Hasil Pengujian Komposisi Kimia

61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Komposisi Kimia

Pengujian komposisi kimia dilakukan di Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi PUSPITEK Serpong Tangerang. Pengujian komposisi kimia bahan baku tabung gas LPG 3 kg dengan menggunakan alat radiografi. Pengujian ini untuk mengetahui unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bahan baku tabung gas 3 kg. Adapun hasil pengujian komposisi kimia yang dibandingkan dengan standar JIS G3116 SG295 Steel sheets, plates and strip for gas cylinders seperti yang terlihat dalam table 4.1 dibawah ini . Tabel 4.1. Perbandingan Komposisi Kimia antara Produk Bahan Baku PT’X’ dan Specifikasi Standar Unsur Kimia Jumlah Kandungan Unsur SAMPEL JIS G3116 SG295 C 0.16 0.20 max Si 0.17 0.35 max Mn 0.76 1.00 max P 0.020 0.040 max S 0.0001 0.040 max Cr 0.0064 - Mo 0.0018 - Ni 0.018 - Al 0.012 - Cu 0.054 - Ti 0.0027 - V 0.063 - B 0.0001 - CE IIW 0.30

0.40 max

Pcm 0.21

0.23 max

CE IIW = C + Mn6 + Cr+Mo+V5 + Ni+Cu15 Pcm = C + Si30 + Mn20 + Cu20 + Ni60 + Cr20 + Mo15 + V10 + 5B 62 Hasil pengujian terlihat pada table 4.1 diatas memperlihatkan bahwa unsur kimia yang terkandung pada bahan baku tabung gas LPG 3 kg terdiri dari 0.16 C, 0.17 Si, 0.76 Mn, 0.020 P, 0.0001 S, 0.0064 Cr, 0.0018 Mo, 0.018 Ni, 0.012 Al, 0.054 Cu, 0.0027 Ti, 0.063 V dan 0.0001 B. Komposisi yang terkandung dalam bahan baku tersebut masih masuk dalam standard dan tidak menunjukan perbedaan yang berarti. Pada tabel 4.1 juga terlihat 0.16 karbon dimana kadar karbon dengan persentas kurang kurang dari 0.2 termasuk dalam klasifikasi baja karbon rendah low carbon steel. Kadar karbon sangat mempengaruhi kekerasan dan keuletan bahan baku tersebut sebab terlalu banyak kandungan karbon maka akan semakin keras namun rapuh kekuatan dan keuletannya pun akan menurun, karena kandungan karbon ini akan membentuk grafit, pembentukkan grafit inilah yang menyebabkan bahan tersebut keras dan rapuh. Oleh karna itu, kadar karbon tidak boleh melebihi 2. Begitu juga dengan kandungan mangan yang terlalu banyak kandungan mangan akan mengurangi keuletan dan ketangguhan bahan baku tersebut. 10 Pada tabel perbandingan diatas terlihat hanya beberapa unsur saja yang memiliki standar sebab unsur-unsur inilah yang sangat berpengaruh dalam pembuatan bahan baku tabung gas 3 kg ini. Seperti karbon, karbon yang melebihi standar hanya akan menaikan kekerasan namun menurunkan kekuatan sedanngkan dalam pembuatan bahan baku ini yang lebih diutamakan adalah nilai kekuatannya bukan kekerasan. Kemudian mangan, unsur ini dapat mengikat sulfur dengan membentuk MnS dengan demikian MnS ini dapat mencegah pembentukan FeS sebagai akibat terjadinya kegetasan pada temperatur tinggi hot shortness. 10 Leslie. 1983. The Physical Metallurgy of Steel. Mc-Graw Hill 63 Unsur Phosphor P dan sulfur S mempunyai dampak yang negtif dalam pembuatan bahan baku tabung gas ini sebab dapat mengurangi kekuatan lasnya bila kandungn tersebut melebihi batas yang ditentukan dan juga akan menyebabkan sumber keretakan pada prose rolling. Oleh karena itu, kadar sulfur dan phosphor sangat rendah dalam pembuatan bahan baku tabung gas ini. Unsur terpenting lainya adalah Si silicon, unsur ini sebagai elemen dioksida penyetabil yang dapat menaikan kekuatan tanpa menurunkan keuletanya. Dalam pembuatan sebuah produk bahan baku tidak hanya unsur-unsur yang terpenting saja yang digunakan dalam pembuatannya tetapi juga ada unsur- unsur pendukung lainnya. Seperti Cr chrom, unsur ini dapat meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi. Ni nikel unsur ini memperkuat ferrit, dan meningkatkan ketahanan pada suhu tinggi. Mo molikdenum unsur ini dapat menguatkan fasa ferrit selain itu juga sebagai penyetabil sementid sehingga mencegah pembentukan grafit pada pemanasan yang lama seperti yang trjadi di furnace pada proses pembuatan bahan baku tabung gas ini. V vanadium, unsur ini bekerja sebagai oksidasi yang dapat membentuk karbida yang keras sehingga menaikan kekuatan tariknya pada suhu tinggi. Untuk melihat kemampuan lasnya weldability umumnya mengacu pada nilai karbon ekivalen CE yang diadopsi dari International welding Institute IIW. Dari tabel 4.1 terlihat bahwa nilai CE sampel masih masuk dalam standar, demikian pula untuk nilai sensitifitas retak Pcm, sampel tidak lebih sensitive terhadap retak karena nilai Pcm-nya masih masuk dalam rentan standar. Nilai ekivalen yang rendah direnakan kadar karbon yang rendah dan kelarutan karbon yang rendah pula. Kelarutan yang rendah bisa dilihat dari diagram fasa, dimana 64 kelarutan karbon kurang dari 2 akan membentuk larutan padat intertisi pada temperatur 727 C. Fasa yang terbentuk pada temperatur ini adalah Fe fasa ferit. Ferrit mengalami perubahan dari BCC menjadi FCC austenit atau baja pada suhu 912 C 1674 F. aurtenit ini bertahan hingga suhu 1394 C 2541 F yang mana suhu FCC austeit kembali pada BCC yang dikenal sebagai ferrit yang akhirnya me ndidih pada 1538 C 2800 F. semua perubahan itu terlihat jelas sepanjang garis vertikal pada diagram fasa. Nilai sensitif retak yang terlihat pada tabel 4.1 diatas memiliki nilai yang rendah pula dan masuk dalam rentan standar, hal ini tersebut disebab karena jumlah kandungan unsur sulfur dan pospor yang rendah sehingga akan menurunkan nilai sensif retaknya. Semakin rendah nilai sensitive retaknya semakin baik pula kualitas bahan baku tersebut.

4.2 Hasil Pengujian Kekuatan Tarik