12 c.
Diuretik hemat kalium, diuretik ini dibagi dua berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu diuretik penghambat aldosteron dan penghambat saluran ion
natrium. Aldosteron menstimulasi reabsorpsi natrium dan eksresi kalium. Proses ini dihambat oleh diuretik penghambat aldosteron, yaitu: spironolakton
dan eplerenon. Ketika direabsorpsi, natrium akan masuk melalui kanal natrium tetapi hal ini dihambat oleh penghambat saluran natrium, yaitu:
triamteren dan amilorid. Obat-obat dari golongan ini adalah amilorid, eplerenon, spironolakton dan triamteren.
d. Diuretik osmotik, yaitu obat yang bekerja pada tiga tempat di nefron ginjal,
yakni tubuli proksimal, ansa henle dan duktus koligentes. Golongan obat ini bekerja dengan menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya
osmotiknya. Obat-obat dari golongan ini adalah manitol dan urea e.
Diuretik penghambat enzim karbonik anhidrase, golongan obat ini bekerja pada tubuli proksimal dengan menghambat reabsopsi bikarbonat melalui
penghambatan enzim karbonik anhidrase. Enzim ini berfungsi meningkatkan ion hidrogen pada tubulus proksimal yang akan bertukar dengan ion natrium
di lumen. Penghambatan enzim ini akan meningkatkan ekskresi natrium, kalium, bikarbonat dan air. Obat dari golongan ini adalah asetazolamid
Harvey, 2009
2.4.2 Agen-agen penghambat adrenoseptor- β
Penghambat β, saat ini, direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk hipertensi ketika penyakit penyerta timbul misalnya, pada gagal jantung.
Mekanisme penghambat β adalah menghambat reseptor β1 pada otot jantung
sehingga secara langsung akan men urunkan denyut jantung. Penghambat β
13 dibedakan menjadi penghambat
β selektif dan non selektif. Penghambat beta selektif hanya memblok reseptor
β1 dan tidak memblok reseptor β2. Penghambat beta non selektif memblok kedua reseptor baik
β1 maupun β2. Adrenoreseptor β1 dan
β2 terdistribusi di seluruh tubuh, tetapi terkonsentrasi pada organ-organ dan jaringan tertentu. Reseptor
β1 lebih banyak pada jantung dan ginjal, dan reseptor β2 lebih banyak ditemukan pada paru-paru, liver, pankreas, dan otot halus arteri.
Perangsangan reseptor β1 menaikkan denyut jantung, kontraktilitas, dan pelepasan
renin. Perangsangan reseptor β2 menghasilkan bronkodilatasi dan vasodilatasi.
Atenolol dan metoprolol adalah penyekat β yang kardioselektif; jadi lebih aman
daripada penyekat β yang nonselektif seperti propanolol pada pasien asma, PPOK,
penyakit arteri perifer, dan diabetes Hervey, 2009. Penggunaan β blocker non selektif dapat menyebabkan bronkospasme pada
penderita asma karena pada saluran pe rnafasan terdapat reseptor β2 yang
berfungsi sebagai vasodilator. Pada penderita diabetes, β blocker akan meningkatkan kadar glukosa darah melalui penghambatan reseptor β2 di hati.
Penghambatan reseptor ini akan menstimulasi proses glukoneogenesis Fauci, dkk., 2008.
2.4.3 Penghambat ACE
Penghambat enzim pengonversi-angiotensin angiotensin-converting enzymeACE, seperti enalapril atau lisinopril, direkomendasikan ketika agen lini
pertama yang dipilih diuretik atau penghambat- β dikontraindikasikan atau tidak
efektif. Mekanisme penghambat ACE adalah menurunkan produksi angiotensin II, meningkatkan kadar bradikinin, dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis
melalui penurunan curah jantung dan dilatasi pembuluh arteri akibat berkurangnya
14 jumlah angiotensin II di dalam darah. Golongan obat ini efektif digunakan
sebagai terapi tunggal maupun terapi kombinasi dengan golongan diuretik, penghambat reseptor alfa dan antagonis kalsium. Efek samping dari golongan obat
ini adalah gangguan fungsi ginjal, batuk kering, dan dapat menyebabkan hiperkalemia pada pasien dengan gangguan ginjal kronis Harvey, 2009.
2.4.4 Antagonis reseptor-angiotensin II ARB