Permasalahan yang dihadapi Antara Indonesia-Malaysia

Mohamad. Pada masa PM Mahathir Mohamad ini telah membawa banyak perubahan di dalam kebijakan Malaysia yang kemudian memberikan dampak yang signifikan kepada hubungan Indonesia-Malaysia. Hal ini karena PM Mahathir Mohamad dan Presiden Soeharto mampu mendekatkan hubungan kedua negara dengan memperkokoh rasa saling percaya anatara kedua negara. Sebagai negara tetangga, kedua negara berusaha sedapat mungkin untuk menata secara jelas batas-batas kedaulatan intern mereka dan mempunya prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri tetangga diusahakan sejauh mungkin terpelihara dan terlaksana. Hubungan sosial budaya antara Indonesia-Malaysia sejak berakhirnya konfrontasi terliahat lebih nyata, dengan adanya pertukaran guru dan pelajar dari kedua negara pada tahun 1980 diharapkan kedua negara dapat saling mengenalkan kebudayaan dan karakter masyarakat masing-masing negara. Dari pandangan Malaysia pada masa PM Mahatir Mohamad, Indonesia adalah saudara serumpun yang cenderung mendominasi Malaysia sebagai saudara yang lebih muda. Selain itu, Malaysia menyembunyikan yang menyangkut masalah keamanan territorial dan pendatang gelap berupa Tenaga Kerja Indonesia TKI. 8

B. Permasalahan yang dihadapi Antara Indonesia-Malaysia

Hubungan Indonesia-Malaysia hingga saat ini sering terusik oleh beberapa masalah yang mengakibatkan hubungan bilateral kedua negara pun kerap mengalami kerikil-kerikil tajam. Misalnya masalah perbatasan Borderline di laut antara 8 Kunaseelan aI Muniandy, Ibid., 94. Indonesia-Malaysia, setelah masa konfrontasi, kemudian timbul sengketa pulau Sipadan-Ligitan. Sengketa kedua pulau ini berawal ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status quo, akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia telah membangun resort parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia, adanya status quo tersebut sepertinya tidak terlalu berpengaruh bagi pihak Malaysia. Sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati atau diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. 9 Dari uraian di atas, jelas reaksi pemerintah Indonesia semakin memanas, Karena Indonesia juga merasa memiliki pulau-pulau itu, sehingga akhirnya mengirim protes ke Kuala Lumpur, minta agar pembangunan di sana dihentikan. Dengan alasan bahwa Sipadan dan Ligitan itu masih dalam sengketa, belum diputuskan siapa pemiliknya. Hal ini sesuai dengan hukum internasional yang melarang mengunjungi daerah status quo. Selanjutnya, Indonesia-Malaysia menyelesaikan konflik Sipadan dan Ligitan dengan membentuk Komisi Bersama dan Kelompok Kerja Bersama, namun perundingan ini mencapai jalan buntu. Hingga akhirnya Pada tahun 1998, kedua negara sepakat untuk menyerahkan masalah sengketa Sipadan dan Ligitan ini ke 9 http:majalah.tempointeraktif.comidarsip20081006WAWmbm.20081006.diakses pada tanggal 19 Januari 2011. Mahkamah Internasional International Court of JusticeICJ, 10 kemudian pada hari Selasa 17 Desember 2002, akhirnya Mahkamah Internasional mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia-Malaysia, hasil pemungutan suara dimenangkan oleh pihak Malaysia dengan dukungan 16 hakim, sementara hanya 1 orang hakim yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari Mahkamah Internasional, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia. 11 Setelah mendapatkan Sipadan dan Ligitan, tidak lama kemudian Malaysia berambisi menduduki Ambalat Ambang Batas Laut, yang diduga mengandung minyak dan gas bumi yang nilainya amat besar mencapai miliaran dollar Amerika. Klaim Malaysia terhadap cadangan minyak di Blok Ambalat sudah diprotes Indonesia sejak 1980, menyusul diterbitkannya peta wilayah di laut Sulawesi sebagai milik Malaysia yang didasarkan pada kepemilikan negara itu atas pulau Sipadan dan Ligitan. Pada tahun 1999 kecurigaan atas kepemilikan wilayah Ambalat sudah mulai terlihat dengan adanya perebutan minyak di wilayah tersebut. Krisis hubungan ini dimulai sejak PETRONAS perusahaan minyak milik Malaysia memberikan konsensi pengeboran minyak lepas pantai Sulawesi yaitu di blok Ambalat kepada SHELL perusahaan milik Inggris dan Belanda pada tahun 2001. 10 http:www.icj-cij.orgDocketFiles1027177.Pdf for submission to the international court of justice of the dispute between indonesia and Malaysia concerning sovereignty over Pulau Ligitan and Pulau Sipadan, jointly notified to the court on 2 November 1998. Diakses pada tanggal 19 Januari 2011. 11 http:hukum.kompas.com20101017keputusan-mahkamah-internasional-tentang-pulau- sipadan-dan-ligitan. diakses tanggal 19 Januari 2010. Hal inilah yang mengakibatkan hubungan Indonesia-Malaysia kembali mengalami ketegangan. Dengan mnculnya isu ambalat tersebut, akhirnya Indonesia merespon masalah itu dengan mengirim armada-armada angkatan lautnya untuk mengamankan blok Ambalat. Bahkan beberapa kali kapal-kapal perang Indonesia dan Malaysia saling berhadapan dan nyaris baku tembak. 12 Permasalahan Ambalat ini sudah muncul pada tahun 1967, masalah perbatasan ini tidak mudah untuk diselesaikan. Kedua negara ini sudah melakukan upaya dalam menyelesaikan sengketa kawasan Amabalat di perairan Sulawesi ini dengan pendekatan dipolmasi, dengan pendekatan diplomasi ini diharapkan dapat meredakan masalah ini. Walaupun hingga saat ini penyelesaian wilayah Ambalat ini belum ditemukan titik temu dan penyelesaiannya. Penyelesaian Ambalat yang hingga saat ini belum menemukan titik penyelesaian, sudah muncul masalah baru lagi yang lagi-lagi mengenai perbatasan yaitu ditemukan beberapa patok yang menandakan batas wilayah antara Indonesia Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan Malaysia Serawak dan Sabah yang telah bergeser letaknya. Malah Malaysia disinyalir sudah membangun sarana pendaratan helikopter. 13 Belum lagi masalah lain terselesaikan, muncul masalah baru yaitu masalah TKI Tenaga Kerja Indonesia. Masalah TKI illegal merupakan salah satu permasalahan 12 Taufik Adi Susilo. 2009. Indonesia vs Malaysia: Membandingkan Peta Kekuatan IndonesiaMalaysia. Jogjakarta: Garasi. h. 109-111. 13 http:www.indonesiaontime.comeditorial12-editorial2881--membangun-hubungan- indonesia-malaysia-yang-lebih-bermartabat-.html diakses pada 15 Februari 2011. yang mengganggu hubungan Indonesia-Malaysia. Hal ini berawal sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, terjadi peningkatan jumlah pendatang yang berasal dari Indonesia menuju Malaysia. Sebelum terjadi krisis tahun 1998 para TKI yang berasal dari Indonesia dapat diatur secara resmi dengan dokumen yang memadai. Namun setelah krisis tahun 1998 hingga sekarang, jumlah TKI illegal semakin meningkat. 14 Hal ini yang kemudian menimbulkan berbagai permasalahan, dimulai dengan berbagai perlakuan kasar, seperti penyiksaan hingga berujung pada kematian yang dilakukan oleh warga Malaysia terhadap TKI. Kemudian warga Indonesia yang tidak bisa menerima perlakuan warga Malaysia terhadap para TKI telah membuat demontrasi anti Malaysia di dalam negeri Indonesia, namun hingga saat ini Indonesia dinilai lemah dalam penanganan hukum terhadap berbagai kekerasan terhadap TKI Indonesia. Dalam kasus ini kecenderungan pemerintah Indonesia yang lebih mengedepankan diplomasi untuk menjaga hubungan diplomatik dengan Malaysia dari pada menyelesaikan masalah secara keseluruhan dengan cara kekerasan misalnya. Pemerintah Indonesia menyatakan memahami keputusan pemerintah Malaysia yang mendeportasi serta menghukum para TKI yang tidak taat pada aturan keimigrasian, sementara fakta di lapangan menunjukan bahwa banyak dari pada TKI yang menjadi korban kesewenang-wenangan pihak Malaysia. Untuk menyelesaikan permasalahan TKI ini, kedua negara mengambil upaya melalui kesepakatan dalam 14 Kompas, Kamis, 30 September 2010. menyelesaikan permasalahan seputar deportasi TKI illegal, penganiayaan dan lain- lain berupa UU No 392004 mengenai peraturan tentang prosedur dan penempatan TKI diluar negeri. Selain itu, Memorandum of Understanding MoU mengenai perlindungan TKI yang ditandatangani pada 10 Mei 2004. 15 Keberadaan para TKI ini akan tetap menjadi isu yang menunjukkan dinamika hubungan bilateral antara Indonesia-Malaysia. Karena, hingga sekarang berbagai kasus TKI masih terjadi mulai dari penganiayaan, deportasi, TKI ilegal, dan lain-lain. Selanjutnya, masalah yang dihadapi oleh Indonesia-Malaysia adalah masalah klaim atas budaya Indonesia yang mulai menghambat hubungan kedua negara ini, masalah ini berawal dari pengklaiman yang dilakukan oleh warga Malaysia atas kepemilikan Angklung pada November 2006. Bahkan Malaysia berencana mematenkan alat musik bambu yang jelas berasal dari Jawa Barat itu. Awal 2007, Malaysia kembali mengklain batik sebagai hasil budaya Malaysia. Padahal sudah jelas bahwa Jawa merupakan pusat pengembangan batik dari masa ke masa. Klaim atas kebudayaan Indonesia tidak berhenti sampai sini saja, pengklaiman budaya ini terus menerus terjadi hingga kepemilikan lagu “Rasa Sayange”, yang waktu itu digunakan oleh Departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia yang dirilis Oktober 2007. 15 Kemudian telah dilakukan peninjauan nota kesepahaman tersebut yang membahas revisi aturan majikan memegang paspor tenaga kerja, pemberian cuti sehari dalam seminggu, peningkatan gaji dan kondisi kerja, perlunya lembaga pengawasan, serta pengurangan biaya penempatan tenaga kerja.Indonesiamemberlakukanmoratoriumpenghentianpengirimansementarasejak25Juni.2009.http: www.tempointeraktif.comhgpolitik20091124brk,20091124-210197,id.html. diakses tanggal 19 Januari 2011. Akhirnya dengan alasan agar masalah ini tidak memanjang maka pada 11 November 2007, Menteri Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Budaya Malaysia, mengakui bahwa lagu “Rasa Sayange” adalah milik Indonesia. 16 Setelah pengklaiman lagu “Rasa Sayange” diselesaikan, maka muncul lagi masalah baru, yaitu kasus klaim Malaysia atas kebudayaan Reog Ponogoro milik Indonesia. Banyak nya klaim budaya yang dilakukan Malaysia yang berasal dari Indonesia ini telah memicu konflik antar waga masyarakat di masing-masing negara dengan perang komentar di dunia maya. Sehingga akibatnya memancing berbagai reaksi negatif dari warga di kedua negara. 17 16 Taufik Adi Susilo. 2009. Indonesia vs Malaysia: Membandingkan Peta Kekuatan IndonesiaMalaysia. h 104. 17 Adi Susilo, Ibid. h., 101-102. 52

BAB IV PENGARUH POLITIK DOMESTIK MALAYSIA DALAM HUBUNGAN