Komplikasi Aritmia Prognosis Aritmia Kerangka Konseptual Definisi Operasional

o Runaway pacemaker Kantung hematoma Lead failure Trombosis vena Malfungsi pacemaker Dislokasi lead Interferensi Elektromagnetik Infeksisepsis Loose setcrews Stimulasi diafragma Sumber: Vijayaraman, 2004

2.7 Komplikasi Aritmia

Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama jantung adalah sinkop pingsan, hipo atau hipertensi, sesak napas, dan lain-lain. Namun komplikasi yang paling buruk adalah mati mendadak dan terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya. 16

2.8 Prognosis Aritmia

Ventrikel takikardifibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak. Adanya gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin, merupakan penentu prognosis terpenting. Pingsan akibat ventrikel takikardi biasanya memiliki prognosis yang buruk. Atrial takikardi juga memiliki prognosis yang buruk. Mortalitas saat masuk rumah sakit ketika gangguan iramanya baru terdeteksi terjadi antara 30 – 60 . 17

2.9 Kerangka Konseptual

Obat-obatan Pacemaker Tipe aritmia Kardioversi Defibrilasi TPM PPM Karakteristik demografi penderita aritmia: o Usia o Jenis Kelamin Penyakit penyerta aritmia: o CHF o CAD o Hipertensi o Diabetes Melitus o Obesitas Keterangan: = variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti

2.10 Definisi Operasional

18-22 1. Usia. Berdasarkan tanggal lahir yang terdapat dalam rekam medis. 2. Sebaran usia responden. Menurut Sumiati Ahmad Mohamad usia diklasifikasikan menjadi: masa bayi : 0-1 tahun, masa pra sekolah: 1-6 tahun, masa sekolah: 6-10 tahun, masa pubertas: 10-20 tahun, masa dewasa: 20-40 tahun, masa setengah umur: 40-60 tahun, dan masa lanjut usia: 60 tahun keatas. 22 3. Chronic Heart Failure CHF adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan danatau kemampuan hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. 18 Pada penelitian ini, CHF ditentukan berdasarkan diagnosis dokter yang merawat. 4. Coronary Artery Disease CAD adalah penyakit yang progresif dan pada perjalanan penyakitnya, sering terjadi perubahan secara tiba-tiba dari keadaan stabil menjadi keadaan akut yang dikenal sebagai Sindrom Koroner Akut SKA berupa angina pektoris tidak stabil, infark miokard tanpa gelombang Q dan infark miokard dengan gelombang Q. 19 Pada penelitian ini, CAD ditentukan berdasarkan diagnosis dokter yang merawat. 5. Hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah diatas normal akibat gangguan autoregulasi pembuluh darah. 19 Pada penelitian ini, hipertensi ditentukan berdasarkan diagnosis dokter yang merawat. 6. Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Pada penelitian ini, yang dimaksud adalah diabetes mellitus tipe 2 yang biasanya disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. 20 Penentuan diabetes mellitus tipe 2 pada penelitian ini berdasarkan diagnosis dokter yang merawat. 7. Obesitas adalah penyakit gizi lebih yang berhubungan dengan kelebihan energi di dalam tubuh. 21 Pada penelitian ini, obesitas ditentukan berdasarkan indeks masa tubuh IMT. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat Badan Kg IMT = ------------------------------------------------------- Tinggi Badan m X Tinggi Badan m Obesitas menurut Depkes yaitu IMT ≥ 27 Tabel 3.1 Klasifikasi IMT menurut Departemen Kesehatan RI Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0 Sumber : Depkes RI, 2000 8. Prevalensi. Jumlah keseluruhan orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu, atau pada periode waktu tertentu, tanpa melihat kapan penyakit itu mulai dibagi dengan jumlah penduduk yang mempunyai resiko tertimpa penyakit pada titik waktu tertentu atau periode waktu tertentu. 26 Rumus prevalensi yaitu: Jumlah kasus lama + Jumlah kasus baru pada saat itu X 100 = Jumlah kasus secara keseluruhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui prevalensi dan karakteristik penderita aritmia yang menggunakan pacemaker di Rumah Sakit Binawaluya Cardiac Center tahun 2008-2009 dengan desain penelitian studi cross- sectional.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Binawaluya Cardiac Center Kampung Rambutan pada bulan September sampai Oktober tahun 2009.

3.3. Sumber Data

Data yang dipakai adalah data sekunder yang didapat dari rekam medis penderita aritmia yang menggunakan pacemaker di Rumah Sakit Binawaluya Cardiac Center.

3.4. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya Cardiac Center tahun 2008-2009. 2. Sampel penelitian Sampel pada penelitian ini adalah data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi Penderita aritmia di Rumah Sakit Binawaluya Cardiac Center tahun 2008-2009.