pribadi-pribadi muslim yang taat dan patuh akan perintah dan larangan Allah SWT.
2. Syariah
Secara bahasa syariah berasal dari bahasa Arab yang berarti peraturan atau undang-undang. Dalam pengertian teknis-ilmiah syariah mencakup aspek hukum
dari ajaran Islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir esetoris. Namum demikian karena Islam merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa
dilepaskan dari akidah sebagai fondasi dan akhlak yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.
13
Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah, guna mengatur hubungan
antara manusia dengan tuhannya begitu pula pergaulan hidup dengan sesama manusia.
14
Ketetapan Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, sedangkan ketetapan yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya disebut muamalah. a.
Ibadah Ibadah secara umum meliputi segala hal yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik perkataan maupun perbuatan lahir dan batin.
15
Termasuk didalamnya thaharah, shalat, puasa, zakat, dan haji.
16
13
Forum Studi Islam, Syariah, artikel diakses pada 08 September 2010 dari http:soni69.tripod.comIslamsyariah.htm
14
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 61.
15
Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah Sesuai Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pemahaman Salafush Shalih, h. 41.
16
Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Logos, 2001, h. 4.
b. Muamalah
Muamalah berarti aturan-aturan hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan sekitarnya. Kaitannya dengan
hubungan antar sesama manusia, maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial, hukum, kebudayaan, dan
sebagainya.
17
3. Akhlak
Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara
terminologi, Abuddin Nata mendefinisikan akhlak adalah “Perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi sebuah kepribadiannya”.
18
Imam Al-Ghazali membagi akhlak menjadi dua bagian, yaitu akhlak yang yang terpuji akhlaqul mahm
ūdah dan akhlak yang tercela akhlaqul madzm
ūmah. Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan amanah misalnya termasuk kedalam akhlak yang terpuji. Sedangkan berbuat dzalim, berdusta,
pemarah, pendendam, kikir, dan curiga termasuk kedalam akhlak yang tercela. Maka tentu saja akhlak yang terpuji yaitu akhlak yang diridhai oleh Allah SWT.
19
Berdasarkan ruang lingkupnya, akhlak mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa. Akhlak kepada Allah diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Pencipta. Berkenaan dengan akhlak
17
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, edisi 1- 3, h. 2.
18
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 4.
19
Aribowo, Akhlak, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http:mediasauna.multiply.comjournal.
kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yakni
menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia. Sedangkan akhlak terhadap sesama manusia berkaitan dengan perlakuan
seseorang terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti
fisik, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya.
Kemudian jika bertemu saling mengucapkan salam, berkata baik, tidak berprasangka buruk, saling memaafkan, mendo’akan, serta saling membantu.
Kemudian akhlak terhadap lingkungan yaitu hewan dan tumbuhan atau benda-benda tak bernyawa lainnya. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-
Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengadung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT., dan menjadi milik-Nya, serta semuanya
memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.
20
20
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 149-153.
C. Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya