Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyebab paling penting dari kematian dini karena erat kaitannya dengan resiko penyakit kardiovaskuler. 1 Seorang pasien disebut hipertensi jika tekanan darah sistoliknya lebih tinggi atau sama dengan 140 mm Hg serta tekanan darah diastoliknya lebih tinggi atau sama dengan 90 mm Hg atau ketika seseorang sedang mengonsumsi obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah. 2 Hipertensi merupakan diagnosa primer yang umum di Amerika Serikat karena menyerang hampir 50 juta penduduk dimana sekitar 69 orang dewasa yang telah melewati 18 tahun sadar akan hipertensi yang mereka derita dan 58 dari mereka dirawat, tetapi hanya 31 yang terkontrol. 3,4 Prevalensi hipertensi di benua Amerika lebih rendah dibandingkan di benua Eropa, dimana prevalensi hipertensi di Amerika Serikat 20,3 dan Kanada 21,4 sedangkan di beberapa Negara Eropa seperti Swedia 38,4, Italia 37,7, Inggris 29,6, Spanyol 40 dan Jerman 55,3. 1 Saat ini, perkembangan obat – obatan antihipertensi sangat beragam bagi penderita hipertensi, mulai dari diuretik dan penyekat reseptor beta adrenergik β- blocker sampai belakangan diperkenalkan penghambat angiotensin converting enzyme ACE-inhibitor dan antagonis kalsium. Akan tetapi, obat – obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya adalah xerostomia. 5,6 1 Universitas Sumatera Utara Xerostomia atau biasa dikenal sebagai mulut kering adalah gejala yang umum yang paling sering disebabkan oleh berkurangnya jumlah saliva atau perubahan kualitas saliva. Jumlah pasti dari orang yang menderita xerostomia adalah tidak diketahui namun hal ini menjadi kondisi yang umum. 7 Rata – rata orang normal menghasilkan sedikitnya 500 ml saliva selama 24 jam. Laju aliran saliva berubah selama 24 jam, hal ini bergantung pada status fisiologis dari pasien. Laju aliran saliva saat istirahat adalah 0,3 ml per menit, di mana laju aliran saliva saat tidur adalah 0,1 per menit; ketika makan atau mengunyah jumlah ini meningkat sampai 4,0 - 5,0 mL per menit. 8 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan obat – obatan antihipertensi terhadap xerostomia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nederfors 1994 pada pasien yang mengonsumsi Atenolol dan Pronanolol menunjukkan adanya hubungan obat – obatan ini pada laju alir dan komposisi saliva saat tidak distimulasi. 6,9,10 Beliau kemudian melakukan penelitian lagi pada tahun 1995 pada pasien yang yang mengonsumsi kaptopril meskipun ditemukan hasil yang berbeda dimana pada perawatan ini, rata – rata sekresi saliva meningkat untuk baik yang distimulasi maupun tidak. 5 Kemudian beliau melakukan penelitian lagi di tahun 1996 terhadap pasien yang mengonsumsi Metoprolol dan ditemukan adanya hubungan obat ini terhadap laju aliran saliva yang dibuktikan dari adanya peningkatan laju aliran saliva yang signifikan ketika obat dihentikan sebelum kemudian diberikan kembali. 11 Menurut penelitian beliau di Halland, Swedia pada tahun 1996 didapatkan prevalensi xerostomia pada pasien yang mengkonsumsi antihipertensi adalah 21,3 pada pria dan 27,3 pada wanita. 12 Kemudian penelitian yang lain dilakukan oleh Cownman 2 Universitas Sumatera Utara dkk 1994 di Florida tentang hubungan antihipertensi β-adrenergik pada pasien yang mengonsumsinya dan ditemukan bahwa obat ini juga mengubah fungsi sekresi saliva. 13 Hasil survei peneliti mendapatkan bahwa kasus pasien hipertensi yang berkunjung ke RSU dr. Pirngadi Medan selama periode Januari – Juni 2010 adalah sebanyak 175 kasus. Dengan demikian penelitian mengenai pengaruh obat – obatan hipertensi terhadap terjadinya xerostomia perlu dilakukan pada pasien yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSU dr. Pirngadi untuk melihat ada tidaknya hubungan obat –obatan antihipertensi terhadap xerostomia di kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah 1.2.1 Masalah Umum