C. Tugas dan Kewenangan Lembaga Peradilan dalam Islam
Tugas lembaga yudikatif adalah memutuskan perselisihan yang dilaporkan kepadanya dari orang-orang yang berseteru dan menerapkan hukum perundang-undangan kepadanya
dalam rangka menerapkan keadilan di muka bumi dan menerapkan kebenaran diantara orang-orang yang meminta peradilan.
47
Secara garis besar tugas dan kewenangan lembaga peradilan ialah untuk menjamin pelaksanaan Undang-undang oleh pihak eksekutif, untuk mengontrol atau mengawasi fungsi
dan pelaksanaan kekuasaan legislatif, dan untuk mengadili dan menyelesaikan berbagai persoalan hukum dan perselisihan yang diajukan dan yang menjadi kewenangannya. Tujuan
adanya kekuasaan yudikatif dalam Islam bukannya untuk membongkar kesalahan agar dapat dihukum, tetapi yang menjadi tujuan pokok yaitu untuk menegakkan kebenaran, supaya
yang benar dinyatakan benar dan yang salah dinyatakan salah tanpa menghiraukan maslahat.
48
Tujuan adanya kekuasaan yudikatif dalam Islam bukannya untuk membongkar kesalahan agar dapat di hukum, tetapi yang menjadi tujuan pokok yaitu untuk menegakkan kebenaran;
supaya yang benar dinyatakan benar dan yang salah dinyatakan salah tanpa menghiraukan maslahat. Selain menegakkan kebenaran dan menjamin terlaksananya keadilan, kekuasaan
yudikatif dalam Islam yudikatif dalam Islam juga bertujuan untuk menguatkan Negara dan menstabilkan kedudukan hukum kepala Negara.
49
47
Samir Aliyah, Sistem Pemerintahan, Peradilan, dan Adat dalam Islam,Jakarta, KHALIFA Pustaka Al- Kautsar Grup, 2004, Cet. Pertama, hlm. 73.
48
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Cet. Pertama, hlm. 1658.
49
Imam Al-Mawardi, Terj. Al-Ahkam Al-Sulthaniyah: Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Negara Islam, Jakarta, Darul Falah, 2000, Cet. Pertama, hlm. 130.
Imam Al-Mawardi dalam bukunya Al-Ahkam Al-Sulthaniyah menyebutkan sembilan tugas kekuasaan yudikatif yaitu: 1 memutuskan atau menyelesaikan perselisihan,
pertengkaran, dan konflik. Dengan mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara secara sukarela atau memaksakeduanya berdamai; 2 membebaskan orang-orang yang tidak
bersalah dari sanksi dan hukuman, serta memberikan sanksi kepada yang salah, baik dengan dari pengakuan maupun dengan dilakukannya sumpah; 3 menetapkan penguasa harta
benda orang-orang yang tidak menguasai sendi karena gila, masih kanak-kanak atau idiot; 4 mengelola harta wakaf dengan menjaga harta pokoknya, mengembangkan cabang-cabang,
menahannya dan mengalokasikan ke posnya; 5 melaksanakan wasiat-wasiat berdasarkan syarat-syarat pemberian wasiat dalam hal-
hal yang diperbolehkan syari‟at dan tidak melanggarnya; 6 menikahkan gadis-gadis dengan orang-orang
sekufu‟ selevel, jika merdeka tidak mempunyai wali dan sudah memasuki usia menikah; 7 melaksanakan hudud
hukuman syar‟i kepada orang-orang yang berhak menerimanya; 8 memikirkan kemaslahatan umum diwilayah kerjanya dengan melarang semua gangguan dijalan-jalan dan
halaman-halaman rumah dan meruntuhkan bangunan-bangunan illegal; 9 mengawasi para saksi dengan pegawainya, serta memilih orang-orang yang mewakilinya.
50
D. Konsep Pengawasan Hakim dalam Peradilan Islam