Definisi Medication Appropriateness Index Klasifikasi Medication Appropriateness Index

16 Ketidakrasionalan penggunaan obat juga dapat menyebabkan medication error. Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah Cohean, dkk., 1991. Kejadian medication error terdapat empat fase, salah satunya adalah fase prescribing penulisan resep Ariani, 2005. Hal ini berkaitan dengan faktor yang menentukan keputusan dokter dalam meresepkan obat. Penggunaan obat yang tidak rasional dapat kita lihat dalam bentuk pemberian dosis yang berlebihan overprescribing atau tidak memadai underprescribing, penggunaan banyak jenis obat yang sebenarnya tidak diperlukan polifarmasi, menggunakan obat yang lebih toksik padahal ada yang lebih aman, penggunaan obat yang tidak sesuai dengan rutenya dan memberikan beberapa obat yang berinteraksi. Bentuk lain ketidakrasionalan pengobatan adalah extravagant prescribing, kebiasaan meresepkan obat mahal padahal tersedia obat yang sama efektifnya dan lebih murah, baik dalam kelompok yang sama atau berbeda kelompok Sadikin, 2011.

2.6 Medication Appropriateness Index

2.6.1 Definisi Medication Appropriateness Index

MAI Medication Appropriateness Index adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur kesesuaian resep dengan menggunakan kriteria sebagai alat pengukur dari setiap masing-masing obat dalam resep. Untuk setiap kriteria memiliki tingkatan evaluasi apakah obat sesuai, sedikit sesuai atau tidak sesuai sama sekali. Para pengembang instrumen MAI mengidentifikasi area penting dari peresepan obat yang digunakan untuk menciptakan sebuah alat yang bisa mengetahui berbagai efek lain dari peresepan terapi obat, diterima atau 17 tidaknya suatu obat dan kondisi klinik pasien. Dari berbagai informasi yang dikumpulkan para pengembang menciptakan sepuluh kriteria MAI, yang disajikan dalam bentuk instrumen pertanyaan Hanlon, dkk., 1992.

2.6.2 Klasifikasi Medication Appropriateness Index

Hanlon, dkk., 1992 mengklasifikasikan MAI menjadi 10 kriteria : a. Indikasi obat, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obat tetapi pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi tersebut. b. Efektivitas, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi mendapatkan obat yang kurang efektif. c. Dosis, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut tidak tepat. d. Petunjuk yang benar, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi pasien tidak mendapatkan instruksi penggunaan obat yang benar dari tenaga kesehatan. e. Penggunaan yang benar, keadaan dimana pasien mempunya kondisi medis dan dan mendapatkan obat yang benar tetapi tidak menjalankan instruksi penggunaan obat yang benar dari tenaga kesehatan. f. Interaksi obat-obat, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang benar tetapi mendapatkan obat lain yang memiliki potensi terjadinya interaksi obat dengan obat. g. Interaksi obat-penyakit, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat tetapi mendapatkan obat yang berpotensi menyebabkan interaksi dengan penyakit lain yang diderita pasien. 18 h. Duplikasi, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis tetapi menerima lebih dari satu obat dengan jenis, dosis dan cara penggunaan yang sama secara bersamaan. i. Durasi, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis tetapi menerima obat dengan frekuensi yang salah. j. Biaya, keadaan dimana pasien mempunyai kondisi medis tetapi pasien tidak mendapatkan obat dikarnakan kendala biaya. Adapun kasus dari masing-masing kriteria MAI memiliki bobot poin dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Bobot yang diberikan pada masing-masing kriteria MAI Kriteria Bobot ketidaksesuaian yang diberikan 1. Apakah indikasi untuk pasien sudah benar? 3 2. Apakah obat sudah efektif dengan kondisi pasien? 3 3. Apakah dosis sudah sesuai? 2 4. Apakah sudah diberi petunjuk yang benar dari tenaga kesehatan? 2 5. Apakah sudah dipraktikan dengan benar oleh pasien? 1 6. Apakah ada potensi terjadi interaksi obat– obat? 2 7. Apakah ada potensi terjadi interaksi antara obat–penyakit? 2 8. Adakah terjadi duplikasi obat ? 1 9. Apakah durasi pemakaian obat sudah sesuai? 1 10. Apakah biaya obat dapat dipenuhi oleh pasien? 1 Hanlon, dkk., 1992 19

2.7 Rekam Medis