Pendidikan dan Kemiskinan TINJAUAN TEORITIS

termasuk pemerintah sendiri dalam program-program pengentasan kemiskinan dan masyarakat yang mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditambah dukungan dari masyarakat untuk menyukseskan program pemerintah tersebut. Jumlah penduduk Indonesia yang tergolong besar membuat semakin cepat pula perkembangan penduduk miskin yang ada.

2.7. Pendidikan dan Kemiskinan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitas kerja. Definisi Pendidikan versi UU No. 202003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Heijrahman dan Husnan 2000 pengertian pendidikan adalah suatu pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya meningkatkan penguasaan teori keterampilan memutuskan persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan. Menurut Agus 2001, Pendidikan Education secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis Berita terus menerus dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan tingkatannya, guna menyampaikan menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang dikehendaki. Pendidikan Universitas Sumatera Utara secara sadar diadakan untuk menyiapkan pekerja agar siap diserahi pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan yang ditangani sebelumnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, menurut Tilaar 2000 pendidikan merupakan suatu pengeluaran yang semakin meningkat dan semakin berpusat kepada kepentingan anak dan keluarga; ekonomi meminta tenaga kerja yang terdidik untuk meningkatkan produktivitasnya. Pendidikan adalah pengembangan SDM. Tujuan pendidikan sebagai pengembangan SDM adalah pengembangan potensi yang ada pada masing-masing individu itu sebagai perorangan dalam hubungannya dengan hidup bermasyarakat. Pendidikan sebagai pengembangan SDM adalah mengembangkan tanggung jawab pribadi bagi peningkatan kualitas hidup individu, dan sekaligus tanggung jawab pribadi dalam membengun masyarakat. Dimana menurut Hidayat dalam buku Tilaar 2000 menandakan bahwa suatu daerah tidak akan sanggup membangun apabila daerah itu tidak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya dan memanfaatkan secara efektif untuk kepentingan pembangunan. Dengan pendidikan yang berkualitas akan menjamin kelangsungan pembangunan suatu daerah. Pendidikan sangat penting dalam menemukan sebuah masa depan yang baik. Pendidikan adalah modal dasar pembangunan yang perlu dipertahankan. Pemerintah perlu mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Disamping itu berbagai upaya proaktif dan resktif yang mendukung akan potensi individu masyarakat perlu dilakukan. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, sebagai ilustrasi terakhir atas rendahnya standar hidup penduduk di negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya, berikut ini disajikan uraian mengenai distribusi kesempatan menikmati pendidikan. Penyadiaan fasilitas pendidikan dasar merupakan prioritas utama bagi semua negara-negara berkembang. Disebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, bagian terbesar anggaran pengeluaran pemerintah dialokasikan ke sektor pendidikan. Walaupun jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah banyak meningkat, namun tingkat buta huruf masih sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju. Sebagai contoh, di antara negara-negara yang paling terkebelakang, tingkat melek huruf konsep kebalikan dari buta huruf rata-rata hanya mencapai 45 persen dari jumlah penduduk itu artinya tingkat buta hurufnya masih berkisar 55 persen. Untuk negara-negara Dunia Ketiga lainnya yang relatif sudah berkembang, tingkat melek hurufnya 64 persen. Sedangkan angka untuk negara-negara maju telah mencapai 99 persen. Dewasa ini, diberbagai penjuru negara-negara Dunia Ketiga, diperkirakan lebih dari 300 juta anak-anak terpaksa keluar dropped out dari bangku sekolah dasar dan menengah, karena berbagai alasan. Selain itu, sekitar 842 juta penduduk negaranegara Dunia Ketiga berusia dewasa masih buta huruf, dan 60 persen diantaranya adalah wanita. Hal lain yang patut dicatat adalah materi-materi pendidikan yang diberikan kepada anak-anak itupun acapkali kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional. Selanjutnya, bertolak dari semua pembahasan diatas, kita dapat menarik beberapa rangkuman mengenai kesamaan karakteristik negara-negara berkembang sebagai berikut: 1. Pada umumnya, tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya pun tergolong lambat. Universitas Sumatera Utara 2. Pendapatan per kapita negara-negara Dunia Ketiga masih sangat rendah dan pertumbuhannya amat sangat lambat, sehingga pantas saja bila ada pengamat yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi negara-negara berkembang itu sebenarnya mengalami stagnasi kemacetan. 3. Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata; 20 persen penduduk yang paling kaya menerima 5 hingga 10 kali lipat pendapatan yang diterima oleh 40 persen golongan yang paling miskin. 4. Konsekuensinya, mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut. Jumlah mereka sekarang ini berkisar 1,3 miliar jiwa. Pendapatan total mereka kurang dari US370 per tahun. 5. Sebagian besar penduduk masih amat menderita sebagai akibat dari fasilitasfasilitas dan pelayanan kesehatan yang serba buruk dan sangat terbatas, malnutrisi kekurangan gizi, dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di negara-negara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju. 6. Fasilitas-fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi kurukulumnya relatif masih kurang relevan dan kurang memadai. Di samping itu, tingkat kegagalan penyelesaian pendidikan dropped out relatif tinggi, sedangkan tingkat melek huruf relatif masih sangat rendah. Masing-masing dari keenam karakteristik itu memerlukan penelitian dan perhatian lebih lanjut agar kita bisa memperoleh suatu pemahaman yang benar -benar komprehensif mengenai aneka permasalahan yang dihadapi oleh negara - negara Dunia Ketiga dan memikirkan cara-cara untuk menanggulanginya. Namun, diluar itu masih ada unsur lain Universitas Sumatera Utara yang lebih penting, yakni interaksi antara keenam karakteristik tersebut, karena ternyata interaksi itulah yang sesungguhnya mengakibatkan berlarut-larutnya masalah kemiskinan, keacuhan dan penyaki yang mencekik begitu banyak manusia yang tinggal di negara- negara berkembang. Sebagian besar ekonom sepakat bahwa sumber daya manusia human resources dari suatu bangsa, bukan modal fisik ataupun sumber daya material, merupakan faktor yang paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan social dan ekonomi bangsa yang bersangkutan. Keyakinan para ekonom tersebut antara lain nampak jelas pada kenyataan almarhum Profesor Frederick Harbinson dari Princeton University sebagai berikut: Sumber daya manusia... merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah yang merupakan agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber-sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional, maka untuk selanjutnya negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apapun. Mekanisme kelembagaan pokok dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan manusia itu adalah system pendidikan formal. Namun, sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga terlanjur diyakinkan oleh gagasan-gagasan keliru yang mengatakan bahwasanya penciptaan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang cepat secara kuantitatif merupakan kunci utama mensukseskan pembangunan nasional: semakin bertambah kesempatan pendidikan, akan semakin cepat pula proses pembangunannya. Bertolak dari keyakinan tersebut, maka negara-negara berkembang langsung bergerak cepat, seakan saling berlomba-lomba, untuk mengadakan upaya-upaya perluasan pendidikan sistem Universitas Sumatera Utara sekolah dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Bidang ini bahkan menjadi begitu sensitive secara politis setiap pemerintah memiliki kepentingan-kepentingan politik untuk mengembangkan pendidikan sehingga suatu rejim atau pemerintah yang tidak bersedia mengembangkan pendidikan akan menghadapi ancaman politik yang serius dari warganya sendiri, walaupun secara ekonomis upaya-upaya tersebut sangat mahal. Baru belakangan ini saja sejumlah kecil politisi, negarawan, ekonom, dan perencana pendidikan dari negara- negara berkembang serta negara-negara berkembang serta negara-negara maju mulai berani menentang mitos pendidikan formal tersebut secara terbuka. Tantangan tersebut selanjutnya mulai mendapatkan momentum dan dukungan yang berasal dari berbagai sumber. Hal ini dapat dengan jelas dilihat pada karakter dari hasil dari proses pembangunan itu sendiri. Setelah hampir tiga dasawarsa lamanya, perluasan kesempatan bersekolah secara cepat yang telah menelan biaya hingga berates-rates miliar dolar telah terlaksana, akan tetapi kondisi dasar rata-rata penduduk diberbagai negara- negara berkembang di Asia Selatan, Afrika dan Amerika Latin tidak banyak mengalami perbaikan yang berarti. Kemiskinan absolut yang menjerat mereka justru menjadi semakin kronis dan tersebar luas kemana-mana. Jurang kesenjangan kemakmuran antara penduduk kaya dan penduduk miskin terus menerus melebar dari tahun ke tahun. Proporsi pengangguran, baik yang terbuka maupun yang terselubung, juga terus melonjak, dan yang paling mengejutkan dan menyedihkan, jumlah pengangguran yang terdidik di berbagai negara-negara Dunia Ketiga semakin bertambah banyak. Adalah tidak mungkin untuk menyatakan bahwasanya kegagalan sistem pendidikan formal formal educational system tersebut merupakan penyebab atas semua permasalahan diatas. Namun, kita juga harus mengakui bahwa sebagian besar pernyataan terdahulu yang begitu menonjolkan pentingnya Universitas Sumatera Utara perluasan kesempatan bersekolah-demi mace pertumbuhan ekonomi; meningkatkan taraf hidup, terutama kalangan penduduk miskin, serta mendorong terciptanya sikap-sikap positif yang seba modern-terlampau berlebihan, sehingga gagal memperhitungkan segala kelemahan dan dampak negatifnya. Ilmu ekonomi pendidikan economics of education sangatlah penting walaupun belum mempunyai bentuk atau wujud yang pasti sebagai salah satu komponendari ilmu ekonomi pembangunan. Hal itu termasuk ilmu mutakhir yang barn muncul pada awal decade 1960-an sebagai cabang ilmu ekonomi yang berdiri sendiri. Apabila kita ingat bahwa motivasi utama atas permintaan terhadap pendidikan di negara-negara Dunia Ketiga adalah untuk mempercepat perbaikan ekonomi yang dicita-citakan melalui pengembangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi bagi segenap anggota masyarakat maka kita juga perlu berusaha memahami proses-proses ekonomi yang pada akhirnya akan menentukan terpenuhi atau tidaknya aspirasiaspirasi tersebut. Dalam bab ini, kita akan membahas hubungan-hubungan baik yang positif maupun negatif antara pembangunan dan perluasan pendidikan secara kuantitatif dan kualitatif, dengan bertumpu kepada enam masalah pokok pembangunan negara-negara Dunia Ketiga yang telah kita ketahui dari bab-bab sebelumnya. Selanjutnya, pembahasan kita dalam bab ini akan terpusat pada enam pertanyaan fundamental sebagai berikut: 1. Bagaimana pendidikan mempengaruhi tingkat, struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi? Sebaliknya, bagaimana tingkat, struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi itu mempengaruhi sistem pendidikan? Universitas Sumatera Utara 2. Apakah pendidikan pada umumnya dan struktur sistem pendidikan dikalangan negara- negara Dunia Ketiga pada khususnya, membantu atau sebaliknya justru menghambat upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan penanggulangannya ketimpangan distribusi pendapatan? 3. Apa hubungan antara pendidikan, migrasi dari desa kekota, dan lonjakan pengangguran didaerah perkotaan? Apakah meningkatnya jumlah pengangguran yang terdidik itu hanya bersifat sementara saja, ataukah justru merupakan suatu fenomena yang kronis? 4. Apakah tingkat pendidikan kaum wanita, memang tertinggal apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang telah di enyam oleh kaum pria, dan apakah ada suatu hubungan yang pasti atau jelas antara peningkatan kesempatan pendidikan bagi wanita dengan pengangguran jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga ? ini terkait dengan persoalan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat di negara-negara Dunia Ketiga. 5. Apakah sistem pendidikan formal di negara-negara Dunia Ketiga sekarang ini cenderung mendukung, ataukah justru sebaliknya menghambat upayaupaya pembanguanan sektor pertanian dan daerah pedesaan? 6. Bagaimanakah sifat-sifat hubungan, jika hubungan tersebut memang ada, antara system pendidikan di negara-negara Dunia Ketiga, Sistem pendidikan dinegara-negara maju, dan terjadinya migrasi internasional tenaga-tenaga professional yang berpendidikan tinggi dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju? Data-data yang terkumpul, terbukti bahwa diskriminasi pendidikan terhadap kaum wanita turut menjadi sebab terhambatnya pembangunan ekonomi, karena hal itu memang memperburuk ketimpangan kesejahteraan sosial. Universitas Sumatera Utara Sebagai penutup atas topik bahasan ini, kita perlu menegaskan di sini bahwa peningkatan kesempatan bagi kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan, ditinjau dari sudut ekonomi, harus dilaksanakan atas dasar empat atas an sebagai berikut : 1. Hasil pendidikan wanita di negara-negara Dunia Ketiga ternyata lebih besar dari pada hasil pendidikan kaum pria. 2. Peningkatan pendidikan kaum wanita tidak hanya memacu produktifitas sektor-sektor pertanian maupun industri, tetapi juga akan menurunkan usia pernikahan, meredakan tingkat fertilitas, serta memperbaiki mutu kesehatan dan nutrisi anak-anak. 3. Peningkatan kualitas kesehatan dan tingkat gizi anak-anak, serta membaiknya pendidikan ibu-ibu mereka, dengan sendirinya akan sangat memperbaiki kualitas sumber daya manusia selama beberapa generasi mendatang. 4. Karena kaum wanitalah yang menanggung beban terbesar dari kemiskinan dan kelangkaan lahan garapan di banyak negara-negara Dunia Ktiga, maka setiap perbaikan perenan dan status ekonomi mereka melalui peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan akan melipatgandakan daya dan kekuatan mereka guna menghancurkan lingkaran setan kemiskinan dan keterbatasan pendidikan.

2.8. Peneliti Terdahulu