Tabel 4.9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan No.
Pendapatan rupiah Jumlah
Persentase
1. 100.000 – 1.000.000
270 70.68
2. 1.100.000 – 2.000.000
99 25.92
3. 2.100.000 – 3.000.000
13 3.4
Total 382
100 Sumber : Data Primer diolah 2010.
Dari hasil Tabel 4.9 yaitu jumlah responden berdasarkan pendapatan pendapatan yang paling banyak diperoleh adalah antara 100.000 – 1.000.000 sebanyak 270 orang
dengan persentase 70,68 dan diikuti dengan pendapatan antara 1.100.000 – 2.000.000 sebanyak 99 orang dengan persentase 25,92 yang paling akhir adalah 2.100.000 –
3.000.000 sebanyak 13 orang dengan persentase 3,4.
4.3.2. Uji Statistik Hasil Estimasi Model
Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas independent variable terhadap variabel terikat dependent variable dilakukan dengan menggunakan angka linier
terhadap model regresi berganda. Hasil perhitungan analisis regresi ganda pada Lampiran 2 dengan menggunakan program Eviews Versi 5.1 dapat dilihat seperti data berikut:
Y = 0,114207 + 0,021842 X
1
+ 0,002119 X
2
+ 0,200757 X
3
- 0,022520 X
4
- 0,398214 X
5
+ 0,107623 D t-stat 2,595413 0,272254 5,309322-2,429247 -4,142918 1,803556
R
2
= 0.597 F-Statistic = 92,96604 Prob-Stat = 0.000
Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
Signifikan α 10
Berdasarkan hasil estimasi di atas dapat menunjukkan bahwa R
2
= 0.59 yang bermakna bahwa variasi jam kerja, tingkat pendidikan, jumlah keluarga yang bekerja,
jumlah keluarga yang ditanggung, biaya hidup dan akses terhadap lembaga keuangan mampu menjelaskan variasi kemiskinan di Kota Medan sebesar 59,79 dan sisanya
sebesar 40,21 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. Berdasarkan hasil uji simultan serempak yang dilakukan melihat signifikansi
secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat dependent variable. Dari estimasi tersebut diperoleh nilai F-Statistik sebesar 92,96 yang berarti
secara bersama-sama jam kerja, tingkat pendidikan, jumlah keluarga yang bekerja, jumlah keluarga yang ditanggung, biaya hidup dan akses terhadap lembaga keuangan dapat
mempengaruhi kemiskinan di Kota Medan secara signifikan dengan tingkat keyakinan 90. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung. Untuk
Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = k-1 = 6-1= 5 dan v2 = n-k= 382 - 5 = 377, dijumpai F-tabel ; pada
α = 0.05 sebesar 2,26. Jadi 92,97 2,26 sehingga Ha diterima dan H0 ditolak.
Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t- hitung dengan nilai t-tabel. Selain
itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi sig pada hasil estimasi. Berdasarkan uji partial Uji t-statistik dapat diketahui variabel-variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di Kota Medan. Pada jumlah sampel n=100, variabel bebas k=5. Koutsoyiannis, 1981 menjelaskan bahwa besarnya k
adalah variabel bebas termasuk konstanta. Dengan demikian k = 7 dijumpai Degree of
Universitas Sumatera Utara
Freedom DF = 382-7 = 375. Pada DF = 375 dijumpai t-tabel pada pengujian dua ekor pada
α = 0.05 sebesar kemiskinan di Kota Medan. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial dan elastisitas setiap variabel :
1. Jam kerja memiliki nilai t-hitung sebesar 2,5954 lebih besar dibandingkan t-tabel :
1,645 yang bermakna bahwa variabel jam kerja berpengaruh signifikan pada α = 0.10
terhadap kemiskinan di Kota Medan. Koefesien regresi jam kerja diperoleh sebesar 0,021842. Dengan demikian apabila jam
kerja meningkat 1 jam per hari, maka pendapatan penduduk miskin di Kota Medan dapat meningkat sebesar Rp.21.842 , ceteris paribus. Naiknya pendapatan akan
menurunkan kemiskinan. Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan jam kerja terhadap pendapatan penduduk
miskin di Kota Medan. Pendapatan dari keluarga miskin banyak dihabiskan untuk konsumsi sehari – hari. Selain untuk konsumsi sehari – hari tidak jarang pendapatan
yang diperoleh oleh keluarga miskin tidak cukup untuk membiayai hidup keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari data responden sebelum diolah banyak yang memiliki
pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang mereka peroleh. Semakin meningkatnya pendapatan dapat memenuhi kesbutuhan keluarga miskin
sehingga lebih memungkinkan untuk terlepas dari jeratan kemiskinan. 2.
Tingkat pendidikan memiliki nilai t-hitung sebesar 0,273354 lebih kecil dibandingkan t- tabel: 1,645 yang bermakna bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh tidak
signifikan pada α = 0.10 terhadap kemiskinan di Kota Medan. Artinya jenjang
pendidikan tidak selalu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di Kota Medan, karena keterbatasan ekonomi untuk dapat memperoleh pendidikan yang layak sehingga
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar tenaga kerja penduduk miskin tidak dapat memperoleh pendidikan layak. Koefesien regresi tingkat pendidikan diperoleh sebesar 0,002119. Dengan
demikian apabila tingkat pendidikan meningkat 1 tahun maka pendapatan masyarakat miskin di Kota Medan dapat meningkat sebesar Rp.2.119 sebulan, ceteris paribus.
Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif tingkat pendidikan terhadap pendapatan penduduk miskin di Kota Medan.
Pendidikan menjadi hal yang penting untuk sekarang ini, tetapi yang menjadi suatu masalah adalah keluarga miskin tidak bekerja dengan mengandalkan keahlian yang
tinggi, tetapi lebih mengandalkan kepada otot dan tenaga. Selain itu terkendalanya masalah biaya dalam melanjutkan pendidikan, jangankan untuk melanjutkan
pendidikan, pemenuhan untuk konsumsi sehari – hari sudah cukup sulit. Dapat dilihat dari hasil wawancara nelayan miskin di Belawan anak – anak dari nelayan sudah
diberikan pemikiran untuk melanjutkan pekerjaan orang tuanya secaara turun temurun dan mereka beranggapan dengan memperoleh ikan yang banyak mereka sudah dapat
menghasilkan uang yang cukup banyak tanpa harus bersusah payah sekolah terlebih dahulu.
3. Jumlah keluarga yang bekerja memiliki nilai t-hitung sebesar 5,309322 lebih besar
dibandingkan t-tabel : 1,645 yang bermakna bahwa variabel keluarga yang bekerja berpengaruh signifikan pada
α = 0.10 terhadap pendapatan penduduk miskin di Kota Medan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga miskin yang bekerja maka semakin
meningkat pendapatannya dan sebaliknya. Koefesien regresi keluarga yang bekerja diperoleh sebesar 0,200757. Dengan demikian
apabila keluarga yang bekerja meningkat 1 orang, maka pendapatan penduduk miskin
Universitas Sumatera Utara
di Kota Medan dapat meningkat sebesar Rp.200.757 dalam sebulan, ceteris paribus. Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan keluarga yang bekerja terhadap pendapatan penduduk miskin di Kota Medan. Hal ini sama dengan mendorong peningkatan pendapatan bagi keluarga miskin. Tetapi
kendalanya pekerjaan yang mereka dapat kerjakan peda umumnya yang mengandalkan tenaga dan otot dan usia produktif untuk bekerjanya lebih cepat habis.
4. Jumlah tanggungan keluarga memiliki nilai t-hitung sebesar 2,429247 lebih besar
dibandingkan t-tabel: 1,645 yang bermakna bahwa variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan pada
α = 0.10 terhadap kemiskinan di Kota Medan. Koefesien regresi jumlah tanggungan keluarga diperoleh sebesar -0,022520. Dengan
demikian apabila jumlah tanggungan keluarga meningkat 1 orang maka pendapatan penduduk miskin di Kota Medan akan menurun sebesar pendapatan Rp.22.520 per
bulan ceteris paribus. Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif jumlah tanggungan keluarga terhadap pendapatan
penduduk miskin di Kota Medan. Dari hasil penelitian yang saya lakukan kelurga miskin jarang memiliki anak yang sedikit, sementara pendapatan yang mereka miliki
terbatas, pemikiran untuk merencanakan masa depan anak dengan baik belum ada dalam pikiran mereka ditambah lagi dengan kesadaran terhadap pelaksanaan keluarga
berencana yang tidak tersosialisasi dalam kehidupan mereka. 5.
Biaya hidup memiliki nilai t-hitung sebesar 4,142918 lebih besar dibandingkan t-tabel: 1,654 yang bermakna bahwa variabel biaya hidup berpengaruh signifikan pada
α = 0.10 terhadap pendapatan penduduk miskin di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Koefesien regresi biaya hidup lain diperoleh sebesar 0,398214. Dengan demikian apabila biaya hidup lain meningkat Rp 1.000.000 maka pendapatan penduduk miskin di
Kota Medan dapat menurun sebesar Rp.398.214 dalam sebulan, ceteris paribus. Berarti hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan biaya hidup lain terhadap pendapatan penduduk miskin di Kota Medan. Biaya hidup penduduk miskin yang saya wawancarai lebih besar dari pada pendapatan
yang mereka miliki. Hal ini dissebabkan berbagai hal dimulai dari tanggungan terhadap anggota keluarga yang banyak, biaya pendidikan, ditambah dengan yang bekerja pada
umumnya satu orang saja, biaya hidupyang semakin lama semakin meningkat membuat mereka terkadang harus memadakan apa yang ada dengan semua keterbatasan. Jauh
dari apa yang dikatakan masyrakat yang sejahtera. 6.
Akses terhadap Lembaga Keuangan Akses terhadap lembaga keuangan yang dilakukan oleh responden memiliki nilai t-
hitung sebesar 1,803 lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1,654 yang bermakna bahwa variabel akses terhadap lembaga keuangan berpengaruh signifikan
pada α = 0,10 terhadap pendapatan keluarga miskin kota medan. Berarti ada pengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga miskin kota medan.
4.3.3. Uji Asumsi Klasik