Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya Xerostomia

(1)

TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MARLISA NIM : 070600081

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010

Marlisa

Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya Xerostomia. x + 41 halaman

Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini karena erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler dan ditandai dengan tekanan darah sistoliknya lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan

darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg. Antihipertensi adalah

obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Akan tetapi, obat – obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui rata – rata laju aliran saliva pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi serta mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan lama menderita hipertensi, lama mengonsumsi obat, serta jenis obat yang dikonsumsi subjek.

Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross

sectional yang melibatkan 120 orang subjek. Subjek dibagi dalam 2 kelompok.

Kelompok pertama terdiri dari subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi, kelompok kedua terdiri dari subjek yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi.

Rata- rata laju aliran saliva subjek yang mengonsumsi obat adalah 0,307 ml/menit dan rata-rata laju aliran saliva pada subjek yang tidak mengonsumsi obat


(3)

antihipertensi berdasarkan lama mengonsumsi obat antihipertensi paling tinggi pada kelompok yang mengonsumsi obat > 6 tahun. Persentase xerostomia pada subjek yang menggunakan obat antihipertensi berdasarkan jenis obat paling tinggi pada golongan penyekat reseptor angiotensin. Persentase xerostomia pada subjek yang menggunakan obat antihipertensi berdasarkan jumlah obat paling tinggi pada konsumsi obat tunggal.

Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) antara obat-obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia. Hubungan lama konsumsi obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) sedangkan hubungan jenis dan jumlah obat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap terjadinya xerostomia(p>0,05).


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 Desember 2010

Pembimbing: Tanda tangan

Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM ...


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Desember 2010

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM

ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg 2. Nurdiana, drg., Sp.PM


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya Xerostomia”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Sayuti Hasibuan, Sp.PM atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing, membantu serta memberi petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Ayahanda Aryanto, Ibunda Helena dan adik penulis David atas segala perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, harapan dan doa, serta cinta dan kasih sayang yang melimpah. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Wilda Hafni Lubis, drg., MSi selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit

Mulut, penguji dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi terutama staf pengajar dan

pegawai di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU.

5. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP(K) selaku ketua komisi etik

penelitian di bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

6. Drs. Abdul Jalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan III FKM USU atas

bimbingan dalam analisis statistic hasil penelitian.

7. Dr. Dewi Fanziah Syahnan, Sp THT selaku direktur RSU Dr. Pirngadi

Medan.

8. Dr. Armon Sp.PD selaku kepala SMF Penyakit dalam RSU Dr. Pirngadi

Medan.

9. Seluruh staf perawat poliklinik penyakit dalam terutama poliklinik

Nefrologi RSU Dr. Pirngadi Medan.

10.Senior penulis drg. Dennis, drg. Lindawaty, drg. Ivana, Dewi Diana, Vivi,

Jupita dan senior di FKG lainnya.

11.Teman – teman penulis Richard Salim, Robert, Suli, Wenti, Annisa dan

seluruh teman-teman mahasiswa FKG Angkatan 2007.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan dan masukan yang sangat berharga bagi kualitas skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima


(8)

kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama melakukan penelitian ini. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Penyakit Mulut.

Medan, Desember 2010 Penulis,

(Marlisa) NIM : 070600081


(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 ANTIHIPERTENSI DAN XEROSTOMIA 2.1 Antihipertensi ... 6

2.1.1 Definisi ... 6

2.1.2 Tujuan ... 6

2.1.3 Klasifikasi ... 7

2.1.3.1 Diuretik ... 7

2.1.3.2 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik ... 7

2.1.3.3 Penghambat ACE-Inhibitor ... 8

2.1.3.4 Penghambat Reseptor Angiotensin ... 9

2.1.3.5 Antagonis Kalsium ... 9

2.1.4 Efek Samping ... 9

2.2 Xerostomia ... 10

2.2.1 Definisi ... 10

2.2.2 Etiologi ... 10

2.2.3 Gejala dan Tanda ... 13

2.2.4 Diagnosa ... 13

2.3 Hubungan Antihipertensi terhadap Xerostomia ... 14


(10)

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 18

3.2 Populasi dan Sampel ... 18

3.2.1 Populasi ... 18

3.2.2. Sampel ... 18

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 19

3.3.1 Kritria Inklusi ... 19

3.3.2. Kriteria Eksklusi ... 20

3.4 Variabel Penelitian ... 20

3.5 Kerangka Konsep ... 20

3.6 Definisi Operasional ... 21

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.8 Sarana Penelitian ... 22

3.9 Pengumpulan Data... 22

3.10 Pengolahan dan Analisa Data ... 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN……….. 24

BAB 5 PEMBAHASAN……….. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 37


(11)

Tabel Halaman

1 Data demografis subjek penelitian ... 25

2 Distribusi tekanan darah sistolik subjek penelitian ... 26

3 Distribusi tekanan darah diastolik subjek penelitian ... 26

4 Distribusi lama menderita hipertensi pada subjek yang mengonsumsi obat

... 27

5 Distribusi laju aliran saliva subjek penelitian ... 28

6 Hubungan konsumsi obat antihipertensi tehadap terjadinya xerostomia.. 28

7 Frekuensi xerostomia pada subjek yang mrnggunakan obat antihipertensi

berdasarkan lama konsumsi obat ... 29

8 Frekuensi xerostomia pada subjek yang mrnggunakan obat antihipertensi

berdasarkan jenis obat ... 30

9 Frekuensi xerostomia pada subjek yang mrnggunakan obat antihipertensi

berdasarkan jumlah obat ... 31


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

2. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

5. Rekam Medik Penelitian


(13)

Tahun 2010

Marlisa

Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap Terjadinya Xerostomia. x + 41 halaman

Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini karena erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler dan ditandai dengan tekanan darah sistoliknya lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan

darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg. Antihipertensi adalah

obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Akan tetapi, obat – obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui rata – rata laju aliran saliva pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi serta mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan lama menderita hipertensi, lama mengonsumsi obat, serta jenis obat yang dikonsumsi subjek.

Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross

sectional yang melibatkan 120 orang subjek. Subjek dibagi dalam 2 kelompok.

Kelompok pertama terdiri dari subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi, kelompok kedua terdiri dari subjek yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi.

Rata- rata laju aliran saliva subjek yang mengonsumsi obat adalah 0,307 ml/menit dan rata-rata laju aliran saliva pada subjek yang tidak mengonsumsi obat


(14)

adalah 0,3 ml/menit. Persentase xerostomia pada subjek yang menggunakan obat antihipertensi berdasarkan lama mengonsumsi obat antihipertensi paling tinggi pada kelompok yang mengonsumsi obat > 6 tahun. Persentase xerostomia pada subjek yang menggunakan obat antihipertensi berdasarkan jenis obat paling tinggi pada golongan penyekat reseptor angiotensin. Persentase xerostomia pada subjek yang menggunakan obat antihipertensi berdasarkan jumlah obat paling tinggi pada konsumsi obat tunggal.

Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) antara obat-obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia. Hubungan lama konsumsi obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05) sedangkan hubungan jenis dan jumlah obat tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap terjadinya xerostomia(p>0,05).


(15)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini

karena erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler.1 Seorang pasien disebut

hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika

seseorang sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.2

Hipertensi merupakan diagnosa primer yang umum di Amerika Serikat karena menyerang hampir 50 juta penduduk dimana sekitar 69% orang dewasa yang telah melewati 18 tahun sadar akan hipertensi yang mereka derita dan 58% dari mereka

dirawat, tetapi hanya 31% yang terkontrol.3,4 Prevalensi hipertensi di benua Amerika

lebih rendah dibandingkan di benua Eropa, dimana prevalensi hipertensi di Amerika Serikat 20,3% dan Kanada 21,4% sedangkan di beberapa Negara Eropa seperti

Swedia 38,4%, Italia 37,7%, Inggris 29,6%, Spanyol 40% dan Jerman 55,3%.1

Saat ini, perkembangan obat – obatan antihipertensi sangat beragam bagi

penderita hipertensi, mulai dari diuretik dan penyekat reseptor beta adrenergik (β

-blocker) sampai belakangan diperkenalkan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor) dan antagonis kalsium. Akan tetapi, obat – obatan tersebut

memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah


(16)

Xerostomia atau biasa dikenal sebagai mulut kering adalah gejala yang umum yang paling sering disebabkan oleh berkurangnya jumlah saliva atau perubahan kualitas saliva. Jumlah pasti dari orang yang menderita xerostomia adalah tidak

diketahui namun hal ini menjadi kondisi yang umum.7 Rata – rata orang normal

menghasilkan sedikitnya 500 ml saliva selama 24 jam. Laju aliran saliva berubah selama 24 jam, hal ini bergantung pada status fisiologis dari pasien. Laju aliran saliva saat istirahat adalah 0,3 ml per menit, di mana laju aliran saliva saat tidur adalah 0,1 per menit; ketika makan atau mengunyah jumlah ini meningkat sampai 4,0 - 5,0 mL

per menit.8

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan obat – obatan antihipertensi terhadap xerostomia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nederfors (1994) pada pasien yang mengonsumsi Atenolol dan Pronanolol menunjukkan adanya hubungan obat – obatan ini pada laju alir dan komposisi saliva saat tidak

distimulasi.6,9,10 Beliau kemudian melakukan penelitian lagi pada tahun 1995 pada

pasien yang yang mengonsumsi kaptopril meskipun ditemukan hasil yang berbeda dimana pada perawatan ini, rata – rata sekresi saliva meningkat untuk baik yang

distimulasi maupun tidak.5 Kemudian beliau melakukan penelitian lagi di tahun 1996

terhadap pasien yang mengonsumsi Metoprolol dan ditemukan adanya hubungan obat ini terhadap laju aliran saliva yang dibuktikan dari adanya peningkatan laju aliran

saliva yang signifikan ketika obat dihentikan sebelum kemudian diberikan kembali.11

Menurut penelitian beliau di Halland, Swedia pada tahun 1996 didapatkan prevalensi xerostomia pada pasien yang mengkonsumsi antihipertensi adalah 21,3% pada pria

dan 27,3% pada wanita.12 Kemudian penelitian yang lain dilakukan oleh Cownman


(17)

dkk (1994) di Florida tentang hubungan antihipertensi β-adrenergik pada pasien yang mengonsumsinya dan ditemukan bahwa obat ini juga mengubah fungsi sekresi

saliva.13

Hasil survei peneliti mendapatkan bahwa kasus pasien hipertensi yang

berkunjung ke RSU dr. Pirngadi Medan selama periode Januari – Juni 2010 adalah sebanyak 175 kasus. Dengan demikian penelitian mengenai pengaruh obat – obatan hipertensi terhadap terjadinya xerostomia perlu dilakukan pada pasien yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSU dr. Pirngadi untuk melihat ada tidaknya hubungan obat –obatan antihipertensi terhadap xerostomia di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah 1.2.1 Masalah Umum

1. Apakah terdapat hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia.

1.2.2 Masalah Khusus

1. Berapakah rata – rata tekanan darah dari pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

2. Berapakah rata – rata laju alir saliva dari pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

3. Apakah terdapat hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan lama mengonsumsi obat.

4. Apakah terdapat hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jenis obat.


(18)

5. Apakah terdapat hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jumlah obat.

1.3 Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis O :

a. Tidak ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia.

b. Tidak ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan lama mengonsumsi obat.

c. Tidak ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jenis obat.

d. Tidak ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jumlah obat.

2. Hipotesis Alternatif :

a. Ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia.

b. Ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan lama mengonsumsi obat.

c. Ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jenis obat.

d. Ada hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia berdasarkan jumlah obat.


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap

terjadinya xerostomia.

2. Untuk mengetahui rata – rata tekanan darah dari pasien yang

mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

3. Untuk mengetahui rata – rata laju aliran saliva dari pasien yang

mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

4. Untuk mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap

terjadinya xerostomia berdasarkan lama mengonsumsi obat.

5. Untuk mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap

terjadinya xerostomia berdasarkan jenis obat.

6. Untuk mengetahui hubungan antara obat – obatan antihipertensi terhadap

terjadinya xerostomia berdasarkan jumlah obat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan derajat kesehatan gigi pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

2. Sebagai usaha dalam mengatur rencana perawatan bagi setiap gejala xerostomia yang timbul pada pasien akibat mengonsumsi obat-obatan antihipertensi.

3. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut, baik cara penanggulangan xerostomia akibat obat- obatan antihipertensi atau obat – obatan yang lainnya.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Antihipertensi 2.1.1 Definisi

Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati

hipertensi.14 Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi

untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan berolah-raga.15,16

Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah

sistolik ≥ 140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun

ditemuka n bukti adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera

dengan antihipertensi.15

2.1.2 Tujuan

Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau lebih rendah bila memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden kerusakan organ akhir atau kondisi seperti diabetes, level tekanan darah yang diharapkan


(21)

adalah 130/90 mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari) diharapkan tekanan

darah di bawah 150/75 mmHg.15

Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni 17,18 :

1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang

muncul akibat gagal jantung.

2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang

lebih parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.

3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien

yang sudah terkena serangan serebrovaskular.

4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan

hipertensi maternal.

2.1.3 Klasifikasi

Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik

(β-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),

penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis

kalsium.19

2.1.3.1 Diuretik

Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah


(22)

jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga

berkurang.20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide,

Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion. 18-20

2.1.3.2 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)

Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blocker

dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan

peningkatan biosentesis prostasiklin.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah

Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol,

Penbutolol, Labetalol.18-20

2.1.3.3 Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)

Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik

untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung.19 Mekanisme kerja : secara langsung

menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui

bradikinin).20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril,

Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.5,18-20

8


(23)

2.1.3.4 Penghambat Reseptor Angiotensin

Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali

tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. 20 Contoh antihipertensi dari

golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan,

Eprosartan, Zolosartan. 18-20

2.1.3.5 Antagonis Kalsium

Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik

negatif langsung pada jantung.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah

Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.18,19

2.1.4 Efek Samping

Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β-Blocker

dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE–inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang


(24)

paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena

berpotensi menghambat jalan nafas.2

Efek samping obat – obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia, reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang

parah, penyembuhan luka yang tertunda.1,2,9,21,22 Sedangkan efek samping yang

sistemik yang paling sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual

dan rasa tidak enak pada perut.4

2.2 Xerostomia 2.2.1 Definisi

Xerostomia yang sering dikenal sebagai mulut kering adalah gejala umum yang paling sering disebabkan akibat penurunan jumlah saliva atau terjadinya

perubahan pada kualitas saliva.7 Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan gejala dari berbagai kondisi seperti perawatan yang diterima, efek samping dari radiasi di kepala dan leher, atau efek samping dari berbagai jenis obat. Dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan penurunan fungsi kelenjar

saliva.21

2.2.2 Etiologi

Faktor penyebab timbulnya xerostomia:

1. Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang


(25)

mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian

mempengaruhi sekresi saliva. Sindrom Sjőgren merupakan penyakit autoimun

jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya

berkurang.7,8,23,24

2. Keadaan fisiologis: Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh

keadaan - keadaan fisiologis.23 Pada saat berolahraga dan berbicara yang lama dapat

menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas

melalui mulut juga akan memberikan pengaruh mulut kering.7,24 Gangguan

emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut

kering.22,24 Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya

pengaruh simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi sistem parasimpatik

yang menyebabkan turunnya sekresi saliva.24

3. Penggunaan obat-obatan: Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi

saliva.7,8,22,23 Prinsip dasar dari obat – obatan yang menyebabkan xerostomia adalah

antikolinergik dan aksi simpatomimetik, adapun obat – obatan yang paling sering menyebabkan xerostomia adalah antidepresan, antipsikotopik, benzodiazepine,


(26)

aliran saliva dengan meniru aksi sistem syaraf autonom atau dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk salivasi. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan

dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.24

4. Usia: Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut.8,24 Keadaan

ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung, lining sel duktus

intermediate mengalami atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah

aliran saliva. Selain itu, penyakit- penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan penyakit sistemis dapat memberikan

pengaruh mulut kering pada usia lanjut.8,22,24

5. Keadaan-keadaan lain: Agenesis dari kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada pasien yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf menunjukkan adanya cacat yang besar dari kelenjar saliva. Kelainan syaraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti sklerosis multiple akan mengakibatkan hilangnya innervasi kelenjar saliva, kerusakan pada parenkim kelenjar dan duktus, atau kerusakan pada suplai darah kelenjar saliva juga dapat mengurangi sekresi

saliva.24 Belakangan telah dilaporkan bahwa pasien-pasien AIDS juga mengalami

mulut kering sebab terapi radiasi untuk mengurangi ketidaknyamanan pada sarkoma 12


(27)

kaposi intra oral dapat menyebabkan disfungsi kelenjar saliva.8,24

2.2.3 Gejala dan tanda

Xerostomia menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh

karena tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari saliva.23,24 Proses pengunyahan

dan penelanan makanan sulit dilakukan khususnya makanan kering.2,3,23-25 Rasa

pengecapan dan proses berbicara juga terganggu.2,3,7,23,24 Kekeringan pada mulut

menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari selaput

lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar.2,7,23,24 Selain itu, pda

penderita xerostomia fungsi bakteriose dari saliva berkurang sehingga menyebabkan

proses karies gigi.7,23,25-27

2.2.4 Diagnosa

Diagnosa dari xerostomia dilakukan berdasarkan anamnesa terarah dan dapat juga dilakukan dengan mengukur laju aliran saliva total yaitu dengan saliva

collection.

Saliva collection

Laju aliran aliva memberi informasi yang penting untuk tindakan diagnostik dan tujuan penelitian tertentu. Fungsi kelenjar saliva dapat dibedakan dengan tehnik pengukuran tertentu. Laju aliran saliva dapat dihitung melalui kelenjar saliva mayor individual atau melalui campuran cairan dalam rongga mulut yang disebut saliva


(28)

Metode utama untuk mengukur saliva murni yaitu metode draining, spitting,

suction, dan swab. Metode draining bersifat pasif dan membutuhkan pasien untuk

memungkinkan saliva mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu. Metode suction menggunakan sebuah aspirator atau penghisap saliva untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan. Metode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan didalam mulut pasien dalam waktu tertentu. Metode spitting (metode yang digunakan Nederfords sesuai dengan metode standard Navazesh) dilakukan dengan membiarkan saliva untuk tergenang di dalam mulut dan meludahkan kedalam suatu tabung setiap 60

detik selama 2-5 menit.27

Untuk mengukur saliva murni maka tidak diperkenankan makan dan minum

dalam kurun waktu 90 menit sebelum dilakukan pengukuran laju aliran saliva.25 Laju

aliran saliva yang diukur adalah laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate). Laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) <0,1 ml/min dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate) <1,0

ml/min adalah merupakan indikasi xerostomia.27

2.3 Hubungan Antihipertensi terhadap Xerostomia

Di depan telah disebutkan bahwa obat - obatan antihipertensi memiliki efek

samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia.5,6

14


(29)

Adapun penelitian yang dilakukan Nederfors, 1994 tentang hubungan β -adenoreseptor terhadap sekresi saliva menunjukkan adanya pengurangan laju aliran saliva akibat penggunaan obat. Hal ini terjadi akibat perubahan pada sel asini dimana kalsium disekresi mengubah konsentrasi kelenjar saliva menjadi lebih tinggi dan

adanya perubahan osmotik yang mengakibatkan penurunan laju alir saliva.9

Penelitian lain yang dilakukan Nederfors, 1995 tentang hubungan Kaptopril terhadap sekresi saliva menunjukkan bahwa adanya peningkatan laju aliran saliva baik yang distimulasi maupun tidak. Pada penelitian ini ditemukan kontroversi bahwa yang terjadi adalah sebaliknya peningkatan dari laju alir saliva. Penyebabnya adalah dari segi farmakodinamik seperti sistem renin-angiotensin yang berperan penting dalam regulasi hemostasis kardiovaskuler. Angiotensin II mengakibatkan vasokontriksi arteri dan menstimulasi pembentukan aldosteron. Sedangkan mekanisme primer dari kaptopril adalah menghambat angiotensin converting enzyme yang dan terjadi kaskade sistem renin-angiotensin-aldosteron. Akibat berkurangnya konsentrasi aldosteron, ACE inhibitor menstimulasi natriursis. Hal ini juga yang menjelaskan mengapa ACE inhibitor yang menyebabkan penurunan tekanan darah, dimana peningkatan sedikit tekanan darah juga menyebabkan peningkatan laju aliran

darah ke kelenjar saliva.5

Penelitian berikutnya yang dilakukan Nederfors, 1996 tentang hubungan metoprolol terhadap sekresi saliva ditemukan adanya penurunan laju alir saliva yang signifikan. Hal ini dijelaskan dari mekanisme efek Metoprolol yang pada awalnya mengurangi curah jantung dan massa ventrikel kiri, tanpa peningkatan yang besar


(30)

dari resistensi perifer total. Kemudian resistensi perifer total berkurang yang mengakibatkan peningkatan curah jantung, penurunan dari resistensi perifer total dijelaskan sebagai perubahan struktural dari resistensi arteri. Jadi, penurunan tekanan darah yang terjadi dengan mengonsumsi obat ini diperkirakan akibat pengurangan aktivitas saraf simpatis pada resistensi arteri. Hal ini menunjukkan perubahan yang

serupa pada saraf simpatis yang terjadi di dalam kelenjar saliva.11,22


(31)

Diuretik Penyekat reseptor beta adrenergik

(β-blocker)

Penghambat

angiotensin converting enzyme

(ACE-inhibitor) Antihipertensi

Xerostomia

penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin -receptor blocker, ARB)

Efek Samping

Antagonis kalsium


(32)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross

sectional. Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi saat yang sama, artinya setiap subjek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau

status pasien saat diobservasi.28 Penelitian ini membandingkan dua kelompok subjek

dalam melihat hubungan antara obat-obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi.

3.2.2 Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini,

penulis menggunakan rumus uji hipotesis terhadap 2 proporsi.28 Persentase insiden

xerostomia pada pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi di Halland, Swedia berdasarkan penelitian Nederfors T. yaitu 21,3 % pada pria dan 27,3% pada


(33)

wanita. Pada penelitian ini digunakan 24,3 % sebagai rata – rata dari kedua nilai untuk pria dan wanita.

n1=n2= (zα√2PQ +zβ√P1Q1+P2Q2)2 (P1-P2)2

Dimana : zα= deviat baku α = 0,05 → zα = 1,96

zβ = deviat baku β = 0,15 → zβ = 1,036

P1 = proporsi xerostomia pada orang yang sehat = 0,056

Q1 = 1-P1 = 1-0,056 = 0,944

P2 = proporsi xerostomia pada orang yang mengonsumsi obat = 0,243

Q2 = 1-P2 = 1-0,243 = 0,757

P = P1 + P2 2

= 0,1495

Q = 1-P = 1 – 0,1495 = 0,8505

Maka n = 55,6 ≈56 orang

Jadi jumlah sampel minimum untuk masing - masing kelompok adalah 56 orang dan pada penelitian ini dilibatkan 60 orang untuk masing – masing kelompok yang mengonsumsi obat dan tidak mengonsumsi obat.

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.3.1 Kriteria Inklusi :

Pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi di antara usia 35 – 80 tahun yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSU Dr.Pirngadi Medan dan bersedia mengikuti penelitian.


(34)

Pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi

 Lama konsumsi obat –

obatan antihipertensi

 Jumlah obat antihipertensi

 Jenis obat antihipertensi

Xerostomia

Usia pasien (35 – 80 tahun)

3.3.2 Kriteria Eksklusi :

Pasien yang mempunyai penyakit sistemik lain dan mengonsumsi obat-obatan lain yang menyebabkan xerostomia.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi

Variabel terikat : Xerostomia

Variabel terkendali : Usia pasien ( 35 – 80 tahun)

Variabel tidak terkendali : 1. Lama mengonsumsi obat anti hipertensi 2. Jumlah obat antihipertensi

3. Jenis obat antihipertensi

3.5 Kerangka Konsep


(35)

1. Obat – obatan antihipertensi : obat – obatan yang digunakan untuk

menurunkan tekanan darah.19

a. Golongan diuretik : Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide,

Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.

b. Golongan penyekat reseptor beta adrenergik (β-Blocker) : Propanolol,

Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.

c. Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme

(ACE-Inhibitor) : Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.

d. Golongan penghambat reseptor angiotensin : Losartan, Valsartan,

Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.

e. Golongan antagonis kalsium : Amlodipine, Diltiazem, Verapamil,

Nifedipine.

2. Xerostomia adalah bila laju alir saliva tanpa stimulasi subjek penelitian <

0,1 ml/menit.27

3. Lama konsumsi obat-obatan antihipertensi adalah konsumsi obat oleh

subjek dari awal pemakaian sampai saat diteliti dan dapat dilihat pada rekam medik subjek.

4. Jumlah obat antihipertensi yang dikonsumsi adalah jumlah obat – obatan

yang dikonsumsi subjek dalam terapi hipertensi dan dapat dilihat dari rekam medik pasien.


(36)

5. Jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi adalah jenis obat – obatan yang dikonsumsi subjek dalam terapi hipertensi dan dapat dilihat dari rekam medik pasien.

6. Umur : perhitungan ulang tahun subjek penelitian yang dihitung sejak tahun

lahir sampai ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian.

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik penyakit dalam RSU Dr.Pirngadi Medan. Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.

3.8 Sarana Penelitian

Sarana penelitian yang digunakan, yaitu:

1. Tabung ukur

2. Corong

3. Sarung tangan

4. Tensimeter

5. Masker

3.9 Pengumpulan Data

Pengumpulan data tekanan darah untuk kelompok yang mengonsumsi obat diperoleh dari rekam medik pasien sedangkan untuk kelompok yang tidak mengonsumsi obat diperoleh melalui pengukuran dengan tensimeter.

Pengumpulan data laju aliran saliva dilakukan pada pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi dan berkunjung ke Poliklinik penyakit dalam RSU


(37)

Dr.Pirngadi Medan yang dilakukan mulai pukul 09.00-12.00 WIB dan pada pasien diberi informasi tentang tujuan penelitian ini. Setelah pasien setuju menjadi subjek penelitian, pasien diminta menandatangani informed consent. Kemudian dari rekam medik dicatat penyakit sistemik lain yang diderita pasien, obat – obatan yang digunakan, lama menderita hipertensi serta tekanan darah. Setelah itu pemeriksaan dilakukan dengan mengukur laju saliva tanpa stimulasi dengan menggunakan metode

spitting dan hasil dicatat dalam ml/menit. Pasien diinstruksikan untuk duduk tenang

sewaktu mengukur laju aliran saliva tanpa stimulasi, kemudian pasien diinstruksikan untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut selama 2-5 menit kemudian meludahkan salivanya ke dalam gelas ukur melalui corong setiap 60 detik dan laju

aliran saliva diukur.27

3.10 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 11.5. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dihitung persentase xerostomia pada lama konsumsi obat-obatan antihipertensi, jenis obat antihipertensi dan jumlah obat antihipertensi yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat ada tidaknya hubungan anatara penggunaan obat antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia dilakukan dengan uji statistik Pearson chi – square.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 orang dengan melibatkan 17 pria (28,3%) dan 43 wanita (71,7%) pada kelompok yang mengonsumsi obat serta 29 pria (48,3%) dan 31 wanita (51,7%) yang tidak mengonsumsi obat. Karakterisitik sampel ini dapat dilihat pada tabel 1.

Berdasarkan kelompok umur, rata – rata usia sampel untuk kelompok mengonsumsi obat adalah 60,05 tahun dimana untuk kelompok <50 tahun sebanyak 8 orang (13,3%), 50-65 tahun sebanyak 40 orang (66,7%) dan >65 tahun sebanyak 12 orang (20%) dan rata –rata usia untuk kelompok yang tidak mengonsumsi obat adalah 54,32 tahun dimana kelompok <50 tahun sebanyak 18 orang (30%), 50-65 tahun sebanyak 34 orang (56,7%) dan >65 tahun sebanyak 8 orang (13,3%).

Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar pendidikan sampel yang mengonsumsi obat adalah ibu rumah tangga sebanyak 26 orang (43,3%), sisanya adalah masih bekerja sebanyak 11 orang (18,3%) serta tidak bekerja lagi (pensiun) sebanyak 23 orang (38,3%) dan sebagian besar sampel pada kelompok yang tidak mengonsumsi obat adalah ibu rumah tangga juga sebanyak 25 orang (41,7%), sisanya masih bekerja sebanyak 23 orang (38,3%) serta tidak bekerja lagi (pensiun) sebanyak 12 orang (20%).


(39)

Tabel 1. DATA DEMOGRAFIS SUBJEK PENELITIAN Karakteristik Sampel Jumlah (persentase) Mengonsumsi obat (n=60) Tidak mengonsumsi obat (n=60) Total (n=120) Jenis Kelamin Pria Wanita 17 (28,3%) 43 (71,7%) 29 (48,3%) 31 (51,7%) 46 (38,3%) 74 (61,7%) Umur

< 50 tahun 50 – 65 tahun > 65 tahun

8 (13,3%) 40 (66,7%) 12 (20 %)

18 (30 %) 34 (56,7%) 8 (13,3%) 26 (21,7%) 74 (61,7%) 20 (16,7%) Pekerjaan Bekerja Rumah Tangga

Tidak Bekerja (pensiun)

11 (18,3%) 26 (43,3%) 23 (38,3%)

23 (38,3%) 25 (41,7%) 12 (20 %)

34 (28,3%) 51 (42,5%) 35 (29,2%)

4.2 Riwayat Medis Subjek Penelitian A. Tekanan Darah

Tekanan darah sistolik rata-rata sampel yang mengonsumsi obat adalah 141,20 mmHg dengan perincian <120 mmHg sebanyak 3 orang (5%), 120-139 mmHg

sebanyak 24 orang (40%), 140-159 mmHg sebanyak 21 orang (35%) dan ≥16 0

mmHg sebanyak 12 orang (20%), sedangkan tekanan darah sistolik rata-rata untuk sampel yang tidak mengonsumsi obat adalah 139,87 mmHg dengan perincian <120 mmHg sebanyak 3 orang (5%), 120-139 mmHg sebanyak 19 orang (31,7%), 140-159

mmHg sebanyak 29 orang (48,3%) dan ≥160 mmHg sebanyak 9 orang (15%).


(40)

Tabel 2. DISTRIBUSI TEKANAN DARAH SISTOLIK SUBJEK PENELITIAN

Tekanan Darah Sistolik

Jumlah (persentase)

Mengonsumsi obat n = 60

Tidak mengonsumsi obat

n = 60

Total (n = 120)

<120 mmHg 3 (5%) 3 (5%) 6 (5%)

120-139 mmHg 24 (40%) 19 (31,7%) 43 (35,8%)

140-159 mmHg 21(35%) 29 (48,3%) 50 (41,7%)

≥160 mmHg 12 (20%) 9 (15%) 21 (17,5%) Tekanan darah diastolik rata-rata sampel yang mengonsumsi obat adalah 83,18 mmHg dengan perincian <80 mmHg sebanyak 17 orang (28,3%), 80-89 mmHg

sebanyak 23 orang (38,3%), 90-99 mmHg sebanyak 11 orang (8,3%) dan ≥100

mmHg sebanyak 9 orang (15%), sedangkan tekanan darah diastolik rata-rata untuk sampel yang tidak mengonsumsi obat adalah 86,07 mmHg dengan perincian <80 mmHg sebanyak 12 orang (20%), 80-89 mmHg sebanyak 22 orang (36,7%), 90-99

mmHg sebanyak 16 orang (26,7%) dan ≥100 mmHg sebanyak 10 orang (16,7%).

Tabel 3. DISTRIBUSI TEKANAN DARAH DIASTOLIK SUBJEK PENELITIAN

Tekanan Darah Diastolik

Jumlah (persentase)

Mengonsumsi obat (n = 60)

Tidak mengonsumsi obat

(n = 60)

Total (n = 120)

<80 mmHg 17 (28,3%) 12 (20%) 29 (24.2%)

80-89 mmHg 23 (38,3%) 22 (36,7%) 45 (37,5%)

90-99 mmHg 11 (8,3%) 16 (26,7%) 27 (22,5%)

≥100 mmHg 9 (15%) 10 (16,7%) 19 (15,8%) 26


(41)

B. Lama Menderita Hipertensi pada Subjek yang Mengonsumsi Obat.

Penelitian ini menunjukkan dari 60 orang subjek yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi, mayoritas subjek menderita hipertensi 1 - 5 tahun yaitu 34 orang (56,7%) serta 6 - 10 tahun sebnyak 7 orang (11,7%) dan >11 tahun sebanyak 19 orang (31,7%). Distribusi lama menderita hipertensi dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. DISTRIBUSI LAMA MENDERITA HIPERTENSI PADA SUBJEK YANG MENGONSUMSI OBAT

C. Laju Aliran Saliva

Rata-rata laju aliran saliva sampel yang mengonsumsi obat adalah 0,307 ml/menit dengan perincian <0,1 ml/menit sebanyak 12 orang (20%), 0,1 – 0,5 ml/menit sebanyak 40 orang (66,7%), 0,6 – 1 ml/menit sebanyak 7 orang (11,7%) dan > 1ml/menit sebanyak 1 orang (1,7%). Kemudian rata-rata laju aliran saliva sampel yang tidak mengonsumsi obat adalah 0,3 ml/menit dengan perincian < 0,1 ml/menit sebanyak 4 orang (6,7%), 0,1 – 0,5 ml/menit sebanyak 52 orang (86,7%), 0,6 – 1

Lama Menderita Hipertensi

(tahun) Jumlah (persentase)

1-5 34 (56,7%)

6-10 7 (11,7%)

>11 19 (31,7%)


(42)

ml/menit sebanyak 4 orang (6,7%) dan tidak dijumpai sampel yang laju aliran salivanya > 1ml/menit (0%). Data dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. DISTRIBUSI LAJU ALIRAN SALIVA SUBJEK PENELITIAN

Laju Aliran Saliva (ml/menit)

Jumlah (persentase)

Mengonsumsi obat (n = 60)

Tidak mengonsumsi obat

(n = 60)

Total (n = 120)

<0,1 12 (20%) 4 (6,7%) 16 (13,3%)

0,1 - 0,5 40 (66,7%) 52 (86,7%) 92 (76,7%)

0,6 – 1,0 7 (11,7%) 4 (6,7%) 11 (9,2%)

>1,0 1 (1,7%) 0 1 (0,83%)

4.3 Frekuensi Xerostomia

Frekuensi xerostomia pada subjek dibagi dalam beberapa kelompok yaitu kelompok subjek yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi dan kelompok subjek yang tidak mengonsumsi obat – obatan antihipertensi. Frekuensi xerostomia akan disajikan pada tabel 6 di bawah ini.

TABEL 6. HUBUNGAN KONSUMSI OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA

*=signifikan

Subjek Penelitian Xerostomia Total Nilai P

ada tidak

Kelompok I (Subjek yang mengonsumsi obat)

12 (20%) 48 (80%) 60 (100%)

0,032* Kelompok II

(Subjek yang tidak mengonsumsi obat)

4 (6,7%) 56 (93,3%) 60 (100%)


(43)

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 120 orang subjek, dijumpai pada kelompok I pasien yang mengalami xerostomia sebanyak 12 orang, dan pada kelompok II pasien yang mengalami xerostomia sebanyak 4 orang. Pada uji Pearson

chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,032. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan

Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara obat-obatan antihipertensi terhadap terjadinya xerostomia. (Tabel 6)

Tabel 7. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA SUBJEK YANG MENGGUNAKAN OBAT ANTIHIPERTENSI BERDASARKAN LAMA KONSUMSI ANTIHIPERTENSI

*=signifikan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 orang subjek, yang mengonsumsi

obat-obatan antihipertensi dengan lama konsumsi obat ≥ 6 tahun paling banyak

dijumpai xerostomia yaitu 9 orang (15%). Pada uji Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,002. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna lama konsumsi obat terhadap terjadinya xerostomia. (Tabel 7)

Tabel 8. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA SUBJEK YANG MENGGUNAKAN OBAT ANTIHIPERTENSI BERDASARKAN JENIS OBAT

Lama Konsumsi Obat (tahun)

Xerostomia

Total Nilai P

ada tidak

1-5 3 (5%) 35 (58,3%) 38 (63,3%)

0,002*

≥ 6 tahun 9 (15%) 13 (21,7%) 22 (36,7%)


(44)

*=signifikan

Jenis obat yang

dikonsumsi

Xerostomia

Total Nilai P

ada tidak

Golongan diuretic 1 (1,7%) 2 (3,3%) 3 (5%)

0,951

Golongan penyekat

beta 0 (0) 0 (0) 0 (0)

Golongan ACE

inhibitor 0 (0) 2 (3,3%) 2 (3,3%)

Golongan penghambat

reseptor angiotensin 4 (6,7%) 12 (20%) 16 (26,7%)

Golongan antagonis

kalsium 3 (5%) 15 (25%) 18 (30%)

Golongan diuretik dan

ACE inhibitor 0 (0) 1 (1,7%) 1 (1,7%)

Golongan diuretik dan

antagonis kalsium 1 (1,7%) 1 (1,7%) 2 (3,3%)

Golongan penyekat beta dan penghambat reseptor angiotensin

0 (0) 2 (3,3%) 2 (3,3%)

Golongan ACE

inhibitor dan

penghambat reseptor angiotensin

0 (0) 1 (1,7%) 1 (1,7%)

Golongan penghambat reseptor angiotensin dan antagonis kalsium

3 (5%) 10 (16,7%) 13 (21,7%)

Golongan diuretik, penyekat beta, dan antagonis kalsium

0 (0) 1 (1,7%) 1 (1,7%)

Golongan diuretik, penghambat reseptor angiotensin, dan antagonis kalsium

0 (0) 1 (1,7%) 1 (1,7%)

Total 12 (20%) 48 (80%) 60 (100%)


(45)

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 orang subjek, yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi golongan penghambat resptor angiotensin yang paling banyak menderita xerostomia 4 orang (6,7%). Pada uji Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,951. Nilai p > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis obat yang dikonsumsi subjek terhadap terjadinya xerostomia. (Tabel 8)

Tabel 9. FREKUENSI XEROSTOMIA PADA SUBJEK YANG MENGGUNAKAN OBAT ANTIHIPERTENSI BERDASARKAN JUMLAH OBAT

*=signifikan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 orang subjek, yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi 1 macam yang paling banyak menderita xerostomia 8 orang (13,3%) . Pada uji Pearson chi-square, nilai p yang diperoleh adalah 0,892. Nilai p > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah obat yang dikonsumsi subjek terhadap terjadinya xerostomia. (Tabel 9)

Jumlah obat yang

dikonsumsi

Xerostomia

Total Nilai P

ada tidak

1 macam 8 (13,3%) 31 (51,7%) 39 (65%)

0,892

> 1 macam 4 (6,7%) 17 (28,3%) 21 (35%)


(46)

BAB 5 PEMBAHASAN

Xerostomia merupakan gejala umum yang paling sering disebabkan akibat

penurunan jumlah saliva atau terjadinya perubahan pada kualitas saliva.7 Xerostomia

merupakan efek samping yang paling umum pada rongga mulut dari berbagai jenis

obat, salah satunya adalah obat antihipertensi.1,8,21 Diuretik, ACE inhibitor dan

antagonis kalsium semuanya telah dibuktikan mengakibatkan xerostomia.2 Demikian

pula dengan golongan penyekat beta yang telah berulang kali diuji pengaruhnya

terhadap xerostomia.5,9-13 Obat ini dapat mengubah jalan saraf yang merangsang

sekresi kelenjar ludah dan selain untuk menurunkan tekanan darah, obat ini juga memiliki efek samping simpatomimetik. Obat antihipertensi menginhibisi simpato

perifer dan turunnya tekanan darah merupakan hasil dari stimulasi reseptor α-2 pada

batang otak. Dengan berlangsungnya aktivitas ini, kekeringan mulut dapat terjadi.22

Nederfors menemukan bahwa obat antihipertensi juga mengakibatkan mulut kering

dengan mengubah konstituen saliva pada orang yang normal.6,9

Penelitian yang dilakukan di poliklinik penyakit dalam RSU dr. Pirngadi Medan terdiri dari 46 pria dan 74 wanita. Subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi dalam penelitian ini terdiri dari 17 pria dan 43 wanita, sedangkan dari subjek yang tidak mengonsumsi obat antihipertensi terdiri dari 29 pria dan 31 wanita. Penelitian oleh Barrios dkk. di Spanyol melaporkan wanita lebih banyak menderita hipertensi daripada pria, konsisten dengan penelitian lainnya yaitu peningkatan prevalensi penggunaan obat antihipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan


(47)

dengan pria. Hal ini dapat disebabkan target tekanan darah yang lebih sulit dicapai oleh wanita daripada pria akibat wanita cenderung kurang berolahraga dan kurangnya

aktifitas dalam keseharian. 12

Hasil penelitian di RSU dr. Pirngadi Medan ditemukanrata-rata tekanan darah

sistolik pada kelompok pasien yang mengonsumsi obat adalah 141 mmHg yang

termasuk dalam Hipertensi tingkat I berdasarkan klasifikasi JNC VII. Rata-rata

tekanan darah sistolik pada kelompok pasien yang tidak mengonsumsi obat adalah 140 mmHg yang juga termasuk dalam Hipertensi tingkat I berdasarkan klasifikasi

JNC VII.Meskipun tekanan darah diastolik untuk masing - masing kelompok adalah

83 mmHg dan 86 mmHg, akan tetapi tidak dimasukkan ke dalam klasifikasi sebab hasil konferensi Institusi jantung, paru, dan darah nasional di Amerika Serikat dalam JNC VII disepakati bahwa perawatan hipertensi ditujukan lebih baik pada tekanan

darah sistolik sendiri dan hal ini telah diuji melalui beberapa penelitian terdahulu.3

Nilai tekanan darah sistolik ini berbeda dengan hasil survei pasien yang mengonsumsi antihipertensi di negara-negara Eropa yaitu 136/83 mmHg yang

tergolong prehipertensi menurut klasifikasi JNC VII. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan genetik, berat badan, konsumsi garam, olah raga, dan kebiasaan merokok

yang memicu perbedaan tekanan darah pasien yang mengonsumsi obat.29

Pada penelitian ini dijumpai pasien hipertensi yang mengonsumsi obat antihipertensi menderita xerostomia sebanyak 20%. Bila dibandingkan dengan penelitian Nederfors di Swedia dijumpai yang menderita xerostomia sebanyak 24,3%. Prevalensi xerostomia yang tidak jauh berbeda ini membukt ikan bahwa memang usia


(48)

dan jenis kelamin juga berperan pada xerostomia sebagai manifestasi akibat konsumsi

obat-obatan antihipertensi.12 Pada kelompok yang tidak mengonsumsi obat

ditemukan 6,7 % menderita xerostomia. Hal ini disebabkan adanya pengaruh usia

terhadap terjadinya xerostomia.24

Laju aliran saliva rata – rata subjek yang mengonsumsi obat adalah 0,307 ml/menit. Berbeda dengan hasil yang diperoleh Nederfors dkk dimana rata-rata laju aliran saliva pada pasien yang mengonsumsi obat antihipertensi adalah 0,07

ml/menit.5 Penyebab perbedaan hasil penelitian ini adalah variabilitas subjek terlibat

seperti perbedaan proporsi jenis kelamin, umur dan pekerjaan.

Hasil penelitian di RSU dr. Pirngadi Medan ditemukan lama konsumsi obat memiliki hubungan yang signifikan dengan xerostomia. Penelitian oleh Ferder dkk, ditemukan bahwa Klonidin efektif dalam menurunkan tekanan darah, namun kekeringan mulut yang merupakan efek samping dari penggunaan obat ditemukan dari penggunaan di tahun pertama sampai 10 tahun ke depan. Beliau juga mendapatkan persentase keluhan kekeringan mulut sebanyak 35% pada tahun

pertama kemudian berkurang menjadi 26,6% pada tahun ke-10.17 Hal ini berbeda

dengan kenyataan yang dijumpai peneliti yaitu jumlah pasien yang menderita xerostomia lebih banyak pada kelompok subjek yang telah menggunakan obat lebih dari 6 tahun yaitu 15% daripada kelompok subjek yang mengonsumsi obat 1-5 tahun yaitu 5%. Penjelasan yang diberikan adalah pada penelitian Ferder, subjek yang diteliti pada tahun ke sepuluh adalah pasien yang sama sejak prevalensi di tahun

pertama diperoleh.17 Sedangkan pada penelitian ini pasien hipertensi yang


(49)

diikutsertakan hanya diukur sekali saja dan semua subjek yang termasuk dalam kriteria inklusi diikutsertakan. Mekanisme yang terjadi akibat konsumsi obat dan xerostomia adalah farmakodinamik obat penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung. Curah jantung yang

berkurang ini mengakibatkan volume plasma berkurang dan terjadilah xerostomia.19

Hasil penelitian di RSU dr. Pirngadi Medan jenis obat yang paling banyak dikonsumsi adalah golongan antagonis kalsium dan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis obat dan terjadinya xerostomia. Nederfors menemukan bahwa xerostomia berhubungan dengan obat antihipertensi terutama golongan penyekat beta meskipun pada penelitiannya juga dikatakan tidak ada golongan obat tertentu yang

secara spesifik mengakibatkan xerostomia.12 Peneliti menemukan kenyataan yang

konsisten dengan penelitian tersebut sebab pada dasarnya semua kinerja dan tujuan pemberian antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah melalui mekanisme pelebaran pembuluh darah maupun pengaruh dari neurotransmitter yang berujung

pada terjadinya xerostomia.2 Jadi tidak ada relevansi antara jenis dan jumlah obat

yang dikonsumsi terhadap xerostomia.

Hasil penelitian di RSU dr. Pirngadi Medan jumlah obat yang paling banyak dikonsumsi adalah satu macam saja dan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah obat dan terjadinya xerostomia. Nederfors menemukan bahwa xerostomia berhubungan dengan pemberian obat yang dikonsumsi lebih dari satu macam atau

yang disebut polifarmasi.12 Pada dasarnya pemberian obat yang melebihi satu macam


(50)

obat juga yang dalam konteks ini adalah xerostomia. Akan tetapi, hasil berbeda yang ditemukan dalam penelitian ini dapat didasari oleh lama subjek mengonsumsi obat kedua maupun ketiga tersebut yang masih belum lama dan usia pasien yang relatif masih paruh baya mengakibatkan efek xerostomia tidak nyata pada pemberian obat

polifarmasi.24

Hasil penelitian di RSU dr. Pirngadi Medan obat yang paling banyak dikonsumsi adalah golongan antagonis kalsium dan satu macam saja, berbeda dengan hasil yang diperoleh Nederfors di Swedia obat yang paling banyak digunakan adalah

konsumsi dua macam penyekat beta yaitu atenolol dan propanolol.12 Hal ini

disebabkan adanya perbedaan genetik, berat badan, konsumsi garam, olah raga, dan kebiasaan merokok yang memicu perbedaan tekanan darah pasien yang mengonsumsi obat sehingga macam obat yang diberikan juga bervariasi dalam mencapai tekanan

darah sitolik dibawah 140 mmHg.29


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan anatara konsumsi obat-obatan antihipertensi terhadp terjadinya xerostomia. Frekuensi terjadinya xerostomia tergantung pada lama mengonsumsi obat, tetapi tidak pada jenis obat dan jumlah obat antihipertensi yang dikonsumsi. Prevalensi xerostomia lebih tinggi pada kelompok yang lama mengonsumsi antihipertensi adalah > 6 tahun serta pada konsumsi antihipertensi golongan penyekat reseptor beta adrenergik dan pemberian obat tunggal.

Penelitian ini memiliki kelemahan karena menggunakan satu metode yaitu

spitting saja. Oleh karena itu, diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan

evaluasi lebih lanjut pada pasien yang mengonsumsi obat – obatan antihipertensi. Selain itu, disarankan kepada dokter dan dokter gigi agar dapat bekerja sama dalam merawat pasien yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi. Pasien yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi mempunyai efek samping yang merugikan dan mempunyai implikasi klinis langsung untuk perawatan kesehatan rongga mulut. Penting untuk diketahui dokter gigi mengenai obat-obatan yang meningkatkan resiko xerostomia dan untuk kebutuhan program pencegahan intensif. Program pencegahan ini dapat berupa edukasi menjaga kesehatan rongga mulut, pemakaian obat-obatan yang dapat merangsang kelenjar saliva, meningkatkan asupan cairan, dan secara teratur memeriksakan kesehatan gigi dan mulut.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

1. Erceg Marijan, et al. Regional differences in the prevalence of arterial

hypertension in Croatia. Coll.Antropol 2009;33(1):19-23.

2. Yagiela JA, Haymore TL. Management of hypertensive dental patient. 2007.

( 11 Agustus 2010)

3. Herman WW, JR Konzelman JL, Prisant LM. New national guidelines on

hypertension : A summary for dentistry. J Am Dent Association

2004;135(5):576–84

4. Chen K, et al. Patient satisfaction with antihypertensive therapy. Journal of

Human Hypertension 2007;19:793-9

5. Nederfors T, et al. Effects of the antihypertensive drug captopril on human

salivary secretion rate and composition. Eur J Oral Sci1995;103(6):351-4

6. Nederfors T, Dahlöf C, Twetman S. Effects of the beta-adrenoceptor antagonists

atenolol and propranolol on human unstimulated whole saliva flow rate and

protein composition. Scand J Dent Res1994;102(4):235-7

7. Sankar V, Rhodus N & the AAOM Web Writing Group. Patient information

Sheet : Dry Mouth (xerostomia). 2007.


(53)

8. Porter SR, Scully C, Hegarty AM. An update of the etiology and management of

xerostomia. Oral surgery, Oral Medicine, Oral Pathology 2004;97 :28-46

9. Nederfors T, et al. Effects of the β-adenoreceptor Antagonists Atenolol and

Propanolol on Human Parotid and Submandibular-Sublingual Salivary Secretion. J Dent Res 1994;73(1):5-10 10.

10.

propranolol on human whole saliva flow rate and composition. Arch Oral Biol

1992;37(7):579-84.

11.

withdrawal of and re-exposure to the beta 1-selective antagonist metoprolol in a

hypertensive patient population. Eur J Oral Sci1996;104(3):262-8.

12.

reference to beta-adrenoceptor antagonists.

13.

function in individuals of different ages. Journal of Gerontology

1994;49(5):B208-14.

14.Anonymous. Antihypertensive. 2010.

15.Nelson M. Drug treatment of elevated blood pressure. Australian Prescriber.


(54)

16.Anonymous. Hypertension. 2010.

2010)

17.Ferder L, Inserra F, Median F. Safety aspects of long term antihypertensive

therapy (10 years) with clonidine. Journal of Cardiovascular Pharmacology

1987;10(suppl.2):S104-8.

18.Shetty KS. Essentials in Medicine for Dental Students. New Delhi : Jaypee, 2003:

36-9.

19. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Farmakologi dan Terapi . Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru, 2007: 343

20.Ye Richard D. Pharmacology of antihypertensive agents. 2005.

> (27 Agustus 2010)

21.Thompson AL, et al. Prevalence and severity of hypertension in a dental hygiene

clinic. Journal of Contemporary Dental Practice. 2007;8(3): 89-94.

22.Scully C. Drug effect on salivary glands : dry mouth. Oral Diseases 2003; 9:165-

76

23.Bartels CL. Xerostomia information for dentists : Helping patients with dry

mouth. 2010.

Agustus 2010)


(55)

24.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan

penanggulangannya. 2002.

(31 Agustus 2010)

25.Navazesh M. How can oral health care providers determine if patients have dry

mouth? JADA 2003;134:613-8.

26.Torpet LA, et al. Oral adverse drug reactions to cardiovascular drugs. Critical

Review in Oral Biology & Medicine 2004;15(1):28-46.

27.Fox PC, Grisius MM. Salivary gland diseases. Burket’s Oral Medicine Diagnosis

and treatment. 10th ed. Hamilton : BC Decker Inc, 2003:235-38.

28.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta :

Sagung Seto, 2002 : 97-106.

29.Griffith RW. High Blood Pressure in Europe Compared to the USA and Canada.

<


(56)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Bapak/Ibu,

Saya Marlisa mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Obat-obatan Antihipertensi Terhadap

Terjadinya Xerostomia” yang bertujuan untuk mengetahui laju aliran ludah guna

mendeteksi ada tidaknya xerostomia (mulut kering) akibat penggunaan obat-obatan antihipertensi (obat darah tinggi). Manfaat dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan bagi Bapak/Ibu mengenai derajat kesehatan gigi pasien yang mengonsumsi obat - obatan antihipertensi (obat darah tinggi) dan usaha dalam mengatur rencana perawatan bagi setiap gejala xerostomia (mulut kering) yang timbul pada pasien akibat mengonsumsi obat-obatan antihipertensi.

Bapak/Ibu sekalian, pasien hipertensi yang mengonsumsi obat-obatan antihipertensi (obat darah tinggi) biasanya sering mengeluh mulut terasa kering yang akan menyebabkan kesulitan menelan makanan, sulit berbicara, perubahan rasa kecap pada lidah, dan bila telah parah dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada gigi.

Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah pengukuran laju aliran ludah tanpa ransangan. Dalam penelitian ini, saya akan meminta Bapak/Ibu untuk meludahkan ludahnya ke dalam tabung ukur melalui corong selama 2-5 menit.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter bila Ibu tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapatkan pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan kerahasiaan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada Bapak/Ibu, silahkan menghubungi saya Marlisa (Hp: 081362259595)

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti, (Marlisa)


(57)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan*)

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan,... Oktober 2010

Mahasiswa peneliti Peserta

penelitian

Marlisa

____________________


(58)

Nomor data penelitian: __________

A. DATA DEMOGRAFI

Nama : ______________________

Umur : ______ tahun

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan

Pekerjaan : ______________________

B. RIWAYAT MEDIS

Tekanan darah : ______ / ______ mmHg

Lama menderita hipertensi : ______________________

Lama konsumsi obat : ______________________ Obat antihipertensi yang dikonsumsi :

o Diuretik : ______________________

o Β-blocker : ______________________

o ACE-inhibitor : ______________________

o ARB : ______________________

o Antagonis kalsium : ______________________


(59)

NPar Tests (+ Obat)

NPar Tests (- obat)

T-Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

60 60 60 60

60,05 141,20 83,18 ,307 8,454 18,656 12,375 ,3069

,081 ,109 ,118 ,259

,047 ,109 ,118 ,259

-,081 -,107 -,115 -,250

,627 ,844 ,915 2,004

,826 ,474 ,372 ,001

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Usia (tahun) Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Laju aliran saliva

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

60 60 60 60

54,32 139,87 86,07 ,300 11,127 13,934 10,244 ,2215 ,076 ,151 ,156 ,183 ,076 ,151 ,156 ,183 -,065 -,142 -,127 -,133 ,585 1,169 1,212 1,420 ,884 ,130 ,106 ,035 N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Usia (tahun) Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Laju aliran saliva

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(60)

Crosstabs

Jenis kelamin * kelompok pengamatan

Pekerjaan * kelompok pengamatan

Case Processing Summary

120 100,0% 0 ,0% 120 100,0%

120 100,0% 0 ,0% 120 100,0%

60 50,0% 60 50,0% 120 100,0%

60 50,0% 60 50,0% 120 100,0%

58 48,3% 62 51,7% 120 100,0%

Jenis kelamin * kelompok pengamatan Pekerjaan * kelompok pengamatan Lama menderita hipertensi * kelompok pengamatan Lama konsumsi obat * kelompok pengamatan Obat antihipertensi yang dikonsumsi * kelompok pengamatan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Crosstab

17 29 46

23,0 23,0 46,0 37,0% 63,0% 100,0% 28,3% 48,3% 38,3% 14,2% 24,2% 38,3%

43 31 74

37,0 37,0 74,0 58,1% 41,9% 100,0% 71,7% 51,7% 61,7% 35,8% 25,8% 61,7%

60 60 120

60,0 60,0 120,0 50,0% 50,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 50,0% 50,0% 100,0% Count

Expected Count % within Jenis kelamin % within kelompok pengamatan % of Total Count Expected Count % within Jenis kelamin % within kelompok pengamatan % of Total Count Expected Count % within Jenis kelamin % within kelompok pengamatan % of Total Pria Wanita Jenis kelamin Total Konsumsi obat Tidak konsusmsi obat kelompok pengamatan Total Crosstab

11 23 34

17,0 17,0 34,0

32,4% 67,6% 100,0%

18,3% 38,3% 28,3%

9,2% 19,2% 28,3%

26 25 51

25,5 25,5 51,0

51,0% 49,0% 100,0%

43,3% 41,7% 42,5%

21,7% 20,8% 42,5%

23 12 35

17,5 17,5 35,0

65,7% 34,3% 100,0%

38,3% 20,0% 29,2%

19,2% 10,0% 29,2%

60 60 120

60,0 60,0 120,0

50,0% 50,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

50,0% 50,0% 100,0%

Count Expected Count % within Pekerjaan % within kelompok pengamatan % of Total Count Expected Count % within Pekerjaan % within kelompok pengamatan % of Total Count Expected Count % within Pekerjaan % within kelompok pengamatan % of Total Count Expected Count % within Pekerjaan % within kelompok pengamatan % of Total bekerja

ibu rumah tangga

tidak bekerja Pekerjaan Total Konsumsi obat Tidak konsusmsi obat kelompok pengamatan Total


(61)

(62)

Oneway

Post Hoc Tests

Descriptives

Laju aliran saliva

38 ,353 ,3547 ,0575 ,236 ,469 ,1 2,0 6 ,450 ,2074 ,0847 ,232 ,668 ,1 ,6 16 ,144 ,0629 ,0157 ,110 ,177 ,1 ,3 60 ,307 ,3069 ,0396 ,227 ,386 ,1 2,0 1-5

6-10 >11 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Laju aliran saliva

2,885 2 57 ,064 Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Laju aliran saliva

,628 2 ,314 3,632 ,033 4,929 57 ,086

5,557 59 Between Groups

Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Laju aliran saliva LSD

-,097 ,1292 ,454 -,356 ,161

,209* ,0876 ,021 ,033 ,384

,097 ,1292 ,454 -,161 ,356

,306* ,1408 ,034 ,024 ,588

-,209* ,0876 ,021 -,384 -,033

-,306* ,1408 ,034 -,588 -,024

(J) Lama konsumsi obat 6-10 >11 1-5 >11 1-5 6-10 (I) Lama konsumsi obat 1-5

6-10 >11

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(63)

(64)

Jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi * xerostomia

Crosstab

1 2 3

,6 2,4 3,0

33,3% 66,7% 100,0%

8,3% 4,2% 5,0% 1,7% 3,3% 5,0%

0 2 2

,4 1,6 2,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 4,2% 3,3% ,0% 3,3% 3,3%

4 12 16

3,2 12,8 16,0

25,0% 75,0% 100,0%

33,3% 25,0% 26,7% 6,7% 20,0% 26,7%

3 15 18

3,6 14,4 18,0

16,7% 83,3% 100,0%

25,0% 31,3% 30,0% 5,0% 25,0% 30,0%

1 1 2

,4 1,6 2,0

50,0% 50,0% 100,0%

8,3% 2,1% 3,3% 1,7% 1,7% 3,3%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

3 10 13

2,6 10,4 13,0

23,1% 76,9% 100,0%

25,0% 20,8% 21,7% 5,0% 16,7% 21,7%

0 2 2

,4 1,6 2,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 4,2% 3,3% ,0% 3,3% 3,3%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

12 48 60

12,0 48,0 60,0

20,0% 80,0% 100,0% Count

Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang DIURETIK

ACE INHIBITOR

ARB

ANTAGONIS KALSIUM

1 DAN 5

1 DAN 3

4 DAN 5

2 DAN 4

1,2,5

3 DAN 4

1,4,5 Obat antihipertensi yang dikonsumsi Total xerostomia normal xerostomia Total


(65)

Jumlah obat yang dikonsumsi*xerostomia

Case Processing Summary

60 50,0% 60 50,0% 120 100,0% Obat antihipertensi yang

dikonsumsi * xerostomia

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

Obat antihipertensi yang dikonsumsi * xerostomia Crosstabulation

8 31 39

7,8 31,2 39,0

20,5% 79,5% 100,0%

66,7% 64,6% 65,0% 13,3% 51,7% 65,0%

4 17 21

4,2 16,8 21,0

19,0% 81,0% 100,0%

33,3% 35,4% 35,0% 6,7% 28,3% 35,0%

12 48 60

12,0 48,0 60,0

20,0% 80,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 20,0% 80,0% 100,0% Count

Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Obat tunggal

> 1 obat Obat antihipertensi yang dikonsumsi Total xerostomia normal xerostomia Total Chi-Square Tests

,018b 1 ,892

,000 1 1,000

,018 1 ,892

1,000 ,588

,018 1 ,893

60 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.


(66)

Kelompok subjek*xerostomia

Case Processing Summary

120 88,9% 15 11,1% 135 100,0% kelompok pengamatan

* xerostomia

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

kelompok pengamatan * xerostomia Crosstabulation

12 48 60

8,0 52,0 60,0

20,0% 80,0% 100,0%

75,0% 46,2% 50,0%

10,0% 40,0% 50,0%

4 56 60

8,0 52,0 60,0

6,7% 93,3% 100,0%

25,0% 53,8% 50,0%

3,3% 46,7% 50,0%

16 104 120

16,0 104,0 120,0

13,3% 86,7% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

13,3% 86,7% 100,0%

Count

Expected Count % within kelompok pengamatan % within xerostomia % of Total Count

Expected Count % within kelompok pengamatan % within xerostomia % of Total Count

Expected Count % within kelompok pengamatan % within xerostomia % of Total Konsumsi obat

Tidak konsusmsi obat kelompok pengamatan Total xerostomia normal xerostomia Total Chi-Square Tests

4,615b 1 ,032

3,534 1 ,060

4,802 1 ,028

,058 ,029

4,577 1 ,032

120 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00.


(1)

(2)

Oneway

Post Hoc Tests

Descriptives

Laju aliran saliva

38

,353

,3547

,0575

,236

,469

,1

2,0

6

,450

,2074

,0847

,232

,668

,1

,6

16

,144

,0629

,0157

,110

,177

,1

,3

60

,307

,3069

,0396

,227

,386

,1

2,0

1-5

6-10

>11

Total

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum

Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Laju aliran saliva

2,885

2

57

,064

Levene

Statistic

df1

df2

Sig.

ANOVA

Laju aliran saliva

,628

2

,314

3,632

,033

4,929

57

,086

5,557

59

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Laju aliran saliva

LSD

-,097

,1292

,454

-,356

,161

,209*

,0876

,021

,033

,384

,097

,1292

,454

-,161

,356

,306*

,1408

,034

,024

,588

-,209*

,0876

,021

-,384

-,033

-,306*

,1408

,034

-,588

-,024

(J) Lama konsumsi obat

6-10

>11

1-5

>11

1-5

6-10

(I) Lama konsumsi obat

1-5

6-10

>11

Mean

Difference

(I-J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound

Upper Bound


(3)

Lama konsumsi obat * xerostomia


(4)

Jenis obat

antihipertensi yang

dikonsumsi *

xerostomia

Crosstab

1 2 3

,6 2,4 3,0

33,3% 66,7% 100,0%

8,3% 4,2% 5,0% 1,7% 3,3% 5,0%

0 2 2

,4 1,6 2,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 4,2% 3,3% ,0% 3,3% 3,3%

4 12 16

3,2 12,8 16,0

25,0% 75,0% 100,0%

33,3% 25,0% 26,7% 6,7% 20,0% 26,7%

3 15 18

3,6 14,4 18,0

16,7% 83,3% 100,0%

25,0% 31,3% 30,0% 5,0% 25,0% 30,0%

1 1 2

,4 1,6 2,0

50,0% 50,0% 100,0%

8,3% 2,1% 3,3% 1,7% 1,7% 3,3%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

3 10 13

2,6 10,4 13,0

23,1% 76,9% 100,0%

25,0% 20,8% 21,7% 5,0% 16,7% 21,7%

0 2 2

,4 1,6 2,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 4,2% 3,3% ,0% 3,3% 3,3%

0 1 1

,2 ,8 1,0

,0% 100,0% 100,0%

,0% 2,1% 1,7% ,0% 1,7% 1,7%

0 1 1

Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count DIURETIK

ACE INHIBITOR

ARB

ANTAGONIS KALSIUM

1 DAN 5

1 DAN 3

4 DAN 5

2 DAN 4

1,2,5

3 DAN 4 Obat antihipertensi yang dikonsumsi xerostomia normal xerostomia Total


(5)

Crosstabs

Jumlah obat yang dikonsumsi*xerostomia

Case Processing Summary

60

50,0%

60

50,0%

120

100,0%

Obat antihipertensi yang

dikonsumsi * xerostomia

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Obat antihipertensi yang dikonsumsi * xerostomia Crosstabulation

8 31 39

7,8 31,2 39,0

20,5% 79,5% 100,0%

66,7% 64,6% 65,0% 13,3% 51,7% 65,0%

4 17 21

4,2 16,8 21,0

19,0% 81,0% 100,0%

33,3% 35,4% 35,0% 6,7% 28,3% 35,0%

12 48 60

12,0 48,0 60,0

20,0% 80,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 20,0% 80,0% 100,0% Count

Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Count Expected Count % within Obat antihipertensi yang dikonsumsi % within xerostomia % of Total Obat tunggal

> 1 obat Obat antihipertensi yang dikonsumsi

Total

xerostomia normal xerostomia

Total

Chi-Square Tests

,018

b

1

,892

,000

1

1,000

,018

1

,892

1,000

,588

,018

1

,893

60

Pearson Chi-Square

Continuity Correction

a

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear

Association

N of Valid Cases

Value

df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 table

a.

1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

4,20.


(6)

Kelompok subjek*xerostomia

Case Processing Summary

120

88,9%

15

11,1%

135

100,0%

kelompok pengamatan

* xerostomia

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

kelompok pengamatan * xerostomia Crosstabulation

12

48

60

8,0

52,0

60,0

20,0%

80,0%

100,0%

75,0%

46,2%

50,0%

10,0%

40,0%

50,0%

4

56

60

8,0

52,0

60,0

6,7%

93,3%

100,0%

25,0%

53,8%

50,0%

3,3%

46,7%

50,0%

16

104

120

16,0

104,0

120,0

13,3%

86,7%

100,0%

100,0%

100,0%

100,0%

13,3%

86,7%

100,0%

Count

Expected Count

% within kelompok

pengamatan

% within xerostomia

% of Total

Count

Expected Count

% within kelompok

pengamatan

% within xerostomia

% of Total

Count

Expected Count

% within kelompok

pengamatan

% within xerostomia

% of Total

Konsumsi obat

Tidak konsusmsi obat

kelompok pengamatan

Total

xerostomia

normal

xerostomia

Total

Chi-Square Tests

4,615b 1 ,032

3,534 1 ,060

4,802 1 ,028

,058 ,029

4,577 1 ,032

120 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.