Kemiskinan di Kota Medan

4.2 Kemiskinan di Kota Medan

Sebagaimana halnya kota – kota besar lainnya d Indonesia, maka kota Medan juga memiliki salah satu permasalahan umum yaitu adanya pemukiman miskin dan kumuh. Kawasan ini terdapat dibantaran sungai, seperti Sungai Deli, Sungai Babura dan sungai lainnya. Disamping itu juga terdapat disepanjang rel kereta api. Tentu saja pemukiman miskin dan kumuh menjadi permasalahan tersendiri, terutama mengganggu keindahan kota Medan sebagai kota besar di Indonesia. Pemerintah kota Medan telah melakukan program – program perbaikan pemukiman miskin dan kumuh yang ada di kota Medan. Ada sebanyak 17 lokasi pemukiman kumuh di 9 kecamatan yang mendapat bantuan. Wajah dan bentuk kota Medan saat ini tidak jauh berbeda dengan kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini karena kota – kota Indonesia pada umumnya berkembang tanpa dilandasi perencanaan kota yang menyeluruh dan terpadu. Kota tidak betul – betul dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam waktu relatif pendek. Oleh karena itu bukanlah suatu pemandangan yang aneh bila kota besar di Indonesia menampilkan wajah ganda termasuk Kota Medan. Disatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan dalam wujud arsitektur modern disepanjang jalan utama kota. Dibalik semua keanggunan itu nampak menjamurnya lingkungan kumuh dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk mendukung keberlangsungan hidup yang berbudaya. Sebagai kota yang mulai menata pembangunan Kota Medan tidak terlepas dari permasalahan kawasan miskin dan kumuh, hampir dilima penjuru mata angin Kota Medan terdapat daerah kumuh. Keadaan ini sepanjang Sungai Deli, sebagai salah satu sungai yang membelah kota Medan. Rata – rata pemukiman penduduk dibangun asal permanen dan asal Universitas Sumatera Utara jadi. Kondisi ini dapat disaksikan bahwa ribuan rumah mungil terbuat dari papan berjejer tak teratur di sepanjang sungai Deli dari daerah Deli Tua sampai kepada kawasan Labuhan, kemudian dapat dilihat juga di kawasan Sungai Babura dan Sungai Denai. Kondisi kekumuhan ini bukan hanya terjadi di bantaran sungai, namun juga dikawasan rel kereta api ke Tebing Tinggi, disepanjang jalan daerah Suka Ramai sampai daerah Mandala. Hal yang sama juga terlihat dikawasan Medan Labuhan. Didaerah ini banyak terlihat industri yang cukup padat dan menimbulkan efek daerah kumuh. Di daerah pinggiran kawasan Labuhan Deli dan Belawan, sesuai dengan topografi dekat dengan sungai dan laut, maka kemiskinan dan kekumuhan memiliki karakteristik tersendiri. Di kecamatan Medan Belawan dan Medan Marelan merupakan kecamatan yang memiliki kantong – kantong pemukiman yang kumuh dan miskin. Pola pemukiman dengan karakteristik rumah panggung yang terbuat dari papan dan beratap seng dan rumbia serta berdinding triplek. Komposisi bangunan terdiri dari satu atau dua kamar dibangun diatas tanah berawa. Pada saat musim pasang laut tiba maka sebagian lahan tergenang air laut. Begitu juga halnya dengan pola pemukiman miskin dan kumuh di tiga kelurahan yang dijadikan sampel area yaitu Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, Kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor. Pola pemukiman di tiga kawasan ini tidak jauh berbeda dengan kawasan miskin dan kumuh lainnya. Pemukiman kumuh di kawasan ini juga kebanyakan berada disepanjang bantaran Sungai Deli dan bantaran rel kereta api seperti yang terdapat di kelurahan Kampung Baru dan Titi Kuning. Sedangkan kawasan kumuh di kelurahan Polonia banyak terdapat berada dibantaran Sungai Babura. Disamping itu juga terdapat Universitas Sumatera Utara pemandangan kontras, dimana pemukiman miskin dan kumuh berada dibalik gedung bertingkat yang dipenuhi berbagai aktivitas ekonomi yang sangat kompleks. Secara umum karakteristik tempat tinggal dapat dilihat dari kondisi dan bangunan rumah secara keseluruhan seperti luas lantai, jenis dinding, atap, sumber air minum dan fasilitas sanitasi. Kondisi rumah yang ada dipemukiman miskin dan kumuh secara fisik sungguh sangat memprihatinkan. Dari hasil studi yang dilakukan oleh Bappeda kota Medan 2001 dilaporkan bahwa sebagian besar merupakan setengah permanen dengan dinding atas adalah papan atau tepas. Ada juga sebagian yang seluruh dindingnya terbuat dari tepas. Kualitas rumah juga sangat rusak, untuk yang bercat, catnya sudah mulai memudar. Tata letaak bangunan relatif tidak teratur dan kebanyakan lantai rumah terbuat dari semen. Fasilitas rumah dengan ruang yang sangat terbatas jumlah kamar 2 – 3 kamar sangat sempit yang dihuni rata – rata 5 – 7 orang anggota keluarga. Ruang makan merangkap dengan dapur, sedangkan untuk kamar mandi mereka menggunakan sumur diluar rumah atau sungai sekitar, begitu juga dengan jamban keluarga. Kondisi fasilitas jalan dikawasan kumuh dan miskin berbeda jauh dari kawasan ideal dengan lebar jalan dan kualitas jalan aspal dan hotmix. Jalan dikawasn kumuh terlihat sangat sempit dan kelebaran antara 1 – 3 meter, dengan bahan pembuat jalan tersebut terbuat dari semen bahkan tanah. Jalan hanya bisa dilalui oleh kendaran roda dua atau tiga seperti becak. Fasilitas pendidikan yang tersedia di kawasan miskin dan kumuh pada umumnya adalah sekolah dasar, letaknya dekat dengan pemukiman. Di daerah penelitian dijumpai Universitas Sumatera Utara sekolah untuk tingkat SMP dan SMU, seperti Madrasah atau sekolah yang dikelola oleh swasta. Ketersediaan fasilitas kesehatan biasanya puskesmas atau puskesmas pembantu yang terletak cukup jauh dari kawasan. Penduduk cenderung membeli obat bebas jika menderita sakit. Ketersediaan tempat bermain, tempat berolah raga pada umumnya tidak tersedia. Anak – anak biasanya bermain dengan mempergunakan jalan gang didepan rumah sehingga sering menghambat jalan. Begitu juga dengan tempat besosialisasi mereka sering berkumpul ditempat tetangga terutama ibu – ibu rumah tangga menghabiskan waktu mereka setelah habis bekerja. Dan bagi kaum bapak melakukan sosialisasi di kedai kopi sekitar pemukiman. Kemiskinan di Kota Medan sudah sejak lama sulit dihilangkan. Perkembangan kondisi sosial ekonomi seperti urbanisasi semakin meningkatkan potensi kemiskinan yang terus meningkat. fasilitas pendidikan yang belum terjangkau oleh penduduk miskin, fasilitas kesehatan yang kurang memadai, fasilitas sarana transportasi yang kurang mendukung kegiatan usaha kecil sebagai indikasi kemiskinan yang terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2010 sebanyak 7,09 persen penduduk Kota Medan masih hidup dibawah garis kemiskinan, dan kondisi ini dijumpai diberbagai wilayah yang tersebar di seluruh kecamatan dan kelurahan dengan kondisi yang bervariasi dan berbeda-beda. Kemiskinan merupakan masalah dan tantangan dalam pembangunan kota, masalah kemiskinan menjadi rentan sebab cendrung melahirkan keterbelakangan baik secara sosial maupun ekonomi, oleh karena itu salah satu faktor kunci keberhasilan program penanggulangan kemiskinan adalah bekerja sama dan sama-sama Universitas Sumatera Utara bekerja untuk menanggulanginya. Untuk menyikapi kondisi tersebut yang paling utama adalah kesadaran berasama-sama antara pemerintah dengan kelompok yang tidak miskin lainnya secara nyata, karena kelompok miskin sangat tidak mungkin dapat memperbaiki hidup dan kehidupannya. Karakteristik ekonomi penduduk dapat menggambarkan miskin atau tidaknya suatu keluarga. Beberapa karakteristik ekonomi keluarga yang akan dilihat adalah: jenis pekerjaan, pendapatan dan pola konsumsi. Jenis pekerjaan di kawasan miskin dan kumuh pada umumnya bekerja disektor informal yang tidak menghendaki persyaratan tertentu dan juga tidak menjanjikan pendapatan yang tetap untuk setiap harinya. Adapun jenis pekerjaan tersebut seperti nelayan, buruh bangunan, tukang becak, supir, buruh pabrik, tukang botot, tukang cuci, tukang kebun, pedagang dan lain – lain. Ada juga yang bekerja sebagai pegawai swasta ataupun pegawai negeri golongan rendah Bappeda Kota Medan, 2001. Menurut data statistik kepala rumah tangga miskin diperkotaan banyak terlibat disektor jasa, sedang dipedesaan tergantung pada sektor pertanian. Di perkotaan kemiskinan juga lebih banyak ditemui pada rumah tangga yang bekerja sebagai buruh karyawan yaitu sebesar 48,10 BPS 2000 . Setelah jenis pekerjaan dapat dilihat lagi tingkat pendapatan penduduk miskin berdasarkan jenis pekerjaan akan turut mempengaruhi pendapatan, sulit sekali menentukan jumlah pendapatan bagi penduduk yang jenis pekerjaannya bukan sebagai pegawai. Dari hasil studi yang dilakukan Bappeda, rata – rata pendapatan mereka dikawasan ini adalah Rp.500.000,00 sampai dengan Rp.600.000,00. Penghasilan ini digunakan untuk membiayai 5 sampai dengan 6 orang ini. Berarti kalau dibagi dengan rata – rata 5 orang jumlah Universitas Sumatera Utara anggota keluarga maka pendapatan rata – rata keluarga adalah antara Rp.100.000 – Rp.120.000 perbulan. Penghasilan mereka juga terkadang terdiri dari penghasilan utama suami ditambah dengan penghasilan dari istri dan anak mereka. Kemiskinan menjadi masalah di kota Medan oleh sebab itu pemerintah pusat telah mengalokasikan dana bantuan PNPM P2KP ke Kota Medan, untuk mendukung program kemiskinan Kota Medan, untuk itulah maka diharapkan agar semua pihak baik itu peserta yang hadir dalam sosialisasi maupun masyarakat luas untuk menjadikan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP sebagai program primadona dalam penaggulangan kemiskinan. PNPM-P2KP adalah upaya-upaya dan program yang dilaksanakan dalam rangka penanggulanmgan kemiskinan, diformulasikan dari, oleh dan untuk masyarakat miskin sindiri, sedangkan koordonasi kota, fasilitasi kelurahan dan para sukarelawan berperan untuk mendorong masyarakat miskin memiliki kemampuan, baik itu musyawarah, membahas dan menetapkan kegiatan. Dana bantuan program PNPM-P2KP untuk 2010 di alokasikan ini sebesar Rp 72,750 milyar, dengan rincian komposisi pembiayaan dari pusat Rp 38,375 M dan dari dana APBD Kota Medan 36,375 M, dengan sasaran, 151 kelurahan atau 2001 lingkungan di 21 kecamatan, dengan jenis kegiatan pembangunan jalan lingkungan, pembangunan drainaser lingkungan, jembatan linkungan, serta bantuan dana bergulir, dan kegiatan sosial lainnya yang ada di lingkungan. Dana ini disalurkan langsung dari Bank kemasyarakat melalui Badan Keswadayaan Masyarakat BKM.

4.3. Karakteristik Responden