sedangkan kalau penyinaran tidak mungkin dikerjakan atau proses penyebarannya yang lanjut, maka dipilih polikemoterapi. Penyinara ulang pada
kasus-kasus yang sebelumnya pernah mendapat radiasi, dengan mesin Linac dan ditangan yang ahli, hasilnya tidak selalu mengecewakan. Penggunaan
imunoterapi masih dalam taraf eksperimen.
2.9 Pencegahan Kanker Serviks
Skining untuk kanker serviks dengan tes Papnicolaou merupakan metoda yang standard. Berdasasrkan data retrospektif, tes Papnicolau mengurangkan
insidensi kanker serviks sebanyak 60-90 dan motalitas banyak 90. Walaupun teknologi baru untuk skrining sudah dapat tetapi masih belum menpunyai data
sentivitas dan spesifitas tentang skrining ini.
Tes ThinPrep menggukan teknik yang sama dengan tes Papnicolaou untuk mengambil sampel tetapi tes Thinprep menletak sampel pada solusi preservatif.
Dengan menggunakan alat prosessor otomatis, mukus dan darah dipisahkan dari sampel serta sampel dapat dilihat. Tes ini dinamakan tes ThinPrep Papanicolaou
dan sahkan pada 1996 sebagai alternatif untuk teknik smear yang konvensional dan tradisi.
Tes HPV dengan teknik Hybrid Capture II HPV test telah disahkan oleh Food and Drug AdministrationFDA sebagai teknik untuk mendeteksi kanker
serviks pada tahun 2003. Indikasi untuk tes ini untuk wanita lebih tua daripada 30 tahun serta pernah dilakukan tes Papnicolaou. Bila kedua tes ini negatif, maka tes
Papnicolaou yang seterusnya dapat dilakukan selepas 3 tahun.
Menurut American Cancer Society ACS dan US preventive Services Task Force USPSTF, semua wanita direkomendasi untuk melakukan skrining
untuk kanker serviks 3 tahun selepas melakukan hubungan seks melalui vagina di bawah usia 21. Pada usia 30, wanita harus melakukan tes Papnicolaou 3 kali
Universitas Sumatera Utara
berturut- turut setiap 3 tahun. Untuk wanita yang mempunyai faktor resiko, direkomendasi melakukan skrening setiap tahun. Terdapat pandangan lain
mengatakan wanita yang usia 30 ke atas harus dilakukan skrining setiap 3 tahun dengan tes Papanicolaou ThinPrep atau konvensional disertai tes DNA HPV.
ACS merekomendasi wanita yang berusia 69 ke atas dengan 3 atau lebih dari 3 kali tes Papanicolaou dengan hasil yang normal secara berterusan pada 10
tahun yang lalu bisa berhenti melakukan skrening kanker serviks.
USPSTF menentang ACS dengan mengatakan pemeriksaan kanker serviks secara rutin tidak dianjurkan pada wanita yang berusia 65 atau lebih
daripada 65 disertai tes Papanicolaou yang normal baru-baru ini dan tidak berisiko untuk mendapat kanker serviks.
Wanita dengan histerektomi yang total bisa berhenti melakukan skrining kanker serviks kecuali yang melakukan histerektomi karena karsinoma serviks
dan wanita yang melakukan histerektomi tanpa menyingkirkan atau menghapuskan serviks.
Terdapat prevensi yang lain untuk mengelakkan penyebaran infeksi HPV seperti: abstinensi, mengunakan condom atau gel spermisidal waktu berhubungan
seksual, vaksinasi terhadap HPV.
2.10 Komplikasi