Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Teori

pemecahan masalah yang dialami negara saat ini. Sementara kenyataannya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI dan Poltracking, ada indikasi mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang berkembang pada saat masa kampanye, melihat lonjakan elektabilitas Prabowo yang naik sebesar 8,4 dalam waktu singkat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh isu politik peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan dan juga mendeskripsikan hal apa yang menjadi alasan utama mahasiswa menentukan pilihan.

D. Manfaat Penelitian

D.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu politik, serta memberikan sumbangan data empiris dan analisis ilmiah mengenai pengaruh isu politik terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Universitas Sumatera Utara D.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dari segi pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir penulis dalam melihat pengaruh isu politik terhadap preferensi politik pada segmen mahasiswa di Kota Medan. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi bahan perbandingan maupun sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi penulis-penulis yang tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang yang sama.

E. Kerangka Teori

E.1 Efek Komunikasi Massa Terhadap Opini dan Sikap Publik Opini dan sikap tidak dapat diamati secara langsung atau didefinisikan secara cukup tepat untuk memungkinkan adanya pengukuran yang pasti. Sikap merupakan kepribadian dasar atau perangkat mental terhadap beberapa objek secara umum diukur dalam kaitannya dengan respons verbal terhadap pernyataan evaluatif. Respons-respons ini biasanya diubah ke dalam skala yang menunjukkan arah individual dan kekuatan atas kecenderungan dalam kaitannya atas sebuah objek misalnya partai politik atau pemimpin atau isu. Ada dua hal yang mencirikan bentuk utama dari komunikasi politik yang dapat dianggap sebagai efek. Pertama, ada kampanye periodik untuk pemilihan di mana media biasanya digunakan secara intensif oleh kandidat dan partai yang saling bersaing. Kedua, ada aliran yang berkelanjutan dari Universitas Sumatera Utara berita yang membawa pesan mengenai peristiwa yang mencerminkan sifat positif atau negatif, baik dari pemerintah maupun aktor lain di arena politik. Hal ini menyediakan banyak kesempatan bagi iklan politik oleh aktor yang sama yang independen dari pemilihan. Upaya spesifik juga terkadang dibuat untuk memengaruhi opini atas isu tertentu atas nama berbagai kelompok lobi dan tekanan melalui berbagai cara. Partai dan kandidat yang berkampanye biasanya memilih dari sejumlah strategi komunikasi yang tersedia, tergantung pada kondisi dan sumberdaya, dan sering kali tergantung apakah mereka pemerintah yang sedang berkuasa atau tidak. Mereka dapat mencoba menghubungkan diri mereka sendiri dengan isu tertentu di mana mereka memiliki catatan atau klaim tertentu. Di sinilah mereka dapat memberikan kerangka pada isu dan mengatur agenda berita yang bersangkutan. Mereka dapat bertujuan untuk mendapatkan citra menarik melalui asosiasi, gaya, atau kepribadian alih-alih melalui kebijakan. Mereka dapat menyerang lawan berdasarkan kelemahan apapun yang mereka tampilkan meskipun hal negatif dapat menghilangkan motivasi para pemilih secara umum. 13 McQuail memperlihatkan jika isu dikelola dengan sedemikian rupa maka pandangan pemilih dapat diarahkan ke dalam pemahaman sesuai keinginan aktornya. Efek yang diungkapkan McQuail menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini, bahwa isu berpengaruh besar kepada pemilih dalam pemilu. 13 Denis McQuail. 2010. Teori Komunikasi Massa Mcquail, Jakarta: Salemba Humanika. hal 289-291 Universitas Sumatera Utara E.2 Priming Iyengar, Peters, dan Kinder juga menemukan cara khusus bagaimana tayangan berita televisi mungkin mempunyai dampak pada pemilihan presiden. Dengan menentukan agenda untuk kampanye pemilihan, media juga menentukan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi calon-calon presiden. Iyengar dan para koleganya menyebut proses ini priming. Priming adalah proses dimana media berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya dan dengan demikian mengubah standar yang digunakan orang untuk mengevaluasi para calon pemilihan. Para peneliti menemukan suatu bukti priming dalam eksperimen mereka. Para subjek dalam eksperimen, di samping ukuran-ukuran yang telah kita bahas, juga menilai Presiden Carter pada kinerjanya dalam tiga masalah spesifik – pertahanan, polusi, dan inflasi. Mereka juga memberi penilaian umum mengenai kinerja, kompetensi, dan integritas Carter secara keseluruhan. Seperti yang telah diramalkan dengan konsep priming, korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik adalah lebih besar bagi responden yang melihat liputan yang menekankan bidang masalah itu daripada korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik untuk responden yang melihat liputan yang mengabaikan bidang masalah itu. Misalnya, ketika responden melihat liputan yang menekankan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan penilaian kinerjanya Universitas Sumatera Utara secara keseluruhan adalah 0,63. Tapi ketika responden melihat liputan yang mengabaikan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan penilaian kinerjanya secara keseluruhan adalah 0,39. Dengan kata lain, responden mengevaluasi Presiden Carter dipandang dari segi topik-topik yang telah mereka lihat ditekankan dalam berita akhir-akhir ini. Ini merupakan cara yang agak halus namun sangat kuat berkenaan dengan bagaimana penentuan agenda dapat mempengaruhi pemilihan kita yang paling penting. Iyengar dan Simon menyelidiki priming dalam liputan berita krisis Teluk Persia pada tahun 1990 sampai dengan 1991. Pertama, mereka menemukan dampak penentuan agenda dasar. Ketika krisis Teluk Persia mulai mendominasi liputan berita, krisis tersebut juga muncul dalam jajak pendapat opini publik sebagai masalah nasional yang paling penting. Tetapi mereka juga menemukan bahwa liputan yang meningkat pada isu ini terus memengaruhi evaluasi Presiden Bush secara keseluruhan. Selama krisis Teluk, opini kinerja kebijakan luar negeri Bush lebih kuat berhubungan dengan evaluasi Bush secara keseluruhan daripada opini kinerja ekonomi Bush. Sebelum krisis Teluk, opini tentang kinerja ekonominya lebih penting daripada opini kebijakan luar negeri. 14 14 Iyengar, S., M. D. Peters, and D. R. Kinder. 1982. Experimental demonstrations of the “not-so-minimal” consequences of television news program. American Political Science Review, 76: 848-858 dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 271 Universitas Sumatera Utara Teori ini digunakan penulis menjadi dasar bahwa jika media berfokus pada isu tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi evaluasi pemilih terhadap pasangan kandidat Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK. Penulis menggunakan fokus isu politik sebagai sub variabel dalam penelitian ini agar dapat menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini. Fokus isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden dapat dibagi menjadi empat belahan yaitu: 1. Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo 2. Isu Agama Jokowi Bukan Islam 3. Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional 4. Isu Penguatan Rupiah Karena Pasangan Jokowi-JK E.3 Isu-Isu Yang Menonjol Beberapa penelitian tentang penentuan agenda yang berusaha menunjukkan arah kausalitas dengan menggunakan penelitian panel pada dua titik akhirnya hanya menunjukkan dampak penentuan agenda yang lemah.. Penelitian yang dilaksanakan oleh Tipton, Haney, dan Baseheart kemudian Harold Gene Zucker 15 membuat hipotesis bahwa penyebab hal ini mungkin karena penelitian- penelitian sebelumnya berdasarkan asumsi yang salah, yaitu bahwa dampak penentuan agenda akan terjadi pada semua isu. Zucker 1978 terus menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan 15 Tipton, L., R. D. Haney, and J. R. Baseheart. 1975. Media agenda setting in city and state election campaigns. Public Relation Reviews, 20 :19-27 dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 271 Universitas Sumatera Utara bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Isu yang dialami langsung oleh publik, seperti pengangguran, adalah isu yang menonjol obstrusive issues. Isu yang mungkin tidak dialami langsung oleh publik, misalnya polusi, adalah isu yang tidak menonjol unobsrusive issues. Dia mengatakan bahwa dampak penentuan agenda semestinya tampak bagi pengguna dan bukan pengguna media berita. Apabila penentuan agenda sebagian besar terjadi pada isu-isu yang tidak menonjol, maka cara orang mengetahui isu-isu tersebut hanya melalui media atau dengan berbicara dengan orang lain yang telah terekspos pada media.. 16 Penelitian yang dilakukan Zucker memperlihatkan isu yang berkenaan langsung dengan segmen tertentu dapat mempengaruhi pandangan segmen tersebut terhadap para kandidat dalam pemilihan umum. Penulis menggunakan hasil penelitian Zucker dimana pengalaman terhadap isu sebagai sub variabel untuk menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini. Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan dunia pendidikan dan kepemudaan maupun kemahasiswaan, sebab segmen yang berkenaan akan isu dalam penelitian ini adalah pemuda dan mahasiswa yang berada dalam dunia pendidikan. Terdapat empat belahan yang menjadi indikator pada sub variabel ini, yaitu: 1. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan 2. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan 3. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda 4. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda E.4 Pembentukan Agenda 16 Zucker, H. G. 1978. The variable nature of news media influence. In B. D. Ruben. Ed., Communication Yearbook, vol. 2, pp. 225-240. New Brunswick, N. J. :Transaction dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 272 Universitas Sumatera Utara Peneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang meneliti hubungan antara pers dan opini publik selama krisis Watergate dan menemukan bahwa gagasan asli penentuan agenda perlu diperluas untuk menjelaskan babak yang rumit dalam sejarah Amerika. Mereka menganjurkan agar konsep penentuan agenda diperluas menjadi konsep pembentukan agenda agenda building, proses kolektif di mana, media, pemerintah, dan publik saling memengaruhi satu sama lain dalam menentukan isu-isu apa yang dianggap penting. Mereka merinci proses tersebut ke dalam enam langkah: 1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuat kejadian atau aktivitas tersebut menjadi menonjol. 2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan berita yang berbeda untuk mendapatkan perhatian. Watergate adalah isu ambang batas tinggi hingh-tress hold atau tidak menonjol, dan oleh karena itu, dia memerlukan liputan yang komperhensif untuk mendapatkan perhatian publik. 3. Peristiwa-peristiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus “dibingkai”, atau diberi bidang makna di mana di dalamnya peristiwa dan aktivitas tersebut dapat dipahami. Watergate semula dibingkai sebagai isu partisan dalam kampanye pemilihan, dan hal ini membuatnya sulit untuk dilihat dalam kerangka yang berbeda, yaitu sebagai sebuah gejala korupsi politik yang tersebar luas. Universitas Sumatera Utara 4. Bahasa yang digunakan media dapat memengaruhi persepsi akan pentingnya sebuah isu. Refrensi awal pendobrakan Watergate sebagai sebuah “kelakar”, yang terus ada selama berbulan-bulan, cenderung merendahkannya. Refrensi berikutnya yang mengganti refrensi sebelumnya dengan istilah skandal meningkatkan nilai penting isu tersebut. 5. Media menghubungkan aktivitas atau kejadian yang telah menjadi faktor perhatian dengan simbol-simbol sekunder yang lokasinya pada lanskap politik mudah diketahui. Orang memerlukan dasar untuk berpihak pada sebuah isu. Dalam kasus Watergate, mereka dibantu untuk melakukan keberpihakan ketika isu ini dihubungkan dengan simbol- simbol sekunder seperti “keharusan menyampaikan fakta” dan “kepercayaan pada pemerintah”. 6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu. Misalnya, ketika Hakim John Sirica berkata bahwa ada kebenaran yang disembunyikan kepada publik dalam kasus Watergate, pertanyaan ini mempunyai dampak yang dramatis pada publik dan juga pada orang-orang dari partai Republik, yang kemudian lebih bersedia untuk membuka mulut. 17 17 Lang, K., and G. E. Lang. 1859. The mass media and voting. In E. Burdick and A. J. Brodbeck, eds., American Voting Behaviour, pp. 217-235. Glencoe, Ill, :Free Press dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 275-276 Universitas Sumatera Utara Penelitian Lang memperlihatkan ketika individu yang terkenal dan dapat dipercaya membicarakan sebuah isu, publik cenderung percaya akan isu tersebut. Aktor yang menyebarkan isu menjadi penting dimana pada masa sekarang ini aktor tidak lagi terbatas pada manusia tetapi bisa melalui media lain. Peneliti menggunakan aktor yang menyebarkan isu sebagai sub variabel dalam penelitian ini. Sub variabel aktor yang menyebarkan isu ditetapkan oleh peneliti memiliki empat belahan yang menjadi indikator dalam penelitian ini yaitu: 1. Televisi 2. Surat Kabar 3. Media Sosial 4. Tokoh E.5 Preferensi Politik Preferensi merupakan sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif- alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Preferensi menciptakan urutan-urutan alasan subjektif seseorang dan memberikan alternatif pilihan kepada seseorang. Secara sederhana preferensi dapat dikatakan sebagai syarat-syarat yang menjadi dasar seseorang untuk menetapkan pilihannya berdasarkan prioritas kebutuhan orang tersebut. Universitas Sumatera Utara Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan nilai- nilai yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri seseorang. 18 Tindakan politik akan diwujudkan seseorang berdasarkan nilai- nilai politik yang diyakini orang tersebut. Hal ini yang menjadi faktor yang menentukan untuk mengarahkan agar merespon situasi yang dihadapinya. Nilai-nilai yang diyakini tersebut juga sering dijadikan sebagai motivasi dan minat seseorang terhadap politik. Respon politik muncul dengan kegiatan seseorang memutuskan memilih atau memutuskan pilihan politiknya. Preferensi politik, tidak menunjukkan bahwa pemilih selalu menjadi aktornya. Pemerintah juga memiliki preferensi politik dalam menjalankan pemerintahannya, contohnya pada pemerintahan SBY, pendidikan merupakan preferensi politiknya, hal ini dapat dilihat dari APBN Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sektor yang paling banyak mendapat anggaran yaitu sebesar 20. E.6 Teori Pilihan Rasional Dalam perspektif ekonomi politik secara umum, teori pilihan rasional berusaha mengembangkan aksioma-aksioma tentang pilihan terbaik dan preferensi yang sudah digagas oleh pakar-pakar Klasik dan Neoklasik sebelumnya. Rasionalitas yang dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi politik baru, terutama dalam pilihan rasional, terkait dengan konsep-konsep 18 Fred I, Greenstein dan Nelson W. Polsby. 1975. Handbook of Political Science: Micropolitical Theory, Addison Wesley Publishing Company dikutip dari Preferensi dan Rasionalisasi Pilihan Politik Perempuan Minang Perkotaan di Kota Padang terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Umum, Jurnal Demokrasi Vol. VIII No.2 Thn 2009 hal. 189 Universitas Sumatera Utara seperti kesukaan atau preferensi preference, kepercayaan beliefs, peluang opportunities, dan tindakan action. Menurut William H. Riker dalam Political Science and Rational Choice 1994, model pilihan rasional terdiri atas elemen-elemen berikut: 1. Para aktor dapat merangking tujuan-tujuan, nilai-nilai, selera, dan strategi-strategi mereka. 2. Para aktor dapat memilih alternatif terbaik yang bisa memaksimumkan kepuasan mereka. Dari elemen-elemen di atas, komponen utama pilihan rasional adalah perangkingan. Agar lebih mudah dipahami, misalkan kita dihadapkan terhadap dua pilihan, yaitu A dan B. Tiga cara untuk mengungkapkan preferensi antara kedua pilihan tersebut adalah 1 A lebih baik dari B dinotasikan AB, 2 B lebih baik dari A BA atau AB, dan A sama baik sama jelek dengan B A=B. Kalau seandainya anda dirangking AB; dan BC, berdasarkan theory of revealed preference, sesuai aksioma dan transivitas, kesimpulannya ialah AC. Dengan menggunakan pendekatan pilihan rasional, kita bisa memahami rasionalitas politik dalam pemilihan. Dimana sebelum menentukan pilihan, masyarakat sudah melakukan interpretasi politik tentang tujuan-tujuan bersama yang ingin dicapai, tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan, sarana yang digunakan atau diperlukan, institusi-institusi dan aktor-aktor politik yang dianggap kompeten untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Tujuan bersamanya adalah kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan ketertiban. Adapun aktor yang Universitas Sumatera Utara diharapkan mampu membawa masyarakat kearah tujuan bersama tersebut adalah presiden dan para menteri di kabinet. Siapa yang paling dipercaya paling mampu memimpin bangsa untuk mencapai semua tujuan bersama tersebut, dia yang kabinetnya akan dipilih. 19 Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagai analisis dan perspektif, sebab teori ini cukup sederhana. Preferensi politik dalam penelitian ini tertuju kepada pemiih dalam menetapkan pilihannya yaitu: 1. Memilih pasangan Prabowo-Hatta 2. Memilih pasangan Jokowi-JK 3. Tidak memilih kedua pasangan tersebut.

F. Kerangka Konseptual