unsur Sekretariat Jenderal. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 UU No. 22 Tahun 2004 dikatakan bahwa: 1 Komisi Yudisial dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal, 2 Sekretaris Jederal dijabat oleh pejabat pegawai negeri sipil. Adapun tugas Sekretaris Jenderal sebagaimana Pasal 12 adalah memberikan dukungan teknis
administrative kepada Komisi Yudisial. Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Jenderal sebagai eleson I dibantu oleh lima orang eleson II dan pejabat lain.
108
D. Tugas dan Kewenangan Komisi Yudisial.
Suatu Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi, “Negara Indonesia adalah Negara hukum”, maka
independensi peradilan dan independensi hakim merupakan unsur esensial dari Negara hukum rechtsstaat atau rule of law tersebut. Oleh karena pentingnya prinsip ini, maka
konsepsi pemisahan kekuasaan diantara kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta konsepsi independensi peradilan, telah dipandang sebagai konsepsi yang fundamental
sehingga diangkat sebagai salah satu unsur utama dari konstitusi dan merupakan jiwa dari konstitusi itu sendiri. Bahkan, ketika UUD 1945 belum diubah pun, dimana ajaran pemisahan
kekuasaan tidak dianut, prinsip kekuasaan dan independensi kekuasaan kehakiman sudah ditegaskan, dan hal itu sudah tercermin dalam pasal 24 dan penjelasan pasal 24 tersebut.
Sekarang setelah UUD 1945 diubah dari perubahan pertama hingga keempat, dimana cabang-cabang kekuasaan Negara dipisahkan berdasarkan prinsip checks and balances, maka
pemisahan kekuasaan yudikatif dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya semakin diperjelas sehingga independensi kekuasaan kehakiman disamping bersifat fungsional juga
108
Patmoko, Hasil Wawancara di Komisi Yudisial, tanggal 15 Agustus 2011, pukul 14.00.
bersifat struktural yaitu dengan diadopsinya kebijakan satu atap sebagaimana diatur dalam pasal 13 ayat 1 UUKK.
109
KY adalah lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh konstitusi constitutionally based power. Artinya, sebagai lembaga Negara yang bersifat mandiri
dalam tugasnya Komisi Yudisial sebagaimana telah ditentukan dalam UUD, kewenangan Komisi Yudisial juga diberikan dan diatur dalam UUD. Kewenangan yang mengeksklusifkan
dan membedakan Komisi Yudisial dari lembaga-lembaga lain. Dengan konstruksi demikian, KY memiliki legitimasi yuridis amat kuat dalam struktur ketatanegaraan.
110
Membicarakan tugas Komisi Yudisial di Indonesia sudah pasti merujuk pada ketentuan pasal 24B perubahan ketiga UUD 1945. Apalagi sampai saat ini Rancangan Undang-Undang
tentang Komisi Yudisial belum ditetapkan sebagai Undang-undang. Oleh karena itu Konstitusi menjadi rujukan utama dalam melihat Komisi Yudisial di Indonesia.
111
Pasal 24B berisi empat ayat, yaitu 1 Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim; 2 Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela; 3 Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; 4
Susunan, Kedudukan, dan Keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan Undang-Undang.
109
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2007, Cet. Pertama, hlm. 146.
110
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2007, Cet. Pertama, hlm. 151.
111
Ahsin Thohari, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, Jakarta: ELSAM-Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2004, Cet. Pertama, hlm. 177-178.
Dari keempat ketentuan tersebut, ada dua 2 hal yang berkaitan dengan tugas Komisi Yudisial, yaitu: mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan keluhuran martabat, serta prilaku hakim.
112
Walaupun demikian, beberapa peranan Komisi Yudisial RI tersebut diatas khususnya kewenangan untuk mengusulkan pengangkatan Hakim Agung diperkirakan sangat berkaitan
dengan proses seleksi yang dilembagakan dalam suatu lembaga Negara. Tentu saja ada dampak positif terhadap hasil kerja yang diharapkan. Anggota Komisi Yudisial dapat bekerja
maksimal dan bersifat mandiri dalam rangka memilih Hakim Agung yang berkualitas, potensial, mengenai hukum dan professional. Anggota Komisi Yudisial lebih mapan dan
terjamin sebab dibentuk berdasarkan UUD dan pelaksana tugasnya dipayungi oleh suatu Undang-Undang.
113
Sebagai lembaga tinggi negara yang lahir dari tuntutan reformasi hukum dan bertugas untuk melakukan reformasi lembaga peradilan, tentu saja Komisi Yudisial tidak mungkin
membiarkan terus berlangsungnya praktek penyalahgunaan wewenang di lembaga peradilan sebagaimana dikemukakan di atas. Oleh karena itu, Komisi Yudisial perlu melakukan
langkah-langkah pembaharuan yang berorientasi kepada terciptanya lembaga peradilan yang sungguh-sungguh bersih dan berwibawa guna menjamin masyarakat dan para pencari
keadilan memperoleh keadilan dan diperlakukan secara adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
114
112
Ahsin Thohari, Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan, Jakarta: ELSAM-Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2004, Cet. Pertama, hlm. 177-178.
113
Harian Kompas 26 Agustus, 2006.
114
Komisi Yudisial Republik Indonesia, Hukum Sebagai Pelindung Rakyat Bukan Tameng Penguasa, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2007, Cet. Pertama, hlm. 3.
Kewenangan Komisi Yudisial untuk melaksanakan fungsi pengawasan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan upaya untuk mengatasi berbagai bentuk penyalah-gunaan
wewenang di lembaga peradilan yang dimulai dengan mengawasi perilaku hakim, agar para hakim menunjung tinggi kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Oleh karena
itu, apabila fungsi pengawasan oleh Komisi Yudisial itu berjalan efektif tentu dapat mendorong terbangunnya komitmen dan integritas para hakim untuk senantiasa menjalankan
wewenang dan tugasnya sebagai pelaksana utama kekuasaan kehakiman sesuai dengan kode etik, code of conduct hakim dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di sinilah
sesungguhnya letak peranan penting dari Komisi Yudisial dalam upaya mendukung penegakan hukum di Indonesia.
115
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka eksistensi Komisi Yudisial menjadi sesuatu yang sangat urgen. Namun, meskipun salah satu kewenangannya menjaga kehormatan dan
martabat penegak keadilan, akan tetapi lembaga Komisi Yudisial tersebut tidak dimaksudkan sebagai lembaga tandingan ataupun berada pada posisi yang berhadap-hadapan dengan
lembaga peradilan. Komisi Yudisisal juga secara khusus bukanlah lembaga pengawas peradilan arau pengawas kekuasaan peradilan. Selain ini, Komisi Yudisial juga bukanlah
lembaga penegak hukum, melainkan lembaga penegak kode etik dan prilaku yang menyimpang dati para hakim dari standar kode etik sebelum pelanggaran tersebut
berkembang menjadi pelanggaran hukum deviation agains legal norms. Namun, pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan Komisi ini sangat penting untuk mendorong
agar para hakim dapat memperbaiki diri dari prilaku yang tidak terpuji jika ditemukan
115
Komisi Yudisial Republik Indonesia, Hukum Sebagai Pelindung Rakyat Bukan Tameng Penguasa, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2007, Cet. Pertama, hlm. 3.
indikasi pelanggaran hukum, Komisi Yudisial juga dapat meneruskannya keaparat penegak hukum utuk diproses hukum selanjutnya.
116
Keberadaan KY sebagai lembaga Negara diatur dalam pasal 24B UUD 1945 yang menyatakan: “Ayat 1: komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim; Ayat 2: Anggota
Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak terecela; Ayat 3: Anggota Komisi Yudisial
diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan dari DPR; Ayat 4: Susunan, kedudukan dan keanggotaan
Komisi Yudisial diatur dengan UU.”
117
Berdasarkan ketentuan UUD1945 di atas, setidaknya diatur beberapa hal mengenai KY, yaitu: 1 Sifat lembaga Negara yang benama KY; 2 Kewenangan Konstitusional KY;
3Persyaratan menjadi anggota KY; 4 lembaga Negara yang berwenang mengangkat dan memberhentikan KY; dan 5 pengturan susunan, kedudukan, dan keanggotaan KY.
118
Selanjutnya sebagai operasionalisasi penjabaran ketentuan pasasl 24B UUD 1945 tersebut di atas disahkan pula Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial. Pasal 13 UU No. 22 Tahun 2004, menentukan bahwa dalam kedudukannya sebagai lembaga Negara, KY diberi kewenangan antara lain: 1 Mengusulkan pengangkatan hakim
116
Komisi Yudisial Republik Indonesia, Hukum Sebagai Pelindung Rakyat Bukan Tameng Penguasa, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2007, Cet. Pertama, hlm. 3.
117
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007, Cet. Pertama, hlm. 6.
118
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007,Cet. Pertama, hlm. 6.
agung kepada DPR, 2 Menegakan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim.
119
Dalam melaksanakan wewenang tersebut, KY mempunyai tugas, antara lain: 1 Melakukan pendaftaran calon hakim agung; 2 Melakukan seleksi calon hakim agung; 3
Menetapkan hakim agung; dan 4 mengajukan calon hakim agung k‟ DPR. Sedangkan dalm rangka melakukan kehormatan dalam keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim, KY
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap prilaku hakim.
120
Komisi Yudisial merupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya.
Komisi Yudisial memiliki dua wewenang utama yaitu: 1 mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR; dan 2 menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta
menjaga perilaku hakim. Adapun tugas Komisi Yudisial merupakan pengejawantahan dari dua wewenang diatas. Sejauh ini Komisi Yudisial telah melaksanakan wewenang pertama
dengan baik. Sampai saat ini Komisi Yudisial telah menyelenggarakan tujuh kali seleksi Hakim Agung dan sudah menghasilkan 20 Hakim Agung. Saat ini Komisi Yudisial sudah
menyelesaikan penyelenggaraan seleksi HakimAgung pada tahun 2011 dan menyerahkan 18 nama ke DPR untuk dilakukan fit and proper test. Nama-nama tersebut sudah diserahkan ke
pimpinan DPR pada awal Agustus 2011. Berbeda dengan wewenang pertama, dalam menyelenggarakan wewenang kedua Komisi Yudisial masih memiliki kendala lantaran
belum ada kesepahaman dengan Mahkamah Agung. Meski demikian, sejak Komisi Yudisial
119
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007, Cet. Pertama, hlm. 7.
120
Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007, Cet. Pertama, hlm. 7.
berdiri telah memanggil 412 hakim untuk dimintai keterangan. Hasilnya sebanyak 123 hakim direkomendasikan ke Mahkamah Agung untuk dijatuhi sanksi berupa teguran tertulis,
pemberhentian sementara, dan pemberhentian tetap dari jabatan hakim. Prosentase rekomendasi tersebut 55 mendapatkan teguran tertulis, 32 direkomendasikan
pemberhentian sementara, dan 13 berupa pemberhentian tetap.
121
Dengan adanya Komisi Yudisial ini diharapkan bahwa sistem rule of ethics dapat dikembangkan secara efektif dalam praktek, disamping sistem rule of law yang perlu terus
dimantapkan peranannya. Jika pelaksanaan tugas Komisi Yudisial dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, dan prilaku hakim-dalam istilah lain disebut
moralitas- dapat dijalankan dengan baik, maka secara tidak langsung pasti akan berpengaruh terhadap upaya membangun sistem peradilan yang terpercaya respectable judiciary dan
terbebas dari praktek korupsi dan kolusi serta jeratan mafia peradilan. Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan tugas Komisi Yudisial itu sendiri juga penting untuk
membersihkan pengadilan dari segala praktek yang kotor.
122
121
Patmoko, Hasil Wawancara di Komisi Yudisial, tanggal 15 Agustus 2011, pukul 14.00.
122
Komisi Yudisial Republik Indonesia, Hukum Sebagai Pelindung Rakyat Bukan Tameng Penguasa, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2007, Cet. Pertama, hlm. 3.
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA
64
BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TENTANG PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM