya mempersiapkan mental untuk menghadapi tugas yang berat, yakni berdakwah kepada orang lain. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW., Nidah memperdalam pemahamannya tentang Al-Qur’an. Disamping itu ia juga meningkatkan prestasinya dalam menjalankan salat.

Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Imran bin Hushain, ia berkata:

رآﻨ او

ﺀﺎﺸﺧﻓ اﻦﻋ

ﻰﻬﻨﺗ

ةﻼﺼ اﻦا

:

ﷲا ﻮﻗ

ﻦﻋ

ﺴﻮ

ﻪﻴ ﻋ

ﷲا

ﻰ ﺼﻲﺑﻨ ا

لﺋﺴ

Artinya: “Nabi SAW., pernah ditanya oleh seseorang tentang tafsir ayat: ‘sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.’” Dari kutipan Hadis di atas maka jelaslah bahwa salat akan menjadi benteng bagi diri kita, agar tehindar dari perbuatan keji, seperti berzina, merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan munkar lainnya. Maka salat yang dikerjakan dengan khusyu’ akan melatih kita untuk

selalu zikir, yaitu selalu ingat kepada Allah.1

2. “Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”

Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul kedua:

Tabel 5

Koefisien Reabilitas Kesepakatan

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Ke 1 & 2 49 36 13 0,73

Ke 1 & 3 49 4 8 0,84

Ke 2 & 3 49 35 14 0,71

1


(46)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,73 (itu berarti menunujukkan kesepakatan cukup tinggi antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,84 (itu berarti menunjukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,71 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang cukup tinggi antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,90, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.

Setelah dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik

kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalamsub judul Pengakuan Kedua:

Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia. Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:

Tabel 6

Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul

“Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia”

No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase

1. Akidah 6 0,12

2. Syariah 22 0,45

3. Akhlak 21 0,43


(47)

Dalam sub judul kedua ini pesan syariah kembali menjadi pesan dakwah yang memperoleh proesentase tertinggi sebanyak 0,45%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,43% dan pesan akidah sebanyak 0,12%.

Pada sub judul yang kedua ini menceritakan tentang kepindahan Nidah dari pondok pesantren ke pos jemaah yang baru ia masuki. Awalnya setelah memutuskan untuk pindah, Nidah merasakan semangat yang sangat menggebu-gebu dan berharap dapat menemukan banyak hal baru yang akan menambah nilai ibadahnya. Namun, yang ia dapati bertolak belakang dengan apa yang selama ini dibayangkan, para jemaah di sana jauh dari semangat perjuangan bahkan ibadahnya sangat biasa. Terbawa suasana dan lingkungan pos jemaah, ibadah Nidah kian menurun. Ditengah kebingungannya ia memutuskan untuk pindah ke pos jemaah lainnya, tapi keadaan di sana pun sama buruknya bahkan membuat sisi sufistik dalam dirinya yang susah payah ia bangun mulai pudar.

Karena menyempitnya ruang dakwah dan hambarnya sisi sufistik di pos barunya, Nidah memilih rutin mudik ke kampung halamannya di Wonosari. Melihat kampungnya yang tandus dan warga yang jauh dari agama, Nidah tergugah untuk memperbaiki keadaan kampungnya. Ia mengisi pengajian di masjid, menanamkan semangat juang untuk membangun negara Islam di bumi Indonesia dan mendoktrin jemaahnya dengan doktrin yang ia dapat dari pos jemaah, terutama para remaja. Pada awalnya semua berjalan lancar, tapi tak lama warga sekitarnya merasa terganggu atas kehadirannya dan menganggap Nidah membawa ajaran sesat. Alhasil Nidah diusir dari kampungnya. Karena peristiwa itu, para petinggi jemaah mengungsikan Nidah dari pos jemaahn ke sebuah kost-kostan.


(48)

Berikut ini adalah salah satu kutipan paragraf yang ada pada sub judul Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia:

Khatam juga aku membacai dan memahaminya. Lalu apa lagi yang akan kulakukan? Aku ingin sekali berdiskusi dan bertukar pikir, tapi dengan siapa. Sepertinya orang-orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Karena tidak ada diskusi yang intensif, aku pun memperkuat ibadahku—tepatnya mempertahankan prestasi ibadah yang telah kucapai sebelumnya di Pondok Ki Ageng. Begitu setiap harinya. (h. 59, prg. 67)

3. “Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”

Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul ketiga:

Tabel 7

Koefisien Reabilitas Kesepakatan

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Ke 1 & 2 35 27 4 0,77

Ke 1 & 3 35 32 3 0,91

Ke 2 & 3 35 27 4 0,77

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 0,77 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,91 (itu berarti menunjukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,77 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang tinggi antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,93, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.


(49)

Pada sub judul ketiga dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga

dapat ditarik kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam sub judul

Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan. Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:

Tabel 8

Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul

“Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan”

No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase

1. Akidah 9 0,26

2. Syariah 2 0,06

3. Akhlak 24 0,68

Total 35 100

Dalam sub judul ketiga ini pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dengan prosentase sebanyak 0,68%, selanjutnya akidah sebanyak 0,26% dan syariah sebanyak 0,06%.

Pada sub judul ketiga ini menceritakan tentang keterpukulan Nidah setelah pengusiran dan kepindahan yang dialaminya. Ia merasa apa yang ia dapat sekarang tidak sepadan dengan apa yang telah dilakukan, semua usahanya sia-sia. Ia terjebak dalam pikiran yang semeraut, entah siapa yang harus disalahkan atas apa yang ia alami saat ini. Setelah lama berseteru dengan pikirannya, ia memutuskan bahwa penyebab semua ini adalah tuhannya. Kini Nidah mulai meninggalkan semua keyakinannya dan berpaling dari tuhan.


(50)

Ditengah kegalauan hatinya, datang Hudan si pengedar narkotika. Orang yang dahulu selalu ia kecam jalan hidupnya sebagai manusia terkutuk, tapi kini Hudan menjadi teman baiknya. Teman yang mengenalkan dunia malam dan jalanan, dunia baru dalam sejarah kehidupan Nidah.

Berikut ini adalah salah satu kutipan paragraf yang ada pada sub judul Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan:

“Tuhan, kenapa aku Kau perlakukan seperti ini. Kamu tahu betapa aku bersungguh-sungguh berniat untuk menjadi hamba. Lihatlah Kau apa yang kulakukan selama ini. Aku telah berinfaq sedemikian banyak. Bahkan lebih besar dari yang lain-lain di jalan yang Kau ridhai. Kalau malam aku dirikan salat. Itu semua kutunjukkan untuk mengabdi kepada-Mu semata. Tapi mengapa itu semua harus berujung dengan kekecewaan.” (h. 100, prg. 122)

Hikmah yang dapat kita ambil dari paragraf di atas yaitu, ketika kita mengalami kekecewaan atas kondisi yang sebenarnya tidak diinginkan maka jangan tiba-tiba menyalahkan kuasa Tuhan. Perlu disadari bahwa sebagai manusia, kita harus lebih banyak intropeksi diri atas segala perilaku yang telah diperbuat. Kita juga diingatkan untuk selalu berserah diri kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya.

4. “Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”

Berikut ini adalah tabel dari hasil kesepakatan antar juri pada sub judul keempat:

Tabel 9

Koefisien Reabilitas Kesepakatan

Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai

Ke 1 & 2 26 26 0 1

Ke 1 & 3 26 24 2 0,92


(51)

Dari tabel di atas menunjukkan kesepakatan antar juri 1 & 2 sebesar 1 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri). Kesepakatan antar juri 1 & 3 sebesar 0,92 (itu berarti menunjukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri), dan kesepakatan antar juri 2 & 3 sebesar 0,92 (itu berarti menunujukkan kesepakatan yang sangat tinggi antar kedua juri).

Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan antar juri tersebut dihitung dengan rumus komposit reabilitas yang ada pada bab sebelumnya. Dari hasil yang ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesepakatan antar juri untuk sub judul yang pertama yaitu sebesar 0,98, itu berarti terjadi tingkat kesepakatan yang sangat tinggi diantara para juri.

Selanjutnya ada sub judul keempat pun dilakukan penghitungan reabilitas terhadap tiga juri atas kategori-kategori yang telah dibuat, selanjutnya paragraf-paragraf yang mengandung pesan dakwah dihitung untuk mengetahui jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah

dalam sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang

Pernah Kutahu. Berikut ini adalah hasil prosentase dari ketiga kategori pesan dakwah yang telah dihitung:

Tabel 10

Hasil Prosentase Data dalam Sub Judul

“Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu”

No. Kategorisasi Frekuensi Prosentase

1. Akidah 2 0,08

2. Syariah 11 0,42

3. Akhlak 13 0,5


(52)

Dalam sub judul yang terakhir ini pesan akhlak kembali menjadi posisi tertinggi dengan prosentase sebanyak 0,5%, selanjutnya pesan syariah 0,42% dan pesan akidah 0,08%.

Dalam sub judul keempat ini menceritakan tentang kehidupan baru Nidah yang menyeretnya jauh dari kebaikan. Terlebih setelah Nidah mengenal Didi, darinya Nidah mengenal pergaulan bebas (free sex). Nidah mulai terbiasa jatuh dari pelukan satu pria ke pria lainnya, dari satu losmen ke losmen lainnya. Setelah lama menjalin hubungan dengan Didi, teman yang pernah Nidah kencani tersebut, Didi memaksa Nidah untuk menikah dengannya. Tapi Nidah menolak karena menurutnya menikah hanya akan menghapus kebebasannya dalam bergaul. Karena ajakannya ditolak, maka Didi mengadukan Nidah pada orang tuanya, ia menuturkan bahwa Nidah telah terlibat dalam free sex. Tak lama setelah pengaduan Didi itu, ayah Nidah meninggal dunia. Sempat terbesit perasaan bersalah di hati Nidah, tapi itu tidak berlangsung lama karena menurunya, kematian itu sudah takdir dan tak harus ditangisi berlebihan.

Berikut ini adalah salah satu kutipan pargraf yang ada pada sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu:

Dengan ketakutan aku mundur dan menyandar di dinding. Tapi Didi mengejarku dan terus mendekatiku. Dari matanya yang merah, aku melihat bara. Ada lidah dendam yang mengesumat dari sinarannya. Kedua tangannya menangkap tanganku, menelikungnya, dan dengan cepat tangan kanannya mencekikku. Aku meronta. Tapi dia tak melepaskan cekikannya. (h. 202, prg. 166)

Perilaku kasar yang dilakukan Didi terhadap Nidah sebaiknya jangan ditiru, karena pada saat kita marah sesungguhnya setan sedang menguasai diri kita. Oleh sebab itu, ketika sedang marah atau merasa kesal terhadap perilaku


(53)

seseorang sebaiknya kita bersabar dan memaafkannya, karena itu adalah sikap yang dianjurkan dan niscaya Allah akan menyangi orang yang berbuat baik.

B. Pesan Dakwah yang Dominan dalam Novel “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!”

Berdasarkan perolehan data-data di atas, maka dapat diketahui bahwa pesan-pesan yang dominan dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! ini yaitu: pertama, pada sub judul Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu! syariah menjadi pesan dakwah yang dominan dengan prosentase tertinggi sebanyak 0,55%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,27% dan urutan terakhir pesan akidah sebanyak 0,18%. Kedua, pada sub judul Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia pesan syariah kembali menjadi pesan dakwah yang memperoleh proesentase tertinggi sebanyak 0,45%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,43% dan pesan akidah sebanyak 0,12%.

Ketiga, pada sub judul Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dengan prosentase sebanyak 0,68%, selanjutnya akidah sebanyak 0,26% dan syariah sebanyak 0,06%. Keempat, pada sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu pesan akhlak kembali mendominasi memperoleh prosentase tertinggi sebanyak 0,5%, selanjutnya pesan syariah 0,42% dan pesan akidah 0,08%.

Kemudian berdasarkan hasil pengolahan data dari keseluruhan sub judul yang diteliti, maka dapat diketahui pesan dakwah yang dominan dalam novel ini


(54)

adalah pesan akhlak yaitu dengan perolehan data sebanyak 0,44% termasuk didalamnya akhlak mahmudah 0,09% dan akhlak madzmumah 0,34%. Sedangkan pesan syariah sebanyak 0,40% termasuk didalamnya ibadah 0,05% dan muamalah 0,35%. Kemudian pesan akidah sebanyak 0,16% termasuk didalamnya iman kepada Allah 0,05%, iman kepada kitab 0,02% dan iman kepada Qadha dan Qadar 0,09 %.


(55)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan dan menganalisa data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! Mengandung nilai pesan dakwah diantarnya pesan akidah, syariah dan akhlak. Isi pesan yang diteliti dalam novel tersebut adalah berbentuk paragraf. Dari kategori pesan yang telah disebutkan terdapat sub kategori diantaranya yaitu: pesan akidah meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul dan iman kepada hari kiamat dan iman kepada Qadha dan Qadar. Namun, setelah melakukan penelitian pada sub kategori akidah pesan dakwah yang ditemukan hanya iman kepada Allah, iman kepada kitab, dan iman kepada Qadha dan Qadar. Pesan syariah meliputi: ibadah dan muamalah. Kemudian pesan akhlak meliputi: akhlak mahmudah dan madzmumah.

2. Dari kategori yang terdapat dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi

Pelacur! maka dapat diketahui pesan-pesan yang dominan dari sub judul yang diteliti, yaitu: pertama, pada sub judul Pengakuan Kesatu: Tuhan, Rengkuh Aku dalam Hangat Cinta-Mu! syariah menjadi pesan dakwah yang dominan dengan prosentase tertinggi sebanyak 0,55%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,27% dan urutan terakhir pesan akidah sebanyak 0,18%. Kedua, pada sub judul Pengakuan Kedua: Kupilih Jalan Dakwah untuk Menegakkan Hukum-hukum Tuhan di Indonesia pesan syariah


(56)

kembali menjadi pesan dakwah yang memperoleh proesentase tertinggi sebanyak 0,45%, selanjutnya pesan akhlak sebanyak 0,43% dan pesan akidah sebanyak 0,12%. Ketiga, pada sub judul Pengakuan Keempat: Ketika Nalar dan Imanku Disiakan pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dengan prosentase sebanyak 0,68%, selanjutnya akidah sebanyak 0,26% dan syariah sebanyak 0,06%. Keempat, pada sub judul Pengakuan Kedelapan: Sebab Nikah adalah Ide Teraneh yang Pernah Kutahu pesan akhlak kembali mendominasi memperoleh prosentase tertinggi sebanyak 0,5%, selanjutnya pesan syariah 0,42% dan pesan akidah 0,08%.

3. Berdasarkan hasil pengolahan data dari keseluruhan sub judul yang diteliti, maka dapat diketahui pesan dakwah yang dominan dalam novel ini adalah pesan akhlak menjadi urutan tertinggi dan dominan dengan perolehan data sebanyak 0,44%, termasuk didalamnya akhlak mahmudah 0,09% dan akhlak madzmumah 0,34%. Diikuti oleh pesan syariah dengan perolehan data sebanyak 0,40%, termasuk didalamnya ibadah 0,05% dan muamalah 0,35%. Selanjutnya pesan akidah dengan perolehan data 0,16%, termasuk didalamnya iman kepada Allah 0,05%, iman kepada kitab 0,02% dan iman kepada Qadha dan Qadar 0,09%.

B. Saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan adalah:

1. Bagi pengarang, diharapkan dapat menyelesaikan studinya di perguruan tinggi agar mampu menghasilkan karya yang bijaksana. Bukan hanya dari sisi kontradiksi tapi juga dibarengi dengan pesan-pesan moral dan dakwah,


(1)

pernah kuinginkan. Jadi Kau yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Maafkan Tuhan atas sikapku yang kasar ini. Maafkan. 53. 4/ 104/ 132 Maka kuseru-serukan diri ini untuk bangkit dari kematian yang palsu. Aku tak mau lepaskan hidup dari tragedi seperti ini. Aku harus mampu bertahan dari hanyut yang menenggelamkan lalu berbalik menentang arus sejarah yang terpenggal di pertengahan kisah hidupku. Hei, bangkitlah kau diri. Kau, Nidah Kirani, jangan selemah itu. Jangan secengeng itu. Hidup belumlah selesai, hidup belumlah usia, dan revolusi atas kekecewaan tak bisa hanya kau langsungkan di atas pembaringan. Bangkitlah diri, bangkitlah kau Kiran.

Mahmudah

54. 4/ 105/ 134 Tanganku sekali dua kali mengambil kerikil dan melempari dua kupu-kupu yang sedang terbang rendah berkejaran-kejaran di atas kopak-kopak bunga yang tumbuh kerdil. Aku tidak suka kehadiran kupu-kupu itu di

hadapanku. Kupu-kupu hanya memerlihatkan keindahan yang melenakan. Warna bulunya yang menyilaukan memberi rangsangan tipuan. Keindahannya terlampau meta. Aku sebetulnya lebih suka pada kalong. Aku suka hitam bulunya. Begitu perkasanya. Dan satu, kalong adalah binatang malam pekerja. Ia dengan kekuatannya sendiri melanglangi jelaga malam. Tidak seperti kupu-kupu yang memasuki rumah-rumah penduduk―dan terkadang masuk dalam kelambu ranjang. Mirip pengemis tunahunian.

Madzmumah

55. 4/ 107/ 136 Namun lamunanku atas kupu dan kalong pupus ketika dalam sekelebat bayang kulihat Hudan Hidayat sedang berjalan bersicepat ke arahku. Ya, tampaknya ia sedang menuju ke aku. Ada apa dia menemuiku? Mau apa dia? Kuberitahu, Hudan adalah salah seorang kawan di Kampus Matahari Terbit. Dan setahuku ia salah seorang pengedar yang pernah kukecam jalan hidupnya sebagai manusia yang dibuahi oleh setan dalam rahim ibunya. Dan sekarang, melihat sayup-sayup sosoknya yang jangkung dan dagu yang ditumbuhi rambut, aku menggirang. Sekaligus tercenung.


(2)

56. 4/ 107/ 137 Hmm, tampaknya Tuhan kini berbaik hati mengirimkan “utusan”nya kepadaku tatkala aku sedang habis. Tatkala hatiku sedang melompong. Dan yang dikirimkannya kepadaku yang sedang kosong ini adalah manusia hasil pembuahan setan. Ah, Tuhan! Ia tak mengirimkan kyai-kyai yang setiap waktu (minta) dikawal lampion-lampion malaikat (katanya!), melainkan setan yang dikutuk-kutuk kaum beriman—termasuk aku dulunya. Dan setan itu bernama pengedar.

Madzmumah

57. 4/ 108/ 138 Sepanjang usia dewasaku, aku belum pernah berkenalan dengan dunia gelap, dengan dunia setan. Inikah picu awal ketika diriku mengalami ekstase kosong seperti ini? Oh Tuhan, kau kirimkan dunia baru buatku ternyata, sebagaimana dengan tiba-tiba juga kau sodorkan dunia baru ketika aku pertama kali bergabung dalam barisan Jemaah Islam beberapa tahun silam. Kalau benar ini dunia baru, surga baru, tampakan baru, hidup baru, sudah sepatutnya aku menyambutnya.

Madzmumah

58. 4/ 110/ 139 “Jangan langsung marah begitu dong sama saya. Mmm… baiklah, kalau kau minta, baiklah, akan saya kasih. Tapi, tapi tidak sekarang. Gila apa kalau terus-terusan dibawa, saya bisa kena razia. Hi… saya belum mau masuk di acara televisi itu, di acara Patroli ama Buser. ”

Madzmumah

59. 4/ 110/ 140 Karena mungkin kasihan melihatku, Hudan pun mengajakku, tepatnya menyeretku ke depan Gedung Agung yang memang tak jauh dari rumah kosku. Tanpa terlebih dahulu pamit dengan inang hunianku, aku berjalan sempoyongan dalam gapitannya. Mataku sayu tak memerlihatkan hasrat ingin hidup. Kondisiku sudah di ambang sakau. Dengan udara yang kuhirup aku rasakan kengerian karena udara adalah bagian dari tragediku. Separuh sadar yang masih menyisa kulihat kengerian di sekelilingku.

Madzmumah

60. 4/ 112/ 142 SEJAK semalaman bersama Hudan, aku pun ketagihan untuk terus di jalanan. Kukatakan, ini adalah pengalaman pertamaku di jalanan. Ketika aku masih bergiat di jemaah, praktis jalanan adalah terra in cognita, wilayah tak bertuan yang menjadi muntahan tudinganku sebagai tempat membuang waktu sia-sia dan


(3)

daerah merubungnya dosa dan pelbagai akhlak kafir. Tetapi sekarang, perasaan itu terbalik. Justru aku tak lagi bisa betah dalam kamar sebagaimana ajaran tiga atau empat tahun lalu kuterima bahwa tempat terbaik perempuan adalah di kamar adalah di rumah. Hari ini rumah bagiku bagaikan penjara yang menyiksa. Dan aku tak mau mati dalam kondisi jiwa tertekan di sana. Tidak! Perasaan tertekan ini harus kubebaskan. Tindasan jiwa ini harus kulepaskan jerat-jerat yang mengurungnya.

61. 4/ 112/ 143 Maka begitulah, setiap malam aku mengembarai “dunia luar” dan bertemu kawan-kawan sekampusku, sesama manusia kalong yang menghidupkan malam-malamnya di jalanan. Salah satunya adalah Rani. Seperti nama perempuan. Tapi aku lebih senang menyebutnya demikian daripada nama panajangnya yang menurutku buruk: Raniman. Dari dialah jejariku bisa memegang batangan rokok, barang yang lagi-lagi selama aku berada di jalur putih Jemaah, adalah benda asing. Ke mana-mana aku bersama Rani. Ia mengajakku begadang dan nongkrong tiap malam di depan kampusku sendiri, Kampus Matahari Terbit.

Madzmumah

62. 4/ 113/ 146 Dan hari-hariku kini adalah hari-hari perjuangan untuk mengalpakan ingatan akan Tuhan dan agama di ceruk-ceruk kesadaranku. Biarlah yang lalu-lalu tertampung dalam kealpaan dan jangan lagi hadir.

Madzmumah

63. 8/ 193/ 148 Ia ungkapkan rasa cintanya dan aku langsung menyambar cinta yang terlontar itu dengan kata iya. Ah, lelaki ini mengutarakan rasa cintanya kepadaku. Ha-ha-ha, cinta… cinta katanya. Apa cinta? Hmmm, bagiku cinta adalah abstraksi dari rasa ketertarikan, kekaguman, keter-pesonaan, sekaligus penasaran yang menuntut untuk dituntaskan. Penuntasan rasa ini akan dapat dilakukan melalui seks sampai penyatuan yang paling sempurna. Seks adalah titik orgasme yang tertinggi antara dua manusia. Seks, gairah, dan keterpesonaan itu lama-lama akan menjadi suatu fenomena dan seperti sebuah


(4)

grafik yang mendatar lalu memuncak dan kembali mendatar. Itulah cinta. Seks itu puncak cinta. Karena seks itu cinta, maka serta-merta kuterima cintamu, lelaki. Seks. Aku mau itu. Itu saja.

64. 8/ 194/ 149 Hubungangku dengan Didi yang masih dalam hitungan hari itu membuatku hatiku terlena dan terus tertambat di jalanan. Aku pun sudah sangat jarang pulang ke rumah kontrakan saudaraku di Gendongkuning. Ternyata ketakpulanganku membuat saudara-saudaraku gelisah. Dan sama kagetnya mereka ketika Rahmanidas Sira menelepon dan menanyakan diriku di Gendongkuning.

Madzmumah

65. 8/ 195/ 150 Aku lihat dari mata Midas ada ganas cemburu. Tapi lelaki pencemburu ini tak pernah tahu bahwa dalam pelukan Didi, yang kurasakan bukanlah kehangatan sebagaimana perempuan-perempuan yang mabuk kepayang ketika berada pertama kali di bawah rangkulan ketiak dan desakan otot lelaki. Tak! Secuil pun kebahagiaan itu tak kukecap. Sebab bawaanku selalu kegelisahan di tengah lalu-lalang orang-orang. Apalagi Didi adalah lelaki posesif yang mengaharapkan perempuan harus begini harus begitu sesuai dengan imaji yang bersarang di batok kepalanya tentang “perempuan ideal”.

Madzmumah

66. 8/ 196/ 153 Salahkah aku? Gilakah aku? Tidak, aku hanya mau tahu seberapa besar kebusukan para lelaki dan sekeranjang gombal cintanya. Dan Didi sama sekali tak sadar bahwa aku suka dengannya hanya kembang-kembangnya saja. Hubunganku dengannya tak kurang tak lebih semata hanya seksnya saja untuk pelampiasan kekosonganku. Lain tidak. Cinta? Taik. Sehabis kulumat di kamar-kamar losmen di sekitar Malioboro, Umbulharjo bagian selatan, dan di kosnya, Didi sudah seperti yang lain-lainnya. Menimbulkan rasa muak di hatiku. Ah, ternyata lelaki Palembang ini cuma segini harganya.

Madzmumah

67. 8/ 199/ 158 Maka aku menolak dengan tegas menikah. Tapi semakin aku menolak, semakin gila Didi merangsek, merapat, memaksa. Dia


(5)

mengancamku, “Kalau kamu tidak mau menikah denganku dan coba-coba lari, akan kubongkar rahasiamu ke orangtuamu bahwa kamu sering ngeseks dengan laki-laki.”

68. 8/ 199/ 159 Aku juga bingung dan cemas dengan ancaman Didi itu: kalau lari rahasiaku bakal terbongkar. Padahal selama ini orangtuaku tak tahu bahwa aku petualang seks di lingkungan mahasiswa Kampus Matahari Terbit. Aku takut apakah mereka menerimaku lagi setelah mereka tahu anak bungsunya terlibat dalam free-sex. Sebab setahu mereka aku masih seorang aktivis Islam yang salihat dan getol berjuang bagi tegaknya hukum-hukum Tuhan di Indonesia.

Madzmumah

69. 8/ 199/ 160 Tahu aku sedikit goyah, Didi terus menaikkan hulu daya terornya. Ia makin menjadi-jadi. Aku pun meluruh: “Baiklah Di, kita nikah saja.” Asal-asalan kukatakan kalimat pendek itu, siapa tahu ancaman Didi itu hanya gertak sambel.

Madzmumah

70. 8/ 200/ 162 Tapi pernikahan itu gagal ketika Fuad Kumala kutemui dan menganjurkan aku untuk lari. “Sudah Ran, kamu harus lari. Cowok seperti itu berbahaya.” Aku pun mengikuti nasihat Fuad dan bersembunyi di rumah kakak sepupuku di Wates. Dari kakakku kudengar bahwa orangtuaku pun sudah tahu lewat mulut Didi bahwa aku, anak bungsu mereka, bukan lagi aktivis Islam yang salihat, melainkan telah berganti status menjadi perempuan jalang yang berpindah dari satu pelukan lelaki ke pelukan lelaki lain, dari losmen satu ke losmen yang lain.

Madzmumah

71. 8/ 200/ 163 Lelaki itu telah membongkar semuanya. Dan kali ini, di hidung bapak-ibu yang membesarkanku sehingga aku sedikit tahu tentang dunia―sebuah dunia alusi kaum ber-Tuhan, dunia yang dipenuhi aroma kekotoran―riwayat hitamku sudah terpampang. Hitam. Kubayangkan, tentu wajah ibuku berkerut malu. Kubayangkan, wajah pasi bapakku akan tambah pasi mengenangkan anak bungsunya telah menjadi anak jalang.

Madzmumah

72. 8/ 202/ 166 Dengan ketakutan aku mundur dan


(6)

mengejarku dan terus mendekatiku. Dari matanya yang merah, aku melihat bara. Ada lidah dendam yang mengesumat dari sinarannya. Kedua tangannya menangkap tanganku, menelikungnya, dan dengan cepat tangan kanannya mencekikku. Aku meronta. Tapi dia tak melepaskan cekikannya.

73. 8/ 202/ 167 Kucoba meronta lagi. Terus begitu. Hingga Didi kewalahan dan coba mengendurkan cekikannya. Airmataku tumpah dalam dekap lutuku. Aku sesenggukan membayangkan lelaki pemaksa ini.

Madzmumah

74. 8/ 203/ 169 Dia hanya diam dan sekali-kali kepalanya menengadah ke langit-langit kamarnya sambil kedua tangannya menyapu mukanya, menyisir rambutnya dengan tangan. Aku menunggu keputusannya dengan persaan was-was, sambil menahan sisa sakit di leherku.

Madzmumah

75. 8/ 203/ 170 “Betapa aku sangat mencintaimu Kiran. Sangat mencintaimu dan serius menikah denganmu. Tapi kalau memang kamu tak berkenan juga, mmm… ya, apa boleh buat, besok kamu boleh pulang,” katanya perlahan. Suaranya parau. Ia tertunduk. Lama. Dan dengan wajah pesakitan dia mendekatiku. Memelukku. Mungkin berharap aku bisa luluh lagi. Dan aku hanya mematung dalam pelukannya tanpa merasakan gairah apa-apa. Dan semalaman aku diperkosanya. Tanpa senyum. Tanpa rasa. Tanpa cinta. Dingin. Semuanya dingin.

Madzmumah

Jumlah