Metode utama untuk mengukur saliva murni yaitu metode draining, spitting, suction, dan swab. Metode draining bersifat pasif dan membutuhkan pasien untuk
memungkinkan saliva mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu. Metode suction menggunakan sebuah aspirator atau penghisap saliva untuk
mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan. Metode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan didalam mulut
pasien dalam waktu tertentu. Metode spitting metode yang digunakan Nederfords sesuai dengan metode standard Navazesh dilakukan dengan membiarkan saliva
untuk tergenang di dalam mulut dan meludahkan kedalam suatu tabung setiap 60 detik selama 2-5 menit.
27
Untuk mengukur saliva murni maka tidak diperkenankan makan dan minum dalam kurun waktu 90 menit sebelum dilakukan pengukuran laju aliran saliva.
25
Laju aliran saliva yang diukur adalah laju aliran saliva tanpa stimulasi USFRunstimulated
salivary flow rate dan laju aliran saliva terstimulasi SSFRstimulated salivary flow rate. Laju aliran saliva tanpa stimulasi USFRunstimulated salivary flow rate 0,1
mlmin dan laju aliran saliva terstimulasi SSFRstimulated salivary flow rate 1,0 mlmin adalah merupakan indikasi xerostomia.
27
2.3 Hubungan Antihipertensi terhadap Xerostomia
Di depan telah disebutkan bahwa obat - obatan antihipertensi memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia.
5,6
Universitas Sumatera Utara
Adapun penelitian yang dilakukan Nederfors, 1994 tentang hubungan β- adenoreseptor terhadap sekresi saliva menunjukkan adanya pengurangan laju aliran
saliva akibat penggunaan obat. Hal ini terjadi akibat perubahan pada sel asini dimana kalsium disekresi mengubah konsentrasi kelenjar saliva menjadi lebih tinggi dan
adanya perubahan osmotik yang mengakibatkan penurunan laju alir saliva.
9
Penelitian lain yang dilakukan Nederfors, 1995 tentang hubungan Kaptopril terhadap sekresi saliva menunjukkan bahwa adanya peningkatan laju aliran saliva
baik yang distimulasi maupun tidak. Pada penelitian ini ditemukan kontroversi bahwa yang terjadi adalah sebaliknya peningkatan dari laju alir saliva. Penyebabnya adalah
dari segi farmakodinamik seperti sistem renin-angiotensin yang berperan penting dalam regulasi hemostasis kardiovaskuler. Angiotensin II mengakibatkan
vasokontriksi arteri dan menstimulasi pembentukan aldosteron. Sedangkan
mekanisme primer dari kaptopril adalah menghambat angiotensin converting enzyme
yang dan terjadi kaskade sistem renin-angiotensin-aldosteron. Akibat berkurangnya konsentrasi aldosteron, ACE inhibitor menstimulasi natriursis. Hal ini juga yang
menjelaskan mengapa ACE inhibitor yang menyebabkan penurunan tekanan darah, dimana peningkatan sedikit tekanan darah juga menyebabkan peningkatan laju aliran
darah ke kelenjar saliva.
5
Penelitian berikutnya yang dilakukan Nederfors, 1996 tentang hubungan metoprolol terhadap sekresi saliva ditemukan adanya penurunan laju alir saliva yang
signifikan. Hal ini dijelaskan dari mekanisme efek Metoprolol yang pada awalnya mengurangi curah jantung dan massa ventrikel kiri, tanpa peningkatan yang besar
15
Universitas Sumatera Utara
dari resistensi perifer total. Kemudian resistensi perifer total berkurang yang mengakibatkan peningkatan curah jantung, penurunan dari resistensi perifer total
dijelaskan sebagai perubahan struktural dari resistensi arteri. Jadi, penurunan tekanan darah yang terjadi dengan mengonsumsi obat ini diperkirakan akibat pengurangan
aktivitas saraf simpatis pada resistensi arteri. Hal ini menunjukkan perubahan yang serupa pada saraf simpatis yang terjadi di dalam kelenjar saliva.
11,22
16
Universitas Sumatera Utara
Diuretik Penyekat
reseptor beta
adrenergik
β-blocker Penghambat
angiotensin converting
enzyme ACE-
inhibitor Antihipertensi
Xerostomia penghambat
reseptor angiotensin
Angiotensin -receptor
blocker, ARB
Efek Samping Antagonis
kalsium
2.4 Kerangka Teori