Pola aktivitas seksual remaja

b. Pola aktivitas seksual remaja

Perkembangan aktivitas seksual dipengaruhi berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural. Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu: a Masturbasionani Masturbasi ataupun onani merupakan salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh remaja. Masturbasi yakni melakukan rangasangan seksual khususnya pada alat kelamin, yang dilakukan sendiri dengan berbagai cara untuk tujuan mencapai orgasme. Kegiatan masturbasi dilakukan hampir semua orang, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan sebenarnya masturbasi sudah berlangsung sejak seseorang berusia balita yang dalam perkembangan psikoseksual disebut juga fase phallus. Kegiatan ini sering terjadi pada masa awal pubertas seseorang. Karena dorongan seksual yang mendesak, sedangkan objek-objek seksual tidak ada. Sejauh ini secara medis tidak ditemukan efek samping masturbasi. Apabila seseorang merasa ketagihan dengan bermasturbasi, sebaiknya ia mengubah pandangannya terhadap masturbasi. Setelah itu secepatnya mengalihkan dan menggunakan pikirannya pada kegiatan-kegiatan lainnya seperti berolah raga, menyalurkan hobinya, berkumpul dengan teman-temannya atau membaca bacaan humor. Universitas Sumatera Utara b Petting Definisi petting adalah upaya membangkitkan dorongan seksual antar jenis kelamin dengan cara menyentuh orgab seksual tanpa melakukan tindakan intercourse. Usia 15 tahun ditemukan bahwa 39 remaja perempuan melakukan petting, sedangkan 57 remaja laki-laki melakukan petting. c Oral seks Oral seks melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya. Jika melakukan oral seks itu laki-laki, sebutannya adalah cunnilingus, jika yang melakukan oral seks tersebut perempuan, sebutannya adalah fellatio. d Anal seks Anal seks adalah hubungan seksual yang dilakuakan dengan memasukkan penis kedalam anus atau anal. Aktivitas seksual seperti ini tentu sangat berbahaya karena anus mengandung banyak bakteri biang penyakit. e Hubungan seksual Hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang benar menurut etika, moral dam agama adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasiu oleh rasa cinta. Dengan bersetubuh, dua orang akan menjadi satu secara fisik dan emosional. Inilah yant disebut pemenuhan dorongan seksual dalam arti yang sebenarnya. Aktivitas seksual seperti ini tidak menimbulkan rasa ketakutan terhadap penyakit menular, risiko kehamilan diluar nikah, ataupun berdosa. Universitas Sumatera Utara Hubungan seksual yang pertama dialami oeh remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: • Waktusaat mengalami pubertas, saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang dialaminya. • Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar • Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam. • Hubungan antar mereka makin romantis. • Status ekonomi, mereka yang berkecukupan akan dengan mudah melakukan pesiar ketempat-tempat rawan yang memungkinkian adanya kesempatan melakukan hubungan seksual, sebaliknya kelompok yang ekonomi lemah tetapi banyak kebutuhantuntutan mereka mencari kesempatan untuk memenfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. • Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering sering mempergunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat sepi. • Tekanan dari teman sebaya, kelompok sebaya kadang-kadang ingin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kematangannya. • Penggunaan obat-obatan terlarang Universitas Sumatera Utara • Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu akan batas-batasnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. • Mereka merasa sudah saatnya melakukan aktivitas seksual sebab merasa matang secara fisik. • Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya. • Aktivitas seksual pacarnya. • Penerimaan menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya. • Sekedar terjadinya peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksiseksual Soetjiningsih, 2004. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas perilaku seksual Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual yaitu: a Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual libido seksualitas remaja. Peningkatan hasrat seksualini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual. b Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lainnya. c Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakuakan hubungan seks sebelum Universitas Sumatera Utara menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melangggar larangan- larangan tersebut. d Kecenderungan pelanggaran meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dengan adanya teknologi canggih video, internet, Video Compact Disc, telepon genggam, dan lain-lain. e Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka, malah cenderung membuat jarak dengan masalah seksual. f Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria Sarwono, 2010. d. Aktivitas seksual menyimpang pada remaja Beberapa aktivitas seksual yang sering dijumpai sebagai berikut: a Homoseksual Faktor penyebab yang paling kuat timbulnya penyimpangan ini adalah faktor keturunan. Homoseksual sebenanya bukan tergolong penyakit pada umumnya, melainkan identitas seseorang. b Sodomi Sodomi adalah hubungan seks yang dilakukan oleh para homo. Universitas Sumatera Utara c Transeksual Sebutan ini ditujukan untuk orang laki-laki atau perempuan yang tidak menginginkan jenis kelamin mereka untuk memperoleh kepuasan seksualnya. Kelainan ini sebenarnya sudah dapat dilihat pada usia anak-anak seperti kesukaanya pada boneka dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kegiatan perempuan. d Transvetite Transvetite merupakan istilah yang diberikan seorang laki-laki heteroseksual yang menginginkan memakai pakaian perempuan. e Exhibitions Penderita exhibition akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara memperlihatkan penis secara sengaja kepada perempuan atau anak kecil yang menurutnya sesuai dengan keinginanya. f Fetihisme Merupakan pemujaan yang ditujukan pada benda-benda mati atau bagian tubuh idolanya sampai mendapat kepuasan seksual. g Phedophilia Merupakan kelainan seksual yang memperoleh kepuasan jika berhubungan seksual sengan anak kecil atau dibawah umur. Dianawati, 2003. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggambarkan hubungan pendidikan seks dengan aktivitas seksual pada remaja di SMA Negeri 14 Medan. Pendidikan seks pada penelitian ini menjadi variabel bebas independen sedangkan aktivitas seksual menjadi variabel terikat dependen. Secara skematis kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Skema 1: kerangka konseptual penelitian Aktivitas seksual: • Urutan aktivitas seksual • Masturbasionani • Petting • Oral seks • Anal seks • Hubungan seksual Pendidikan seks Universitas Sumatera Utara