Analisa Hukum Islam Terhadap Komisi Yudisial

peradilan Islam adlah sebagai berikut: “suatu ketika istana kerajaan diperluas oleh beberapa orang pemerintahan dan melanggar batas tanah milik seorang anak yatim piatu yang berdekatan dengan istana khalifah al- Mu‟tasim. Anak tersebut memperkarakan hal tersebut itu ke pengadilan al-Meriyah. Hakim memutuskan untuk menyuruh petugas pemerintahan menghentikan pembangunan istana khalifah sampai ganti rugi kepada anak yatim piatu tersebut dipenuhi. 151 Independensi peradilan sangat dibutuhkan, karena hal ini merupakan salah satu syarat penting dalam menegakkan keadilan sehingga hakim harus benar-benar bebas untuk membuat putusan berdasarkan pemehaman dan pemikiran mereka sendiri. Sehubungan dengan adanya pemisahan badan eksekutif dan yudikatif seperti sekarang ini. Keadaan ini memang sangat dibutuhkan, karena penguasa dimasa sekarang tidak sejujur penguasa pada masa awal pemerintahan Islam. Oleh karenanya, perlu lembaga eksekutif dan yukatif dipisahkan agar adanya Chechk and Balance dalam menjalankan roda pemerintahan Negara. Memisahkan peradilan dari lembaga eksekutif dengan yudikatif akan menimbulkan kebaikan sebab akan adanya saling control dalam menjalankan kekuasaan Negara. 152

B. Analisa Hukum Islam Terhadap Komisi Yudisial

Komisi Yudisial lahir pada era reformasi saat amandemen ke III Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada tahun 2001 bersamaan dengan Dewan Perwakilan Daerah dan Mahkamah Konstitusi. 153 151 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan Suatu Kajian dalam Sistem Peradilan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007, Cet. Pertama, hlm. 59. 152 Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan Suatu Kajian dalam Sistem Peradilan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007, Cet. Pertama, hlm. 62. 153 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Komisi Yudisial Pilar Pradilan Bersih, Jakarta: Pusat Data Pelayanan Informasi, 2009, Cet. Pertama, hlm. 64. Walaupun Komisi Yudisial adalah lembaga baru, namun keberadaannya memperoleh justifikasi hukum yang sangat kuat karena diatur secara tegas didalam konstitusiUndang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kewenangannya diberikan oleh konstitusi. 154 Berkaitan dengan itu, kehadiran komisi Yudisial didalam sistem kekuasaan kehakiman di Indonesia bukanlah sebagai “aksesoris” demokrasi atau proses penegakkan hukum. Komisi Yudisial lahir sebagai konsekuensi politik yang ditujukkan untuk membangun sistem saling awas dan saling imbang Check and Balance didalam struktur kekuasaan, termasuk didalamnya pada sub sistem kekuasaan kehakiman. 155 Kehadiran Komisi Yudisial KY yang ditegaskan dalam pasal 24B Ayat 1 Undang- Undang Dasar 1945 UUD sebagai lembaga negara yang bersifat mandiri, selain mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, juga diarahkan untuk menciptakan sebuah lembaga pengawas dalam kekuasaan yudikatif. Komisi Yudisial diberikan wewenang untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. K ewenangan tersebut merupakan “keniscayaan” dalam sistem ketatanegaraan Indonesia pasca empat kali perubahan UUD, yang bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat hakim dalam memerankan fungsinya sebagai bagian dari implementasi penegakkan supremasi hukum. 156 Keberadaan Komisi Yudisial tidak bisa di lepaskan dengan era reformasi yang lahir semenjak runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada 1998. Mundurnya Presiden Soeharto yang 154 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Komisi Yudisial Pilar Pradilan Bersih, Jakarta: Pusat Data Pelayanan Informasi, 2009, Cet. Pertama, hlm. 64. 155 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Komisi Yudisial Pilar Pradilan Bersih, Jakarta: Pusat Data Pelayanan Informasi, 2009, Cet. Pertama, hlm. 64-65. 156 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Komisi Yudisial Pilar Pradilan Bersih, Jakarta: Pusat Data Pelayanan Informasi, 2009, Cet, pertama, hlm. 27. sudah memimpin selama 32 tahun, pada tahun 1998menandai era reformasi yang berdampak pada perubahan dalam sistem perpolitikan hingga ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan yang cukup signifikan adalah pada pergeseran sistem kekuasaan kehakiman yang mendorong terwujudnya reformasi peradilan. 157 Beberapa hal yang menjadi fakta keberadaan reformasi peradilan antara lain: Pertama, pada tahun 1999 lahir Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Melalui ketentuan itu, terdapat perubahan penting dimana kekuasaan kehakiman menjadi satu atap dalam pengelolaan organisatoris, administratif, dan finansial berada dibawah kendali Mahkamah Agung. Sebelumnya pengelolaan organisatoris, administratif, dan financial Pengadilan Agama berada di Departemen Agama, sementara secara organisasi berada dibawah kendali Mahkaamh Agung. Kedua, system satu atap Mahkamah Agung dikhawatirkan menjadikan kekuasaan yudikatif tidak terbatas. Hal ini menjadi pemikiran untuk menelurkan inisiatif bentuk nyata dan reformasi peradilan dengan melahirkan institusi baru bernama Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Ketiga, seleksi Hakim Agung dilakukan lebih terbuka dengan membuka partisipasi dari masyarakat untuk mencalonkan diri sebagai Hakim Agung. Anggota masyarakat yang memiliki latar belakang hukum dengan kualifikasi tertentu dapat dicalonkan oleh KY sebagai calon Hakim Agung. Posisi Hakim Agung menjadi terbuka dan tidak dimonopoli oleh Hakim Karir. 158 Dalam Islam sejak awal bahwa peradilan merupakan sebuah sistem yang selain mencakup proses peradilan atau arbitrasi itu sendiri juga mencakup hal-hal atau lembaga lainnya yang saling mendukung satu sama lain. Dalam diskursus jurisprudensi Islam yang 157 Patmoko, Hasil Wawancara di Komisi Yudisial, tanggal 15 Agustus 2011, pukul 14.00. 158 Patmoko, Hasil Wawancara di Komisi Yudisial, tanggal 15 Agustus 2011, pukul 14.00. berkembang kemudian, selain istilah qadlā‟ yang berarti peradilan secara umum dikenal pula istilah Hisbah dan al-Madzalim. Hisbah didefinisikan sebagai “memerintahkan hal-hal yang baik ma`rūf ketika telah mulai ditinggalkan dan mencegah atau melarang kemungkaran ketika dikerjakan”. Dalam perkembangan system peradilan Islam yang terjadi kemudian hisbah menjadi sebuah lembaga dan petugasnya disebut dengan muhtasib yang bertugas menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran dengan dibekali hak istimewa untuk menginvestigasi dan mencari-cari perilaku kemungkaran yang mungkin dikerjakan. 159 Adapun lembaga sistem peradilan yang lain seperti kepolisian dan penjara, dari catatan sejarah yang ada dapat disimpulkan tampaknya kedua institusi tersebut belum pernah ada di zaman Nabi. Sedangkan konsep “lembaga pengawasan” terhadap peradilan juga bisa ditemukan dalam sejarah peradilan di zaman Nabi. Fungsi pengawasan itu dilakukan oleh wahyu Allah terhadap Nabi Saw. Rasulullah juga melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap para sahabat yang ditunjuknya untuk menjalanakan peradilan sebagaimana diindikasikan dalam riwayat Hudzaifah ibn Al-Yaman dan Ali yang usai menyelesaikan putusannya melaporkannya kepada Nabi, dimana Nabi kemudian membenarkannya. Jika putusan kedua sahabat itu salah, tentu Nabi-pun akan segera mengoreksinya. 160 Penegakkan sistem hukum dan keadilan memerlukan pendekatan dengan paradigm baru yakni dengan pendekatan ilmu Sosial Profetik. Dalam pengertian ini ilmu hukum termasuk didalamnya. Dalam pandangan Kuntowijoyo, ilmu social profetik memerlukan pijakan etik- ilmiahnya dalam Al- Qur‟an, Surat Ali Imran Ayat 110: 159 http:bionet82.blogspot.com201010sejarah-peradilan-di-zaman-nabi.html , jam 23.30,tgl 25 07 2011. 160 http:bionet82.blogspot.com201010sejarah-peradilan-di-zaman-nabi.html , jam 23.30, tgl 25 07 2011. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik.” Dikatakan, bahwa ilmu social profetik ialah humanisasi, liberasi, dan transendensi Kuntuwijoyo: Muslim Tanpa Masjid.dalam konteks misi Komisi Yudisial untuk agenda reformasi peradilan, maka tugasnya mencangkup juga bagaimana bersama komunitas hakim, melakukan gerakan liberasi atas praktik mafia peradilan itu, yang pada hakekatnya merupakan proses humanisasi dan transendensi. 161 Reformasi peradilan sebagai agenda Komisi Yudisial, memerlukan sejumlah program. Antara lain, peningkatan kualitas SDM hakim, dan dalam batas wajar peningkatan sarana dan kesejahteraannya, serta berbagai kesempatanuntuk bisa mengakses berbagai program peningkatan spekrum intelektualitasnya. Hal inipenting, mengingat, bahwa ia berkewajiban membuat putusan yang secara sadar dijiwai dengan titleirah- irah: “Demi Keadilan Berdasarkan Ke- Tuhanan Ynag Maha Esa” yang memuntut kemampuan bertanggung jawab kepada Sang Khalik. Secara sosial ia juga harus mempertanggung jawabkan putusannya kepada publik, karena ia pejabat publik, bukan profesi, meskipun dituntut harus professional. 162 161 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Bunga Rampai KomisiYudisial dan Reformasi Peradilan, Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2007, Cet. Pertama, hlm. Ix. 162 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Bunga Rampai KomisiYudisial dan Reformasi Peradilan, Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2007, Cet. Pertama, hlm. x. Dunia penegakkan hukum dan keadilan yang berkeadaban, bukan saja menjadi agenda dan kewajiban serta tanggung jawab insane penegak hukum hakim saja. Hakim, bukan elit sosial yang memiliki privilese yang eksklusif dan bebas kontrol. Mengingat ia adalah pejabat publik, dimana publik berhak mengawasinya. Ia tidak hidup dan bekerja dalam ruang hampa kritik dan sapaan. Penegakkan hukum juga menjadi tanggung jawab akademisi dan praktisi hukum. Saatnya kini para “dewa” akademisi hukum, turun dari kayangan dan mengambil posisi dan sikap kritis melakukan transendensi ilmu. 163 Di dalam Al- Qur‟an Surat An-Nahl ayat: 90, telah dijelaskan supaya kita berbuat adil. Diantara Firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 90 yaitu: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Dan dalam Surat An- Nisa‟ ayat 58 juga disebutkan: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya 163 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Bunga Rampai KomisiYudisial dan Reformasi Peradilan, Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2007, Cet. Pertama, hlm. viii. kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” 164 Dari ayat diatas jelas disebutkan Allah memerintahkan kita untuk selalu menegakkan keadilan dengan sebenar-benarnya. dan juga Al Quran menegaskan tentang persamaan dalam hukum, tidak peduli miskin ataupun kaya, saudara, kerabat ataupun bukan, Allah tetap memerintahkan untuk berbuat adil.

C. Menerangkan Hubungan Antara Rumusan Undang-undang Nomor 22