Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini membahas mengenai masalah politik domestik Malaysia dan pengaruhnya terhadap hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Malaysia merupakan nama baru bagi Persekutuan Tanah Melayu atau Malaya, yang memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1963 Inggris menggabungkan Singapura, Serawak dan Sabah dalam naungan satu negara bersama Persekutuan Tanah Melayu dan diberi nama Malaysia. Malaysia merupakan suatu negara federal yang terdiri dari 14 negara bagian. 1 Fokus skripsi ini adalah pengaruh dari politik domestik Malaysia terhadap hubungan bilateral Indonesia-Malaysia pada periode 2004-2009. Bila dilihat dari struktur penduduknya, Malaysia adalah negara dengan struktur masyarakat plural. Penduduk Malaysia terdiri dari tiga kumpulan etnis yaitu, etnis Bumiputera Melayu yang beragama Islam, China yang identik dengan Budha dan India yang menganut agama Hindu. 2 Etnis muslim Melayu pada umumnya dianggap 1 Di antara negara bagian tersebut adalah: Johor, Kedah, Kelatan, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Sabah, Serawak, Selangor, Terengganu, dan Kuala lumpur, yang merupakan wilayah khusus negara Malaysia. Lihat Syahbuddin Mangandaralam, 1988., Mengenal Malaysia dari Dekat. Negara Tetangga Kita dalam ASEAN. Bandung: Remadja Karya,. h. 36-37. Namun pendirian negara Malaysia tersebut mendapat pertentangan dari Indonesia dalam wujud konfro ntasi “Ganyang Malaysia” Crush Malaysia. 2 Lihat Ding Choo Ming. 16-17 Mei 2005. Perpaduan Kaum dan Toleransi Agama di Malaysia. Prosiding Konvensi Kebangsaan Kecemerlangan Sosial dan Pembangunan Komuniti. Banda Hilir Malaka: Penerbit Institut Sosial Malaysia dan Kementerian Pembangunan Wanita dan Masyarakat Malaysia. h. 47 sebagai penduduk asli di negara Malaysia yang dikenal dengan sebutan kaum Bumiputera. Mereka merupakan kelompok mayoritas dengan jumlah populasi 56, Bumiputera yang bukan muslim ialah 6,0. Sedangkan kelompok China mencapai 27, dan kelompok India berjumlah 8. Di samping itu terdapat kelompok kecil seperti orang Pakistan, Sri Lanka, dan Bangladesh dan beberapa penduduk pribumi yang banyak berdiam di Sabah dan Serawak yang berjumlah 3. 3 Dari uraian di atas, Malaysia yang dikenal sebagai negara multi etnis dan multi religius sangat rentan terhadap konflik. Sistem politik ini menghadapi masalah yang mengancam integrasi nasionalnya, yaitu potensi konflik antar etnik yang jumlahnya hampir seimbang. Elit politik yang dominan di Malaysia berasal dari kelompok etnis Melayu. Walaupun demikian, usaha untuk meredam konflik tersebut sementara dapat diselesaikan oleh pemerintah. Hal ini berdampak bagi pembentukan nation-building secara luas pada masyarakat. Sejalan dengan pendapat Francis Loh Koh Wah, Malaysia melakukan nation- building dengan didukung oleh sistem politik akomodasi yang menganut teori consociational. Artinya masyarakat yang plural hidup dalam atmosfir komunal. Mereka terefleksi dalam koalisi besar partai-partai politik yang berbasis etnik, yang memainkan peranan penting bagi stabilitas politik dan bagi pertumbuhan ekonomi. 4 3 Abdul Rahman Embong. 2007. “Budaya dan Praktik Pluralisme di Malaysia Pasca- Kolonial”, dalam Robert W, Hefner, Politik Multikulturalisme. Yogyakarta: Impluse-Kanisius h. 105. 4 Francis Loh Koh Wah. 2009. Old Vs New Politics in Malaysia, Selanggor: SIRD ALIRAN h.xiii. Pada Tahun-tahun permulaan kemerdekaan, pemerintahan Malaysia diganggu oleh beberapa konflik baik secara internal maupun eksternal diantaranya: konflik dengan Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi 1962-1966 menyangkut pembentukan Federasi Malaysia. konflik internal dengan keluarnya Singapura pada 1965 karena politik diskriminasi, dan pertikaian antar-etnis di dalam kerusuhan 13 Mei pada 1969. Efek dari kerusuhan 13 Mei 1969 yang menyebabkan kematian ribuan orang menyadarkan bahwa jika ketimpangan tidak diatasi maka akan terjadi sebuah kehancuran dalam suatu negara. Hal ini lah yang memicu munculnya Kebijakan Ekonomi Baru NEP 5 oleh Perdana Menteri Abdul Razak, dalam rangka penaikan hasil bagi dalam bidang ekonomi antara bumi putra dengan kelompok etnis lainnya. Malaysia sejak saat itu memelihara keseimbangan politik kesukuan, dengan sistem pemerintahan yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan kebijakan ekonomi dan politik yang menyokong keikutsertaan dari semua etnis. Sistem kepartaian Malaysia menggunakan sistem multi partai multy party system. 6 Terdiri atas dua bagian yaitu: partai yang pro terhadap pemerintah, yang tergabung dalam Barisan Nasional yang didominasi oleh United Malays National Organization, kaum China dalam Malaysian Chinese Association, dan kaum India bergabung kedalam Malaysian Indian Congress. Selain itu, ada juga partai yang 5 NEP merupakan sebuah kebijakan yang ambisius dan kontroversial untuk mengubah struktur ekonomi sosial masyarakat Malaysia. Dibentuk pada tahun 1971 di bawah pimpinan Perdana Menteri Tun Abdul Razak, NEP bertujuan menghilangkan ketimpangan ekonomi antara minoritas etnis China yang kaya dengan mayoritas etnik Melayu yang miskin. Lihat Khoridatul Anissa. 2009. Malaysia Macan Asia: Ekonomi, Politik, Sosial-Budaya, Dinamika Hubungannya dengan Indonesia. Jogjakarta: Garasi h.146. 6 Lihat Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi h. 415. berseberangan dengan pemerintah, yang tergabung dalam Barisan Alternatif sekarang berubah nama menjadi Pakatan Rakyat yang didominasi oleh Partai Keadilan Rakyat PKR, Partai Islam se-Malaysia, dan Democratic Action Party. Barisan Nasional merupakan satu-satunya partai politik yang bukan saja menguasai tumpuk pemerintahan, namun telah memenangi kesemua pemilu yang telah diadakan di Malaysia. 7 Adanya keterlibatan pemerintahan Malaysia dalam pembangunan ekonomi-politik Malaysia, telah memberi ruang politik kepada Barisan Nasional yang telah mendominasi pemerintah Malaysia semenjak 1957. Hal ini yang menyebabkan pemerintah telah berhasil menanamkan suatu bentuk orientasi budaya politik terhadap masyarakat Malaysia bahwa hanya pemerintah yang mampu untuk mewujudkan kestabilan ekonomi-politik di Malaysia. Namun pada pemilu ke-12 yang dilaksanakan Pada tanggal 8 Maret 2008 di Malaysia, telah membuktikan merosotnya popularitas Barisan Nasional. Dalam pemilu kali ini BN hanya memenangi 140 kursi, sedangkan BA berhasil memenangi 82 kursi parlemen dari 222 kursi parlemen. 8 Hasil dari pemilu tahun 2008 ini mengalami banyak perubahan dalam perolehan jumlah kursi diparlemen, pada pemilu sebelumnya BN telah memenangi 198 kursi sedangkan BA hanya memperoleh 21 kursi dari 219 jumlah kursi diparlemen. Fakta ini juga mengindikasikan bahwa reformasi dalam sistem demokrasi di Malaysia sudah dinanti-nantikan, Hasil pemilu 7 Zaini Othman, dkk., 2009. Politik dan Perubahan antara Reformasi politik di Indonesia dan Politik baru di Malaysia Yogyakarta: Graha Ilmu, h.169-170. 8 Diantaranya adalah Johor, Melaka, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perlis, Sabah, Serawak, Terengganu, dan Kuala lumpur. tersebut juga harus mendorong partai berkuasa untuk melakukan intropeksi terhadap berbagai kebijakan mereka. Selain itu, Malaysia juga bisa belajar banyak dari Indonesia yang sudah menjalankan kehidupan berdemokrasi. Skripsi ini akan memfokuskan bagaimana pengaruh politik domestik Malaysia dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam dinamika hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Periode yang akan digunakan dalam analisis skripsi ini yaitu periode 2004-2009, periode itu didasarknan pada pemikiran bahwa telah terjadi suatu perubahan politik domestik Malaysia yang memungkin terjadinya suatu pandangan baru dalam penyelesaian berbagai masalah dalam hubungan bilateral Indonesia- Malaysia. Hubungan bilateral Indonesia-Malaysia pada masa pra kemerdekaan dianggap sebagai hubungan yang istimewa karena kedua negara tersebut merupakan salah satu tetangga di Asia Tenggara dan mempunyai warisan sejarah, bahasa, agama dan kebudayaan yang sama. Penduduk dari kedua negara mempunyai ikatan kekeluargaan yang erat khususnya antara Persekutuan Tanah Melayu dengan penduduk Sumatera, karena wilayah-wilayah Malaysia dan Indonesia pernah berada di bawah naungan kekuasaan kerajaan seperti Sriwijaya, Majapahit dan Malaka. 9 Hingga saat ini hubungan Indonesia-Malaysia ini sering terusik oleh beberapa masalah yang mengakibatkan hubungan bilateral kedua negara tidak baik. Misalnya masalah perbatasan Borderline di laut antara Indonesia-Malaysia, kemudian 9 Kunaseelan aI Muniandy. 1996. Hubungan Malaysia Indonesia 1957-1970. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka h.1-2. sengketa pulau Sipadan-Ligitan yang dimenangkan oleh Malaysia sebagai pemilik sah kedua pulau tersebut dalam Mahkamah Internasional tahun 2002. Di samping itu, muncul pula masalah Ambalat Ambang Batas Laut. Sedangkan perbatasan di darat ditemukan beberapa patok yang menandakan batas wilayah antara Indonesia Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan Malaysia Serawak dan Sabah yang telah bergeser letaknya, dan penampungan kayu-kayu dari hasil illegal logging. Kayu-kayu tersebut berasal dari hutan-hutan di Kalimantan dan Papua yang sebagiannya dijadikan produksi rumah tangga dan diekspor oleh Malaysia ke luar negeri. Selain itu, perlakuan terhadap Tenaga Kerja Indonesia TKI, yang dinilai melanggar HAM. Selanjutnya masalah yang berkaitan dengan klaim hak kekayaan intelektual, budaya dan kesenian khas Indonesia oleh negara tersebut. Misalnya seperti batik, angklung, lagu “Rasa Sayange”, dan reog ponorogo. 10 Dari uraian di atas, terdapat beberapa tema penting dalam hubungan Indonesia- Malaysia yaitu: persaudaraan, kerjasama, konflik, keserantauan, yang mengakibatkan pasang surutnya hubungan antara Indonesia-Malaysia. 11 Maka dengan adanya beberapa ganjalan-ganjalan tersebut rupanya memunculkan ide bersama untuk membuat sebuah lembaga konsultasi di mana lembaga tersebut akan menjadi jembatan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Ada pun lembaga yang beranggotakan para pakar dari kedua negara diberi nama Eminent Person Group EPG. 10 Taufik Adi Susilo. 2009. Indonesia Vs Malaysia: Membandingkan Peta Kekuatan Indonesia Malaysia. Jogyakarta: Garasi h 101-102. 11 Kunaseelan aI Muniandy. 1996. Hubungan Malaysia Indonesia 1957-1970. h. 2.

B. Rumusan Masalah